[xxvi] Outro & Trailer

772 82 180
                                    

𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞

Jangan terpaku pada masa lalu
untuk membentuk masa depan
secerah mentari.

Jangan terpaku pada masa laluuntuk membentuk masa depansecerah mentari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brother ─ Started





















**

【13 years later】

Persis seperti yang dikatakan oleh Amber bertahun tahun lalu pada Marcell. Jansen benar benar mengambil alih perusahaan yang dulu dipegang oleh ayahnya. Selain pewaris pertamanya tidak ada─Lawrence sudah tidak bisa lagi mengelola bisnisnya karena usianya yang tidak memungkinkan.

"You don't pick up your children at school?" [ kamu tidak menjemput anak anakmu di sekolah? ]

Jansen yang tengah sibuk mengerjakan sesuatu saat itu reflek mengangkat pergelangannya untuk melihat jam yang melingkar disana.

"Oh my God, I forget." Ucapnya saat mendapati jarum jam sudah menunjukkan pukul 1.10 siang, yang artinya anak anaknya sudah keluar dari kelas sepuluh menit yang lalu, dan tiga puluh menit lagi Jansen harus menjemput istrinya di bandara yang baru saja pulang setelah menetap satu bulan di Jerman.

Pria yang baru saja menginjak usia kepala tiga itu segera merapikan meja kerjanya. Setelah mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja─Jansen langsung melenggang pergi menuju ke sekolah anak anaknya, takut mereka akan menunggu.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil mendengarkan musik musik klasik masa remajanya dahulu, Jansen kembali bernostalgia sedikit tentang masa kelamnya.

Samar samar ia tersenyum, merasa bangga pada dirinya sendiri karena berhasil bangkit dan berjalan melewati hari hari berat itu. Jansen berhasil melewati masa masa sulitnya berkat bantuan orang orang dekatnya, dan dirinya mampu bertahan hingga impian kecilnya berubah menjadi kenyataan.

Keluarga kecil yang harmonis. Jansen berhasil membentuknya bersama seorang gadis cantik yang ditemuinya ketika dirinya masih berada di usia 17 tahun.

Gedung sekolah berbentuk kastil yang menjulang tinggi mulai terlihat oleh netra Jansen, pria itu memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah.

Dia segera turun dari mobil ketika melihat kedua anak kembarnya berlari beriringan sambil bergandengan tangan menghampirinya. Dengan senyum lebar hingga matanya berubah menjadi bulan sabit kecil, Jansen merentangkan kedua tangannya.

"Daddy..!!"

grepp!

Keduanya langsung menubruk tubuh sang ayah, memeluk Jansen begitu erat.

"Daddy, today mommy come home, right?" Si bungsu, Charlie bertanya begitu antusias, karena tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah Jansen sempat memberitahu padanya jika siang ini ibunya akan pulang, dan dia berjanji akan menjemputnya bersama sama di bandara.

BROTHERWhere stories live. Discover now