Alzard ─11

107 29 4
                                    

Hai haii, ku kembali

Maaf ya part ini aku bikin pendek

Semoga suka

Happy reading!

────────

.

.

.

"Gausah dibaca!!"

"Gue bilang stopp gausah dibaca!!"

"Gausah dilanjutin"

"Anjing!!!"

Begitulah suasana malam Minggu di kediaman Mahendra saat ini, teriakan nyaring dari seorang gadis yang tengah mengejar seorang pria menyebalkan didepannya ini dapat merusak beberapa barang dirumah.

Aksi kejar-kejaran antara kucing dan anjing tak dapat terelakkan lagi. Nana, gadis itu tak henti-hentinya menyebut nama seorang pria yang baru ia temui di Supermarket tadi siang.

Nafasnya sudah memburu, ia ingin segera menerkam seorang Dava pratmaja yang dengan lancang telah mengambil buku diary pink miliknya.

Tadi saat Alzard hendak keluar rumah, ia menelpon dava dan menyuruhnya untuk menjaga Nana supaya gadis itu tidak keluyuran kemana-mana.

Saat dava memasuki rumah bernuansa putih itu memang terlihat sangat sepi, untung Alzard sempat memberikan kunci cadangan hingga ia bisa dengan bebas msuk kedalam.

Terlihat Nana sedang mengoleskan masker ke wajahnya saat Dava nyelonong masuk ke kamar gadis itu tanpa sepengetahuannya, Dava mengedarkan pandangannya dan ia menemukan sebuah buku tebal berwarna pink, tanpa ragu ia segera mengambil buku itu dan Nana yang menyadari itupun segera berteriak bak bertemu maling, dan begitulah aksi kejar-kejaran ini terjadi.

"Gue kalo gabut suka cabutin bulu hidung?!! HAHAHAHA"

Wajah Nana memerah seketika mendengar aibnya terbongkar oleh pria paling menyebalkan setelah Alzard ini. Untung saja ia sedang memakai masker hingga semburat kemerahan itu takkan terlihat.

"BALIKINN!!"

"Gamau wleee" Dava menjulurkan lidah dan tertawa tanpa henti hingga giginya terasa kering.

"Kalo lo gamau balikin..."

"Apa? Mau ngancem apa? Cabutin bulu hidung gue?"

"Gue bunuh lo!" Teriak Nana.

"OMAYGATT Nana psikolog!!!" Teriak Dava dengan heboh.

"Psikopat goblok" Dengus Nana.

"Nah itu maksut gue"

"Siniin ga?" Nana melangkahkan kakinya perlahan dengan tatapan tajam, sedangkan Dava memundurkan langkahnya.

"Gamau aaaa mamakkk!!" Dava kembali berlari terbirit-birit seperti dikejar hantu, ia menuju kearah pintu berniat untuk kabur.

BRAKKK

"Astaghfirullahalazim"

"AYAH DIA MALINGG!!" Teriak Nana setelah melihat Dava tersungkur ke lantai akibat menabrak dada bidang Ayahnya.

"Hah?! Mana malingnya? Biar Ayah bogem tu muka" Toni yang baru pulang dari luar kota hanya celingak celinguk mencari maling yang dimaksut oleh Nana.

"Ohhh jadi ini si maling" Toni segera menundukkan kepalanya dan memukul kepala Dava menggunakan tas kerja berwarna coklatnya.

"Aduhh om ampun, ini Dava bukan maling" Rintih Dava sambil memegang kepalanya yang terasa linu.

"Dava?" Toni yang hendak membogem muka pria polos itupun segera ia urungkan.

"Dava anaknya Toni?" Beonya.

──

"Pak gimana keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" Nafas pria paruh baya itu memburu mendengar kabar bahwa anaknya memasuki rumah sakit akibat kecelakaan.

"Anak bapak sedang ditangani oleh beberapa dokter didalam, bapak berdoa saja semoga tidak ada kabar buruk" Setelah mengatakan hal itu, pria berjas putih itu segera membungkukkan kepalanya sopan dan melangkah pergi.

Tubuh pria paruh baya tersebut segera merosot diatas lantai. Tadi setelah ia mendengar kabar buruk tentang putrinya, ia segera menuju rumah sakit yang dimaksut oleh Suster yang menelpon. Bahkan ia masih menggunakan Bathrobe karena memang keadaan ia baru saja selesai mandi.

"Aku harus segera menelpon Toni"

──

"HAH? ANAK AYAH TONI?" Teriak Nana dengan kencang. Sedangkan Dava dan Toni segera menutup telinganya rapat-rapat.

"Heh bukan Ayah Toni, tapi si Toni bapak dia, sembarangan kamu"

"Ooh gitu, tapi kok namanya samaan?" Tanya Nana penasaran.

"Ya mana tau lah, yang sama cuma nama doang juga. Lagian Ayah juga gak mau punya anak se polos dia, amit-amit." Toni bergidik ngeri sambil melangkah kan kakinya untuk menuju kamar. Badannya sangat lelah dan ia butuh istirahat.

"Yehhh, Dava juga gak mau punya bapak kayak om, udah bau tanah wuu, bapak
Dava dongg bau parfum noh" Dava memukul dada bidangnya bangga.

Toni hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Bapak lo pengusaha parfum ya jelas aja
lah bau parfum bego" Gumam Toni sambil melangkahkan kakinya menuju tangga.

"Eh tunggu bentar" Toni menghentikan langkahnya sembari berpikir, "gue pengusaha tanah berarti bau tanah? Anjir" Toni melanjutkan langkahnya supaya bisa cepat beristirahat dikamar kesayangannya.

Drrrtt ddrrttt

Toni berdecak kesal dan merogoh saku celananya, ada saja yang mengganggu disaat ia ingin istirahat. Pria itu segera menempelkan benda pipih itu di telinganya.

Seketika mata yang sedari tadi sayu, kini berubah menjadi melebar. Ia menutup mulutnya tak percaya.

"HAHHH?!!" Teriak Toni sekencang mungkin.

Nana yang hendak mencuci mukanya pun terperanjat kaget, sedangkan Dava yang tengah  meminum air dingin pun segera memuncratkan benda cair itu.

"Kenapa yah?" Tanya Nana panik dan segera menghampiri Toni yang terlihat pucat pasi.

"Al-alzard"

"Alzard kenapa?" Tanya Nana dengan Nana sedikit meninggi.

"Kecelakaan" Ucap Toni dengan nada melemah.

"HAHH?!!!"

Dava yang kembali meminum air putih pun segera memuncratkan benda cair itu lagi. Untung ia tidak mati tersedak karena mendengar teriakan Nana yang mematikan.

"Busett, keluarga turunan TOA ya begini nih" Dava mengelus dadanya sabar dan beristighfar dalam hati.

────────

Gimana nih sama part gaje kali ini?

Oh iya Semangat buat kalian yang lagi menjalani ibadah puasa, semoga lancar

Next gak nih?

Komen next disini dongg

Terimkasih sudah membaca! 💖

alzardWhere stories live. Discover now