19. Ucapan Adalah Doa

ابدأ من البداية
                                    

Menyampai kabar duka kepada keluarga pasien memang tidak mudah. Bagi sebagian dokter itu menjadi beban tersendiri. Apalagi dalam banyak kasus, banyak yang tidak terima dan menyalahkan pihak rumah sakit karena dianggap lambat menangani.

"Adik Dina meninggal dalam keadaan damai dan tidak merasa sakit. Kami sudah berusaha, tapi semua berpulang kepada kehendak Tuhan," ucap dokter memperlihatkan hasil visum dan menjelaskan sedikit riwayat medis Dina.

"Terima kasih, Dokter. Insyaallah kami sekeluarga ikhlas menerimanya," ucap pamannya dengan bijak.

"Terima kasih atas pengertiannya, Pak. Kami mohon maaf atas semua kekurangan. Semoga Adik Dina husnul khatimah," ucap dokter berbela sungkawa.

Jenazah Dina mulai dibersihkan dan dikafani. Pihak keluarga diizinkan melihatnya sebelum dibawa ambulans pulang ke rumah untuk dimakamkan.

Kakaknya Dina begitu terpukul dengan perasaan bersalah yang mendalam. Akibat ucapannya yang memaksa sang adik, gadis itu merajuk dan nekat ke luar dari mobil sehingga kecelakaan itu terjadi. Dia mencoba mengejar, tetapi semua sudah terlambat. Untuk menutupi rasa itu, dia menyalahkan Bima dan berupaya agar laki-laki itu ditahan atas nama pertanggung-jawaban.

***

Di saat keluarga Dina masih dalam masa berkabung, Bima meringkuk di tahanan atas permintaan kakak gadis itu. Sekalipun dia sudah menyanggupi untuk menanggung semua biaya pengobatan, tetapi proses hukum tetap berjalan. Selama laporan belum dicabut, maka penyidikan akan tetap dilakukan.

Annisa yang hari itu nekat datang untuk menemui sang suami, memohon kepada pihak kepolisian untuk melakukan penangguhan penahanan. Dia meminta ayahnya datang ke Jakarta, juga mengumpulkan keluarga Bima untuk melakukan mediasi agar suaminya lepas dari tuntutan hukum.

Bima memang bersalah, tetapi dari pihak korban juga memiliki andil saat kecelakaan itu terjadi. Annisa masih berupaya agar semua bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

"Attar sama siapa?" tanya Bima saat istrinya datang berkunjung dan membawakan serantang makanan.

Setiap hari, Annisa akan memasak dan membawakan makanan kesukaan suaminya. Dia berharap dengan melakukan itu, Bima bisa sedikit berbesar hati menerima ujian ini.

"Dititip di rumah Ibu. Nanti kami gantian ke datang sini," jawabnya.

"Aku kangen Attar," ucap Bima lemas. Laki-laki itu sudah mengabari kantor kalau dia sedang tersangkut suatu kasus, sehingga tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya.

"Nanti kunjungan berikutnya aku bawa. Attar lagi flu, batuk pilek terus rewel. Aku gak tega kalau harus ikut," jelas Annsia sabar.

"Aku juga kangen ibunya Attar," kata Bima menggoda. Di saat seperti ini, rasanya dia ingin mencumbu sang istri untuk meluapkan semua perasaan.

"Sabar ya. Kita semua lagi usaha biar kamu bisa bebas. Dina juga udah gak ada. Kita semua berdoa semoga dia tenang di sana," lanjut Annisa.

"Apa kamu datang ke pemakamannya?"

"Datang. Sama Ibu juga Bapak. Keluarganya baik, tapi kayaknya masih berduka. Semoga setelah semua mereda, mereka setuju untuk mediasi. Aku gak akan biarkan kamu begini terus. Aku gak sanggup."

Annisa menitikkan air mata sembari menggenggam erat jemari Bima. Wanita itu menyesal dulu pernah mengucapkan sesuatu yang buruk agar menimpa Bima, karena rasa bencinya. Sekarang dia harus menerima bahwa itu justru menjadi doa yang dikabulkan.

"Syukurlah. Paling gak mereka ngeliat itikad baik dari kita."

Annisa menatap Bima dengan lekat. Dulu saat Rahman dirawat, dia berjuang untuk menyemangati agar sang suami, agar tetap bertahan melawan penyakitnya. Kini, dia akan berjuang kembali agar Bima bisa bebas dan berkumpul bersama. Mereka baru saja mereguk indahnya pernikahan dengan saling memaafkan dan menerima kekurangan masing-masing.

"Apa semua biaya pengobatan Dina sudah kamu selesaikan?"

"Sudah. Keluarga Dina cuma minta seikhlasnya. Mereka sebenarnya gak mau perpanjang ini. Tapi karena kakaknya terlanjur melaporkan, jadinya tetap diproses," jelas Annisa seraya mengusap air mata.

Bima meraih kepala sang istri lalu mengecupnya dengan pelan. Laki-laki itu mengucap syukur di dalam hati, karena telah dipertemukan dengan wanita baik yang salihah sebagai pendamping hidup.

"Maaf, ya. Selama nikah sama aku, kamu belum ada bahagianya," sesal Bima.

Annisa mengulum senyum seraya mengusap pipi sang suami dengan lembut.

"Bim, Akan ada masanya semua ini indah. Kalaupun belum waktunya, kita bikin indah aja dari sekarang."

Senyum yang melengkung di bibir sang istri, membuat Bima tersentak. Semangatnya yang hampir hilang kini bangkit kembali karena ucapan Annisa yang menguatkan.

Mereka berpelukan lama sebelum akhirnya berpisah karena waktu berkunjung telah usai. Laki-laki itu kembali ke tahanan dengan membawa makanan tadi dan membaginya dengan teman satu sel.

Annisa memesan taksi online dan kembali ke tempat ibu mertuanya. Rumah yang mati-matian dia hindari untuk didatangi, tetapi kini harus ditinggali sementara waktu sampai suaminya kembali.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

TAMAT.

***
Ventilator: Mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan. Ventilator sering kali dibutuhkan oleh pasien yang fidak dapat bernapas sendiri, baik karena suatu penyakit atau karena cidera yang parah. Tujuan alat ini adalah agar pasien mendapat asupan oksigen yang cukup.

Asystole: Garis lurus tanpa disertai nadi

Alat Sadapan: alat yang terdapat pada pasien monitor.

Pijat jantung: tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada pertolongan pertama kasus henti jantung mendadak.

Ners station: ruang kerja perawat untuk menulis laporan, dokumentasi Asuhan Keperawatan dan surat-menyurat lainnya.

RJP: Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan langkah pertolongan medis untuk mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi darah di dalam tubuh yang terhenti.

Siklus: Perputaran saat melakukan resusitasi.

***

Kisah Bima dan Annisa berakhir sampai di sini. Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka kelak akan berlanjut di buku, di aplikasi KBM App, GoodNovel dan Joylada. Pastikan kalian sudah membeli koin untuk membuka gemboknya.

Untuk buku masih tahap proses cetak. Kalian bisa waiting list dan chat saya di 081257824792.

***
Terima kasih telah membaca. Sampai bertemu di kisah yang lain 🥰

 Sampai bertemu di kisah yang lain 🥰

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Iddah: Masa Tunggu yang Ternoda [Tamat/Cetak Buku]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن