Bab 26

12.5K 1K 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kebahagiaan yang kini kurasa, seakan menepiskan segala kesedihan yang dulu sempat kuterima."

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

Semua orang begitu serius saat mendengarkan penjelasan dari Om Adit, bahkan tangan Mas Izzan sedari tadi menggengam ku begitu erat, seakan takut kalau aku akan berlari lagi.

"Dulu, saat Mizan lahir, Bundanya meninggal dunia. Saya yang waktu itu masih terpuruk akan meninggalnya istri saya, menitipkan Mizan di panti asuhan."

Netraku langsung menatap Umi yang sedari tadi menatapku sendu, senyum tipis ku perlihatkan, untuk memberitahu bahwa aku baik-baik saja.

"Saya tidak tau, kalau ternyata, anak dari pemilik panti asuhan tersebut, memberi ASI pada Mizan waktu itu," lanjut Om Adit seraya matanya menoleh menatap Umi yang duduk diam disebelah Abi.

"Saya tidak tau apa motif Bu Fani memberikan ASI-nya pada Mizan, padahal Bu Fani juga sedang memberikan ASI untuk putri-putrinya waktu itu."

Helaan nafas terdengar dari Pak Mizan yang duduk tidak jauh dari tempat aku duduk.

"Dan beberapa tahun kemudian, saya datang kembali untuk mengambil Mizan dari panti asuhan, akan tetapi, saya tidak bertemu dengan Bu Fani, karena Bu Fani sudah ikut pergi pindah bersama sang suami."

Semua terdiam, saat Om Adit menyelesaikan penjelasannya, lantas netraku menatap Umi yang menunduk. Aku menoleh menatap Mas Izzan yang juga turut menatapku.

"Samperin Dek," titah Mas Izzan yang ku balas anggukan.

Tanganku melepas genggaman tangan Mas Izzan, lalu berdiri dan berjalan menghampiri Umi.

Seketika, air mata mengalir dengan tiba-tiba saat netra beliau, menatap tepat dibalik manik mataku.

Aku langsung menghambur kepelukan Umi, tangis kami berdua pecah seketika.

"Adek minta maaf Umi, maaf, ma—"

Umi melepas pelukanku, "Tidak Adek, semua ini salah Umi, maaf."

Aku menggeleng, dan mengusap air mata Umi yang membekas di pipi.

"Umi akan ceritakan semuanya."

Aku mengangguk, dan duduk disebelah Umi, genggaman tangan eratnya terasa dalam jari tanganku.

"Sebenarnya, saya mempunyai alasan dibalik sesuatu yang saya lakukan."

Assalamu'alaikum Kekasih Impianku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang