Alzard ─ 7

131 47 5
                                    

Happy reading !

Brakkk

Seorang gadis membuka pintu rumah bernuansa biru itu dengan kasar, membuat seorang pria paruh baya yang tengah meminum kopinya diruang tamu tersentak kaget.

"Astaghfirullahaladzim Nanaa, bisa gak sih pelan-pelan buka pintunya?" Toni mengelus dadanya sambil beristighfar.

"Gak" jawab Nana ketus.

"Kenapa hm? ada apa? sini-sini cerita"

Nana segera menghampiri Toni dan duduk disebelahnya, Nana melipat kedua tangannya didepan dada seolah-olah benar-benar kesal.

"Jadi kan yah, masa──"

Nana tak melanjutkan ucapannya karena melihat Alzard berjalan ditangga dan hendak menghampiri mereka berdua.

"Gajadi deh yah, Nana kekamar dulu" Nana segera berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai atas tanpa menoleh sedikitpun kearah Alzard.

Brakkk

Nana menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga menimbulkan dentuman kencang.

"Huffttt sabar sabar" Toni menghembuskan nafasnya pelan, sedangkan Alzard segera duduk disamping Ayahnya.

"Nana kenapa Al?" Tanya Toni

Alzard hanya menggedikkan bahunya acuh tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone yang ia genggam.

"Kalo orangtua ngomong tu diliat"

Alzard segera menyimpan handphonenya kedalam saku dan menatap Ayahnya dengan intens.

"Gimana kamu sama calon tunangan kamu?" Tanya Toni sambil menyeruput kopinya yang tinggal setengah cangkir.

Alzard mendengus sebal, tunangan lagi tunangan lagi yang dibahas, rasanya Alzard sangat jengah


"Yah, udah berapa kali sih Al bilang? Al gamau ditunangin sama dia"

"Mau nggak mau, kamu harus bertunangan, kalo nggak gitu, nanti perusahaan Ayah bisa bangkrut, kamu mau itu terjadi?" Tanya Toni.

Alzard mengkerutkan alisnya bingung, kenapa dengan Ayahnya ini, sudah jelas Alzard sangat menolak tunangan paksa ini terjadi, namun kenapa Ayahnya lebih mementingkan harta daripada kebahagiaan anaknya?.

"Jadi Ayah lebih milih harta daripada kebahagiaan anak sendiri?" Tanya Alzard datar.

"Bukan gitu Alzard, nanti kalo Ayah bangkrut, kamu sama Nana mau makan apa? Batu dan kayu?"

"Ayah kan bisa kerjasama sama orang lain, kenapa harus sama dia sihh" Alzard memejamkan matanya dan memijat pelipisnya, pusing sekali.

"Tapi dia lebih menguntungkan Al, bayangkan keuntungan dua puluh kali lipat" Toni menunjukkan sepuluh jari tangannya.

"Itu sepuluh" kesal Alzard

"Eh, emm noh dua puluh" Toni mengangkat kedua kakinya dan menggerakkan sepuluh jari kakinya.

"Stop! Terserah mau dua puluh kali lipat mau kertas lipat bodo amat, intinya Al gamau dijodohin!" Tegas Alzard

alzardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang