03 » Rasa Peduli

Start from the beginning
                                    

"Becandanya serius itu bund." Kompor Haikal yang masih betah memeluk bunda nya.

Juna yang mendengar langsung memberikan tatapan tajam. Sementara Haikal yang mendapat tatapan tajam dari kakaknya, langsung menyembunyikan wajahnya.

"Aduh! Minggir dulu, mas. Bunda susah gerak ini." Keluh bunda saat badannya sedikit terhuyung ke belakang.

Haikal menurut. Ia melepaskan pelukannya dengan bibir yang mencebik.

"Mending lo bantuin ayah di garasi sana." Suruh Nanda yang tengah memindahkan masakannya ada mangkok.

Haikal sedikit bersandar pada kitchen bar, "Ngapain?"

"Benerin mobil bunda." Ucap Nanda enteng.

"Hah, rasanya seperti menjadi iron-man!" Keluh Haikal setelah berjalan menjauh dari area dapur.

Begitulah sosok Haikal jika berada dihadapan keluarganya. Tetap melakukan apa yang disuruh, walaupun harus mengeluh dulu.

...

Seperti yang dikatakan oleh Nanda. Haikal menuruti perkataan adiknya itu, ia menyusul ayahnya di garasi. Namun, dirinya tidak melihat ayahnya disana. Sepi.

"Yah!" Teriak Haikal agar ayahnya muncul.

Srek!

Ayah Adimas muncul dari bawah mobil bunda. Ia terkejut dengan kedatangan anaknya yang satu ini karena membawa pasukan dibelakangnya. Pasalnya, kemanapun Haikal pergi, pasti akan selalu diikuti pasukan setianya, binatang.

"Kamu ngapain bawa kucing nya Shaka?"

Haikal menoleh ke belakang, "Heh! Ngapain kalian kesini? Balik sana! Gue bisa digampar Bang Shaka kalo kalian ikut." Ucapnya seraya memindahkan 3 kucing kesayangan abangnya ke depan pintu.

Sayangnya, saat Haikal telah menutup pintu. Ketiga kucing yang ia suruh pergi tadi malah berupaya mendorong pintu dan masuk menyusul dirinya.

"Ya udah lah, biarin aja." Kata Haikal pasrah.

Ayah Adimas menggelengkan kepala heran, bisa-bisanya kucing kesayangan Shaka malah lebih menempel ke Haikal. Jika diulas lagi, biasanya ketiga kucing itu hanya akan menempel pada majikannya, Shaka. Tapi, lain cerita lagi jika Haikal berada dirumah. Semua kucing milik Shaka akan langsung menempel pada Haikal, enggan menempel pada majikannya.

"Asisten kamu banyak juga mas." Canda ayah telah mengambil posisi duduk.

"Ayah ihh!"

Ayah tertawa saat melihat reaksi Haikal. Jarang-jarang dirinya bisa menyaksikan hal seperti ini pada semua anaknya. Apalagi si Haikal, anak ketiganya yang jarang berada dirumah.

"Ketawa teros sampe sukses!" Kesal Haikal seraya berjalan menghampiri motor milik abangnya, Shaka.

"Kamu nggak bantuin ayah benerin mobil bunda?"

Haikal menoleh, ia melihat perkakas yang telah tergeletak dimana-mana. "Keliatannya udah mau selesai tu."

"Dasar." Ayah kembali terlentang dan masuk ke bawah mobil bunda.

"Mobil bunda kenapa sih yah?" Tanya Haikal dengan tatapan memindai motor milik Shaka. Memastikan apa saja yang rusak.

"Biasa. Kamu juga tau sendiri kalo cewek pake kendaraan kayak gimana." Jawab ayah sekenanya.

Haikal mengangguk sebagai respon, walaupun ayahnya tak dapat melihatnya.

"Yah! Perkakasnya masih dipake nggak?"

Ayah keluar dan mengambil posisi duduk. "Nggak, pake aja."

Haikal berjalan menghampiri ayahnya. Jujur, sebenarnya ia malas mengotak-atik motor saat badannya sedang lelah. Tapi, keselamatan saudaranya jauh lebih penting.

"Motor siapa lagi?"

"Bang Shaka."

"Mending ayah kasih Bang Shaka sepeda aja udah. Masa iya seminggu motor punya dia di bengkel 5 kali sendiri." Omel Haikal yang terus diikuti 3 prajurit kecilnya.

Ayah tersenyum heran melihat Haikal serta tingkah kucing milik Shaka. Dari keempat anaknya, hanya Haikal yang memiliki respek paling besar. Ya walaupun sering diawali dengan omelan dulu.

"Bang Shaka nyungsep dimana sih?! Rem nya bisa kayak gini!" Sungut Haikal saat mengetes motor milik abangnya.

Dengan perasaan kesal, Haikal mulai mengotak-atik motor milik Shaka. Sebenarnya apa sih yang dilakukan abangnya itu, sampai motornya bisa rusak separah ini. Punya nyawa berapa sih dia?

"Opet! Tolong ambilin obeng." Suruh Haikal pada kucing putih bertotol hitam milik abangnya.

"Upin! Tolong ambilin lap disamping ayah." Tambahnya yang mulai terfokus pada pekerjaannya.

Otomatis, kedua kucing yang disuruh Haikal langsung menurut. Mereka melaksanakan apa yang disuruh laki-laki manis itu.

Sementara, ayah menjadi sedikit kaget saat melihat kejadian tersebut. Meskipun sudah berulang kali melihat kejadian yang sama, namun tetap saja belum terbiasa.

Ayah menarik nafas, dan menghembuskan perlahan. Hah, ternyata seperti ini rasanya memiliki anak-anak yang memiliki keistimewaan.

Ayah menyimpulkan,dari keempat anaknya, sepertinya hanya Haikal yang memiliki keistimewaan laindari yang lainnya

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Where stories live. Discover now