Awal

6.4K 506 23
                                    


Di tengah malam yang dingin harusnya orang orang sudah terlelap bergelung pada hangatnya selimut yang hangat, tapi tidak dengan salah satu keluarga ini.

"HALILINTAR APA YANG KAU LAKUKAN, HAH?!" Teriakan menggelegar dari seorang pria berusia kepala tiga yang bergema di seluruh penjuru rumah malam itu.

"A.. Ayah, a.. aku tidak sengaja," cicit seorang anak bermanik ruby yang menunduk lantaran tidak berani menatap wajah murka ayahnya. Anak itu tidak sengaja menumpahkan gelas berisikan kopi panas yang berakhir tumpah melumuri laptop sang ayah hingga tidak memungkinkan lagi untuk digunakan. Pasalnya yang anak itu tahu adalah laptop yang berisikan data data penting itu dipersiapkan untuk besok pagi dalam acara kerja sama antar perusahaan. Anak itu merasa bersalah sekaligus takut yang begitu hebat.

"Sudah cukup! Aku tidak kuat lagi untuk merawat anak pembawa sial sepertimu!" Wanita yang merangkap sebagai ibu itu ikut menimpali. Ia sangat kesal, benar benar sangat kesal lantaran busana gaun penting yang harusnya sudah jadi ikut terkena imbasnya karena anak itu.

"I.. Ibu," Halilintar menatap tidak percaya pada ibunya. Ibunya pasti bercanda kan saat mengatakan kata kata menyakitkan itu? Ibunya adalah wanita lembut dan penyabar, walau itu tidak pernah ditujukan padanya.

Hei, Halilintar mungkin masih berusia 7 tahun, tapi jangan salahkan pola pikir dewasa dan kepekaannya yang sudah mengerti perihal orang dewasa dari pada pola pikir anak seusia dirinya.

Halilintar melirik sekilas celah pintu ruang kerja ayahnya, ia melihat enam adiknya sedang mengintip dirinya. Sejak kapan mereka sudah disana? Mungkin karena teriakan amarah ayahnya yang membangunkan mereka tadi.

"Halilintar! Ikut aku!" Kata Aku pada kalimat pria dewasa yang biasanya menggunakan Kata Ayah itu sudah sangat menjelaskan apa yang akan terjadi padanya. Apalagi ketika pria itu menggenggam tangannya dengan kuat dan menyeratnya keluar rumah. Mengabaikan enam pasang mata anak anaknya yang lain dan terus menyeret Halilintar hingga kedalam mobil.

Sebelum Halilintar keluar rumah diseret Ayahnya. Ia sempat mendengar salah satu adiknya yang masih polos polos itu bertanya pada ibunya tentang dirinya yang akan dibawa kemana, dan sungguh jawaban ibunya sukses membuatnya sakit hati hingga membuatnya berjanji untuk tidak akan pernah kembali ke rumah keluarga ini.

"Anak itu selalu membuat masalah yang merugikan keluarga kita. Jadi ayah dan ibu memutuskan untuk mulai sekarang tidak ada lagi yang namanya Halilintar di keluarga ini. Kalian mengerti sayang?~"

Oh, betapa polosnya mereka. Kenapa nada lembut ibunya itu ditunjukkan pada keenam adiknya dan bukan untuknya, Sementara makna kata kata menyakitkan itu ditunjukkan padanya. Sebegitu bencinyakah ibu padanya? 

"Ayah! Ku mohon jangan buang aku." mohon Halilintar yang menangis lirih dan sudah tahu akan diapakan ia oleh ayahnya. 

Dibuang. 

Di tengah malam yang dingin ini.

Pria itu tidak mengindahkan tangisan anak pertamanya, yang ia pikirkan adalah meluapkan semua amarahnya pada Halilintar tanpa pandang bulu.

Sekitar 30 menit lebih pria itu mengendarai mobil di tengah malam yang sepi dan cukup mencengkam. Entah sekarang mereka ada dimana, tepatnya hanya Halilintar yang tidak tahu kini Ia berada dimana.

"Turun!" Halilintar menggeleng kuat ketika mendengar seruan ayahnya yang sudah membukakan pintu di sebelahnya.

Kesal karena bocah itu tidak menurut, pria itu menyeret Halilintar keluar dari mobil dan melempar tubuh kecil anak itu kepinggiran jalan.

"Aku tidak mau memiliki anak pembawa masalah sepertimu! Dan jangan lagi tunjukkan wajahmu padaku maupun istriku dan anak anakku, PAHAM?!"

Tanpa mendengar persetujuan Halilintar, pria itu bergegas meninggalkan bocah 7 tahun di tengah malam yang dingin tanpa memberikan apa apa sebagai bekal.

...

2 jam berlalu, Halilintar kini meringkuk menahan dingin di tepi jalan tanpa bergerak untuk berpindah tempat sembari terisak, tangannya menutupi kedua telinganya, ia mencoba melupakan kata kata menyakitkan dari kedua orang tuanya beberapa jam lalu atau yang terus ia dengar sejak ia belajar berdiri dan hal itu terus bergema dalam pendengarannya sampai Ia tidak menyadari jika ada mobil yang berhenti tepat di depannya.

Seorang pria berperawakan tegap keluar dari mobil mewahnya, mata tajamnya menatap seorang anak yang meringkuk dan terisak di depannya, hati pria Itu seketika tersentuh dan tidak tega melihat anak yang harusnya berada dalam dekapan selimut dan di temani kehangatan orang tua itu harus kedinginan di tengah malam yang sunyi dan dingin seperti ini.

Perlahan tapi pasti, pria itu mendekat. Pertama ia mengecek suhu anak itu dan alangkah terkejutnya ia dengan suhu dingin tidak normal pada anak itu. Dengan tergesa gesa ia membawa anak itu yang sudah tidak sadarkan diri kedalam mobilnya dan melaju menuju rumahnya.

"Sepertinya anak anakku tidak akan keberatan jika mereka memiliki satu saudara lagi." bisik pria itu sambil mengelus rambut anak yang ia temukan baru saja dengan penuh sayang.

Kamis, 06 Mei 2021

Hai, kembali ke cerita lama^^)/

My Big BrotherWhere stories live. Discover now