Part 18 | Cowok Idaman

Start from the beginning
                                    

Alnara menghembuskan napasnya dengan pelan. Dia memegangi kepalanya pusing. "Ya udah. Kepala gue sakit juga. Gue lagi males nyari masalah dulu sekarang."

Jovian bergumam. "Males nyari masalah tapi tadi langsung ngelabrak. Gimana ceritanya?"

"Lo bilang apa?" Alnara mengarahkan pandangannya kepada Jovian.

Jovian menggeleng. "Eh, enggak. Nggak bilang apa-apa."

"Awas lo, ya. Ngomongin gue, gue tampol langsung," ancam Alnara lalu mengangkat kedua kakinya untuk merebahkan tubuhnya.

Jovian membantu Alnara untuk mengambil selimut di lemari. Setelah itu, Jovian memakaikan Alnara selimut. Setelah memakaikan Alnara selimut, Jovian hampir ingin keluar. Namun Alnara menahan tangannya.

"Tunggu," tahan Alnara.

Jovian menoleh ke belakang. "Kenapa?"

"Lo ... bisa di sini sebentar nggak?"

Jovian menyatukan kedua alisnya. "Buat?"

Alnara mengedipkan matanya. "Um ... temenin."

"Lo takut?" tanya Jovian menduga.

"Enggak," jawab Alnara.

"Terus?"

Alnara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue cuman mau ... lo temenin gue sebentar di sini. Bisa, kan?"

Jovian berusaha mencari maksud tersembunyi Alnara yang baru saja menyuruhnya untuk menemani. Jovian mengangguk, lalu Alnara memberi tempat sedikit untuk Jovian di tempat tidurnya.

Jovian ikut berbaring di samping Alnara. "Jadi? Lo mau bilang apa?"

"Gue nggak punya guling," ujar Alnara sedih.

"Jadi ...?" Jovian mengerutkan dahinya. Dari tadi Alnara ngomongnya lama.

Alnara mengedipkan matanya berkali-kali. "Ya Allah, masih aja nggak peka."

Jovian memang tidak paham dengan maksud Alnara. Kalau dia paham, otomatis dia juga akan peka. Akhirnya karena tak mau menunggu kelamaan, Alnara maju ke depan Jovian, dan melingkarkan satu tangannya ke perut Jovian.

Jovian tentu saja terkejut melihat Alnara tiba-tiba memeluk dirinya. Jovian menarik dagu Alnara. "Lo kenapa? Hm?"

Alnara menggeleng pelan. "Gue cuma nggak suka kalau orang yang gue sayang dan gue percayai bisa nggak ngasih tau gue kalo ada yang udah terjadi sama dia."

Jovian menghela napasnya. "Lo nggak boleh bersikap begitu terus-terusan, Alnara. Nggak semua orang siap untuk ngomong, dan nggak semua orang siap untuk cerita. Seperti lo. Lo aja belum siap, kan, buat cerita sama temen-temen lo kalo lo itu punya hubungan sama gue?'

Alnara membenarkan ucapan Jovian. Dia pikir ucapan Jovian benar juga. Alnara akhirnya bisa mengangguk tanda mengerti. "Ya udah. Kali ini gue mengaku gue salah."

"Dasar zodiak Leo," ledek Jovian. "Selalu aja nggak mau kalah. Bener, kan?"

Alnara tersenyum sinis. "Dasar zodiak Pisces. Bawaannya bucin melulu sama pasangan. Ditinggal sama pasangan kayaknya lo bakal nangis deh, Jov. Bener, kan?"

Beside YouWhere stories live. Discover now