XXV

643 108 9
                                    

"Kau sudah sembuh, kan?"

"Kenapa?"

"Kita jalan-jalan."

"Kemana? Bukannya kita tidak boleh keluar?"

"Ya, keliling istana."

Hanya bisa merotasikan bola matanya. Seta sungguh bosan dengan kehidupan disini. Walaupun kalau tidak disini juga hidupnya monoton. Tapi setidaknya tidak cuma duduk, diam, menganggur, tidur.

Menurut, mengekori Quint, dan Vin yang juga sepertinya juga bosan karena harus terus menjadi pengawal pribadi Quint.

"Ada sebuah tempat, yang belum pernah kau kunjungi." Seta agak berpikir, lalu Vin cuma tersenyum simpul. "Ini sebuah  tempat milik pribadi."

"Hasil merengek, Kak?"

"Vin, diam kau." Seta hanya terkekeh, selalu saja begitu kalau bersama. Seta hanya terus mengikuti mereka berdua, yang menuju paling belakang kastil. Seta pikir, hanya sebuah taman dan sudah sampai situ. Ternyata, masih ada jalan rahasia. Quint memang ahli, ya? Membuat jalan rahasia. Cukup pusing untuk Seta, karena masuk labirin, meskipun tidak panjang, namun tumbuhan buxusnya tinggi menjulang dan berbelok-belok.

Tapi, setelah berhasil keluar dari sana, sebuah tempat dimana dapat menjatuhkan rahang Seta. Bagaimana tidak di depannya terdapat rumah kaca. Pintu masuknya tersambung dengan taman labirin.

 Pintu masuknya tersambung dengan taman labirin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau terpesona, bukan?"

"Cih," Bukan Seta, tapi Vin.

"Vin, diamlah. Ayo masuk." Quint menarik Seta buru-buru. Menyeretnya masuk ke dalam bangunan setengah bola itu. "Ini tempat pribadi milikku."

"Pribadi apanya? Kau sering membawa tamu kesini."

"Diam kau!" Kembali ke Seta. "Jangan dengarkan dia."

"Lagipula, sebenarnya kau tidak perlu minta dibangunkan labirin itu, Kak, hanya untuk kesini. Membuatku mual karena pusing." Seta tersenyum geli, jadi bukan hanya dirinya saja yang merasa mabuk ketika masuk kesana.

"Itulah seninya."

"Pangkas saja, biar tidak membuat sesak."

Meninggalkan dua pria yang selalu mendebatkan hal yang kurang penting. Seta memilih masuk lebih dalam. Ada kolam dengan patung dan air mancur di tengah banguna. Pula terdapat ikan, di bawah tumbuhan lotus aneka warna.

Seandainya Seta bawa ponsel. Sudah dia abadikan dirinya dengan tempat-tempat yang asing ini, termasuk Velnias Miskas dan isinya, kalau bisa. Enchanted, lah. Cukup kata itu saja. Bak negeri dongeng, dan penuh keajaiban.

"Adik," Sebuah lengan merangkul Seta. "Ceritakan tentangmu, tentang dunia yang kau singgahi, dan kami yang tak mengerti."

"Dunia apa?" Vin berdecak. "Maksudmu Ederra?"

ᴅᴇ ʟᴜᴄᴇ ᴇɴᴛʀᴇʟʟᴀ ✓Where stories live. Discover now