02

1 2 0
                                    

"Barang-barangnya disimpen sama Fadia aja. Sekarang udah sore."

Fadia mengangguk lalu dibantu yang lain—termasuk Agnia serta Qatar—merapikan barang-barang tugas kelompok mereka. Setelah selesai, Fadia diajak pulang bersama Fadel karena arah rumah mereka searah yang langsung diangguki cewek itu.

Teman-teman sekelas Agnia yang lain pun mulai pergi pulang ke rumah mereka masing-masing, menyisahkan ia dengan Qatar yang masih berada di kafe.

Saat bibirnya hendak berucap, ponselnya bergetar. Ada telepon dari Irhab yang sukses membuat Agnia meluncurkan decakan malas.

"Kenapa?" Sebisa mungkin Agnia tidak membuat suaranya terdengar malas saat menerima telepon dari Irhab.

Sedangkan di seberang sana, Irhab menyerngit. Ia hanya merasa aneh dengan nada bicara pacarnya yang terdengar malas. "Aku ganggu, ya?"

Ada jeda sesaat sebelum Agnia berujar. "Gak kok. Kebetulan baru aja selesai kerja kelompoknya."

"Mau aku jemput?"

"Gak usah. Kamu pasti capek habis latihan futsal. Katanya Kamis tanding sama sekolah lain, kan?" Bukan. Selain alasan yang dikatakan Agnia adalah benar, bukan itu alasan sebenarnya ia menolak di jemput oleh sang pacar.

Sedangkan Irhab tersenyum di tempatnya. Ia pikir Agnia cukup pengertian dan tidak seperti cewek kebanyakan. "Beneran gak papa?"

"Iya gak papa."

"Ya udah. Kamu hati-hati, ya. Jangan sering forsir diri kamu. Banyakin juga minum air putih, ya, Dear!"

Agnia tertegun ditempat. Ada rasa yang tidak pada ia jelaskan dan Agnia mencoba untuk tak acuh dengan itu. "Siap, Bos!"

oOo

Flavorless RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang