1. Monochrome

33 6 13
                                    

Happy Reading and Happy Phantasy!

~-~-~

"Kau bisa memikirkan solusinya di bumi sembari mempelajari kehidupan manusia. Aku yakin kau bisa lebih tenang di bumi dan bisa mendapatkan solusinya dengan cepat. Tidak perlu khawatir, aku akan menjaga Brightanyfer bersama yang lain dengan baik." Perempuan dengan rambut hijau bergelombang itu sekali lagi menegaskan perintahnya.

Tapi untuk ke sekian kalinya, Bloue menggeleng. "Aku tidak mungkin meninggalkan Atfer, Griin. Jika aku turun ke bumi dan tidak melakukan apapun karena belum menemukan solusinya, untuk apa aku menghabiskan waktu di sana?"

Sejenak terjadi keheningan di antara mereka.

"Kalau begitu aku akan ikut, Bloue." Reid yang sejak tadi ingin mengatakan kehendaknya itu, namun terus terpotong, akhirnya angkat bicara.

Griin dan Bloue sontak menoleh ke arah Reid bersamaan. Bloue menggeleng cepat, "Tidak, Reid. Kau—"

"Percaya padaku, Bloue. Kita bisa bersama-sama mencari solusinya."

Griin mengurut pelipisnya bingung. Perempuan dengan gaun hijau selutut itu memandang Reid yang menatap dirinya dan Bloue dengan yakin. Inilah kesulitan yang akan terjadi jika Orenx tidak ada. Hanya Orenx yang mampu mengatur dan menghancurkan kerasnya pendirian Bloue. Tapi sekarang, keberadaan Orenx tidak dapat diharapkan, ia pergi meninggalkan Atfer beberapa bulan yang lalu.

Griin akhirnya menghela napas terpaksa dan mengangguk. Ia tidak punya pilihan lain selain meng-iyakan Reid. Sepertinya, Reid bisa membuat Bloue yakin karena perempuan itu bahkan lebih tahu tentang Bloue dibanding Griin yang merupakan kakaknya sendiri.

"Turunlah bersama Reid, Bloue. Aku percaya pada kalian berdua. Tapi sepertinya, aku tidak bisa memilih tempat yang sama untuk kalian berdua. Menurutku itu bisa menimbulkan kecurigaan para Calerrian dari Darkpityfer."

"Kau yakin aku bisa melaksanakan tugas ini dengan cepat, Griin? Kau yakin Atfer akan tetap baik-baik saja selama aku dan Reid di bumi?"

"Bloue, kau tidak percaya pada Griin?" tanya Reid dengan tatapan kesalnya.

Bloue menatap mata merah bening Reid, mata yang tetap indah meski berwarna dasar merah. Perempuan itu tampaknya sangat ingin turun ke bumi, Bloue bisa membaca apa yang sedang Reid pikirkan saat ini.

"Hhh, baiklah. Aku menerima tugas ini, Griin," ujar Bloue tak punya pembelaan lain. Ia menatap dua perempuan di hadapannya dengan gusar dan pasrah.

"Terima kasih, Bloue. Aku tau pada akhirnya kau akan menerima tugas ini, kau laki-laki yang bertanggung jawab. Sekarang, mari kita bahas tempat yang akan kalian tinggali selama di bumi." Griin berjalan anggun menuju salah satu dinding udara di sekitar mereka, lalu menekan sebuah tombol yang membuat dinding udara itu menampilkan peta bumi.

Griin menekan suatu tempat dan muncullah tampilan perkotaan yang ramai dan padat. Bloue melipat kedua tangannya dan melihat perkotaan itu dengan tatapan tidak senang.

Griin berbalik dan tersenyum, "Aku akan menurunkanmu di kota, Bloue. Kau akan tinggal bersama seorang perempuan yang tidak punya siapa-siapa di sana."

"Perempuan?" tanya Bloue dengan kening berkerut.

"Ya, menurutku ada sesuatu yang berbeda dengan perempuan itu. Aku tau kau sangat cocok dengan kepribadiannya dibanding Reid," jelas Griin dengan wajah puas akan hasil analisisnya.

Ia kembali berbalik, dan menekan kembali dinding udara di hadapannya untuk kembali ke peta awal. Griin tampak menimang-nimang satu tempat lagi yang pas untuk Reid yang menatapnya antusias.

UNDER WAY [HIATUS]Where stories live. Discover now