"Gak tau Belgi, lu pikir w peramal yang bisa tau segalanya?" Lah malah kesel dianya.

"Sapa tau bang, kan enak lu jadi peramal lu bisa tau masa depanmu" Belgium malah bikin tambah kesel.

Netherlands yang emosi langsung meninggalkan adek adeknya itu, udah selese diperban juga.

Anehnya saat Netherlands keluar dari UKS, ia melihat tetesan darah dilantai. Ia mengingat Belgium baru saja bilang Indonesia lewat sini.

Netherlands langsung memukul wajahnya sendiri. Dia berusaha untuk positive thinking, mungkin itu bukan darah, cuma perwarna yang tumpah.

Netherlands pun lanjut jalan ke kelasnya.

SKIP

Saat pulang sekolah Indonesia dan Netherlands sedang jalan bersama, dan Indonesia kembali bertanya hal yang sama.

"Hey Neth, bagaimana jika aku mati?" Indonesia menatap Netherlands dengan senyuman tipis.

"Kau menanyakan hal itu lagi!? Yang benar saja" Netherlands menatap Indonesia dengan membagongkan.

Indonesia hanya tertawa kecil, lalu memberikan sebuah kertas.

"Neth, ambil ini, jangan kau buka sampai besok ya"

"Apa ini?"

"Sebuah surat"

"Ah iya, Indo mungkin besok aku tidak bisa kekampus karena aku harus pergi, tidak masalahkan?" Netherlands menyimpan surat itu kedalam saku celananya.

"Tidak apa. Neth aku pulang ya! Dadah selamat tinggal!"

"Ya!"

Netherlands melihat kelinci saat ia berjalan kerumahnya. Lagi lagi ia curhat, tapi kali ini ke kelinci.

Dan Belgium ada didekat sana, siap untuk mengkagetkan Netherlands. Kelincikan gak bisa nyakar :)

"DUAR TIANG LISTRIK ROBOH!!!"

Netherlands menatap adiknya yang membagongkan itu yang baru saja terjatuh karena kelinci mendarat diatas mukanya.

"Nahkan kualat" Netherlands tertawa kecil sambil membantu Belgium.

Belgium terhantam dengan keras yang membuat dia pingsan, akhirnya Netherlands pun menggendongnya kerumah.

Dalam perjalanan, Neth merasa nostalgia ke masa kecilnya, saat ia masih bersama ayahnya. Setelah bermain, sebagai kakak tertua, ia mengendong Belgi yang kelelahan dan ayahnya menggendong Lux.

Kejadian itu sudah sangat lama, bahkan ia tidak ingat kapan terakhir kali ia melihat ayahnya.

Memori memori itu muncul setelah ia melewati taman tulip yang biasa tempat ayahnya beristirahat dengan mereka semua. Neth ingat itu, sekarang rasanya ia ingin menangis disana.

"Abang nangis?" Belgi sudah sadar dari beberapa menit lalu, ia hanya pura pura belum sadar. Belgi tau bagaimana cara untuk mengetahui abangnya itu sedang menangis.

Neth menggeleng dan terus jalan melewati taman yang dipenuhi kenangan itu. Belgi memeluk Neth dengan erat, sebenarnya ia juga ingin menangis tapi ia tahan.

Saat sampai dirumah, Belgi yang sudah lama tidak kesana langsung meloncat kesenangan. Neth sih biasa saja, ia kan tinggal disini tidak dengan EU.

"Ah ya, bang, apa abang jadi pergi?"

"Hm... tidak tau sih, sebenernya aku ingin, tapi yang lain menolak karena aku harus mengurus kalian".

"Memang! Abang tidak boleh pergi >:(" Belgi meninggikan suaranya, aha dia ngambek.

Missing Memories [CountryHumans] [End]Where stories live. Discover now