There's No Key, But There's A Solution

46 9 10
                                        

Aku terjebak.

Sangkar yang mewah ini tidak ada harganya.

Hatiku pun terbelenggu olehnya.

Aku meronta, mengaum, mencabik, menjerit, dan tak ada hasil. Ini tak ada gunanya.

Ia tak mengampuni ku, ia menekan jiwaku. Dari titik tertinggi manusia, netra nya memicing. Ia menekan ku titik paling rendah seorang manusia.

Aku semakin hancur.

Milik ku yang sudah hancur, semakin dihancurkan olehnya.

Ia tak memiliki belas kasih.

Meski begitu aku selalu memberi nya rasa iba dan rasa sayang, perbedaan kasta tak mencegah kembali adanya interaksi sosial.

Dua individu yang terhanyutkan oleh takdir, tak ada siapa pun yang bisa mencegahnya.

Kecuali diri mereka sendiri.

Hingga aku membuat janji padanya.., "aku akan selalu bersamamu, apapun yang terjadi!"

Ia menceritakan kebahagiaan nya semasa diatas sana, aku iri.

Tempatnya adalah tempatku juga, dan tempatku adalah tempat yang pernah ia pijak.

Ini menyakitkan, tidak bisakah ia lebih perhatian pada diriku?

Lalu jika ia ingin berbagi kebahagiaan padaku, setidaknya bisakah dia memberiku secuil kebahagiaan itu?

Biarkan aku ikut merasakan apa yang dia rasakan, dan begitu juga dirinya merasakan apa yang kurasakan.

Dengan begitu kami akan satu tingkat, berada dalam dataran yang sama.

Tapi sialnya, dia hanya membual.

"Maka kembalilah padaku, aku akan membuat dirimu menjadi seperti dulu."

Ya, aku ingin kembali! Aku ingin kunci untuk melepaskan rantai ini!

Aku ingin pikiranku kembali!!

"Lupakan dia."

Eh?

"Itu hanya akan membuatmu sakit, dan pada akhirnya.. Kamu akan gila."

Aku memutar bola mati batin ku.

Memang, sosok nya terlalu sempurna dimataku.

Ah, tidak, apa yang aku lihat saat ini adalah sisi sempurna nya. Atau yang lebih tepatnya adalah aku selalu melihat sisi sempurna nya, dan mengabaikan sisi yang lain darinya.

Ya, memang seperti itulah aku.

Ia terlalu terang. Mataku terbutakan oleh kesempurnaan yang dimilikinya.

Perbedaan antara aku dan dia sangatlah terukir jelas.

"Kamu tidak jauh berbeda darinya. Kamu juga sama istimewa nya dengannya. Hanya saja.."

Apa? Apa lagi yang membedakan ku dengan dirinya?

"Dia tidak begitu memahami mu. Memang, karena kalian belum lama ini bertemu, tapi tetap saja ia tak kunjung mengenali dirimu."

Sosok nya yang mendekatーatau mungkin aku yang mendekatーmulai meraba tengah dadaku; tempat jantung ku bersemayam.

"Hatimu kuat dan lembut, sedangkan dia.. Oh, sungguh, aku tak bisa menjelaskan."

Tak bisa menjelaskan, itu merupakan kata yang dalam.

Aku memeluk sosok itu, namun dimataku sosok itu seakan tak berwajah, tatkala mataku kabur saat menangkap anatomi nya.

Ia membalas pelukan ku, hangat dan lembut. Seakan angin musik semi pertama sedang mendoakan kebahagiaan ku.

Ia terkekeh pelan, entah apa yang ditertawakan nya. Namun sepertinya ia tak bermaksud untuk menertawakan ku atau hal yang lainnya.

Mungkin ia.. Bahagia?

"Tenangkan dirimu ya, everything is gonna be alright."

^~° Random Book °~^Where stories live. Discover now