"Jansen, ayo pulang"

Lawrence sontak menoleh, mendapati Sophia yang sudah menggandeng tangan kanan Jansen, bersiap untuk melangkah pergi, ia langsung menahan lengan kirinya. "Jansen pulang bersamaku, jadi lebih baik kamu pulang sendiri." Ucap lawrence sambil tersenyum kecil.

"Sure.. then I'll go home first"

"Yes please" Lawrence menjawab lagi lagi dengan senyum kecil yang agak dipaksakan.

Sesaat setelah Sophia berdiri dan berjalan menjauh, lawrence kembali mengalihkan pandangannya pada Jansen.

Ia bertanya dengan sedikit excited, karena walau bagaimanapun juga─seharusnya ini adalah hari yang patut untuk dirayakan. "Mau makan di restoran─"

"I'm sorry dad, but I want to go home" Dengan sopan Jansen menolak ajakan ayahnya, ini memang merupakan hari yang ia tunggu tunggu. Hari dimana akhirnya amber mendapatkan balasan atas perbuatannya. Namun─entah, Jansen hanya ingin pulang ke rumah.

**

"Eh jev, mau ke gedung seni juga?"

Jev hampir menjatuhkan kotak yang ia bawa karena terkejut dengan suara Teresa yang terdengar tiba tiba.

"Ngangetin aja lo, iya mau ngasih ini ke panitia tadi nitip."

Teresa hanya ber-oh sebagai jawaban.

Sekolah mereka mengadakan festival pertunjukan bakat, untuk refreshing otak sebelum menjelang ujian akhir sekolah.

Ya, tidak terasa waktu terus berjalan dan tanpa mereka sadari sebentar lagi mereka akan meninggalkan dunia SMA yang katanya 'masa masa paling indah' tapi bagi Teresa tidak.

Teresa mendesah malas, kemudian berandai andai, lagi. Padahal ia sempat memikirkan kostum seperti apa yang akan ia gunakan dengan Darren saat prom night. Berbahagia bersama ketika hari kelulusan tiba, namun ternyata Darren tidak bisa bertahan sampai ke jenjang itu dan Teresa harus berjalan sendirian kesana.

"Heh! mikirin apa sih? duduk sini, keburu dipake sama yang lain"

"?!" Teresa tersentak ketika jev menepuk pundaknya, menariknya kembali ke kenyataan setelah melamunkan-nya. Ia mengangguk dan segera duduk di kursi kosong sebelah jev.

"Jev?"

"Hm?" Jawabannya tanpa mengalihkan pandangan dari hp.

"Ini sebelah gue nggak ada yang ngisi?"

Jev mengangkat kepalanya dan menatap kursi kosong disebelah Teresa. Harusnya tidak ada yang kosong, mereka berdua datang terlambat jadi sudah pasti mereka yang terakhir.

"Kursinya udah diatur sesuai anak anak sekolah kita, harusnya pas."

Teresa diam sejenak, menunduk sebentar kemudian berujar pelan. "Buat Darren ya?"

"Teresa... udah ya? jangan─"

Kalimat jev terpotong karena suara MC yang tiba tiba menginterupsi. Suaranya cempreng, dan keras. Jev malas kalau harus berteriak hanya untuk berbicara dengan seseorang disebelahnya, jadi ia lebih memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya.

BROTHERWhere stories live. Discover now