Prolog

7.1K 611 142
                                    

Cerita ini hanyalah cerita Fiksi yang murni hasil pemikiran Karisma Nursyifa.

Jika ada kesamaan Nama tokoh, alur, gelar, waktu, ataupun tempat itu adalah ketidaksengajaan.

***

GEVANO terus memepererat dekapannya pada Gavin yang sedang menangis tanpa suara. Gevano mengusap rambut Gavin demi menenangkan adiknya itu.

Suara benda-benda dibanting terdengar nyaring ditelinga Gevano dan Gavin. Bunda dan papa mereka tengah bertengkar hebat, membuat perasaan dua anak kecil itu menjadi bercampur aduk.

Gevano menatap Gavin, kemudian Gavin mulai menggerakan jarinya untuk mengusap air mata Gevano yang sejak tadi mendekapnya.

"Jangan menangis." Gavin menggerakan tangannya untuk menggunakan bahasa isyarat, Gevano mengangguk dan langsung menghapus jejak air matanya.

Suara lemparan barang sudah tak terdengar lagi. Tapi kedua anak itu masih tampak ketakutan. Mereka kemudian berpelukan lagi untuk saling menguatkan.

Namun, tak lama kemudian, Aryan, sang papa langsung menarik tangan Gavin dengan cepat, membuat Gevano berusaha melepaskan kembarannya dari cengkraman sang papa.

"Gavin, ayo ikut papa," ucap Aryan sambil terus menarik Gavin.

"Papa lepasin Gavin, ih." Gevano berkata dengan suata gemetar dan air mata yang mengalir. Tangannya tak henti-hentinya menarik sang kembaran.

"Mas kalau mau pergi, pergi aja, anak-anak biar sama aku." Rila, sang bunda yang baru saja menyusul berkata dengan tegas. Membuat pergerakan Aryan seketika terhenti.

"Dapet uang darimana kamu mau biayain anak-anak, HAH?! Udah, Gavin ikut papa. Gevano, kamu putuskan sendiri, ikut papa atau bunda." Aryan berbicara dengan suara membentak, membuat pegangan Gevano pada Gavin mengendur dengan sendirinya.

"Gevano mau sama Bunda sama Gavin!" Gevano berteriak lantang. Namun, sang papa malah mengerlingkan matanya tak peduli.

Aryan langsung menggendong Gavin seperti barang, kemudian memasukkannya kedalam mobil. Gevano hendak mengejar Gavin. Namun, Rila mendekap Gevano dengan erat.

Gevano dan Gavin hanya berpandangan dengan mata yang penuh air mata. Dua anak tak berdosa harus terpisahkan karna keegoisan dua orang dewasa.

Gavin mencoba menggerakan tangannya untuk menarik kedua sudut bibirnya kemudian melambaikan tangannya pada Gevano. Tangannya kembali bergerak untuk membuat bahasa isyarat.

"Jangan menangis, kita akan bersama-sama lagi."

Rila dan Gevano yang menangkap itu langsung menangis kencang. Karna setelah itu, mobil Aryan melaju cepat meninggalkan mereka.

"Bunda, Gevano mau sama Gavin." Gevano tersedu-sedu dipelukkan sang bunda, membuat Rila sedikit merasa bersalah.

"Mau bunda telpon-kan papa buat jemput Gevano?" Tawar Rila, Rila siap saja sendirian asalkan kedua anaknya dapat tersenyum kembali. Sejenak, Gevano memperhatikan Rila yang sangat berantakan. Rambutnya kusut, matanya sembab, tangannya berdarah, dan pipinya memar. Hal ini membuat hati Gevano seperti diremat kencang dan akhirnya ia menggeleng.

"Gevano mau sama bunda aja," balas Gevano kemudian Rila memeluknya penuh haru.

"Maafin bunda sama papa ya Vano," Rila terus mendekap anak sulungnya itu dengan erat, begitu pula Gevano.

— S - R —

Hallo! Jangan lupa vote & komen ya kalau suka, kalau ada kritik saran juga boleh, ^^ thanks udah baca!!

30 April 2021

Klik👇

SWEET REVENGEWhere stories live. Discover now