[Complicated] Vol. 04

112 16 0
                                    




—Stereotype—
Complicated


—Tiga hari setelah pertunangan Anne.

Dentuman kerasnya musik, gemerlap terangnya lampu pancaroba yang menyakiti mata, sebenarnya cukup membuat Daisy pusing dua kali lipat. Disinilah ia sekarang, sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara, bolak balik juga ia meneguk vodka di tangannya. Club malam, yang kata sebagian orang adalah tempat bersenang - senang, setujukah bila kita menyebutnya sebagai tempat pelarian sementara orang yang sedang kacau?!

Well... well... ia adalah seorang wanita dewasa, yang sudah berusia hampir 31 tahun, kaya raya karena memiliki sebuah firma hukum, namun— disinilah ia sekarang. Kelakuannya seakan kembali lagi seperti saat ia masih remaja. Jikalau begini, tak ada bedanya ia dengan Yeonjun maupun Soobin. Mereka semua hanyalah seorang remaja yang sedang dalam fase rapuh.








Tidak tahu sudah berapa kali Daisy meneguk minuman keras itu, namun ia tak kunjung mabuk. Bahkan, tak ada keinginan untuk memuntahkan isi perut sama sekali. Ia pikir, jika sedang sedih begini, apalagi perutnya sedang dalam keadaan kosong, maka akan lebih mudah untuknya merasakan efek alkohol dengan cepat. Nyatanya, memang Daisy memiliki toleransi alkohol tinggi.

Daisy menghembuskan nafasnya kasar. Dari tadi, ia hanya minum seorang diri di bar. Tak ada Yeonjun, Soobin pacarnya, atau Anne sahabatnya. Mengingat itu, ia jadi kembali tertawa menyedihkan. Ingin sekali mengamuk di bar ini karena alasan yang tak jelas, ingin sekali cari ribut dengan seseorang walaupun orang lain di sini bukanlah penyebabnya. Tapi— sepertinya Daisy masih sedikit waras untuk tidak melakukan itu.

Intinya, ingin sekali membuat kekacauan; Meskipun hidupnya sudah kacau.

Kepalanya mendadak sakit memikirkan ketiga orang itu, nafasnya naik turun.

Daisy, bahagia sekali Anne bertunangan, dan sebentar lagi akan menikah. Daisy senang Anne akhirnya memiliki kehidupan baru. Hanya saja, super munafik bukanlah keahliannya. Ia tak bisa bohong bahwa dalam lubuk hati yang paling dalam, ia sedikit merasa kehilangan. Beberapa hari ini, Anne cuti dari kantor, katanya— ingin mengurus permasalahan keluarganya dan keluarga calon suaminya. Sehingga dapat dikatakan, tidak ada lagi teman bercerita untuk Daisy di kantornya. Baru bertunangan saja, ia seakan kehilangan Anne. Apalagi, jika nanti Anne sudah menikah, huft.. apakah mereka masih memiliki waktu untuk sekedar bercengkrama?!

Berkali lipat Daisy berusaha mengerti. Ia tak boleh egois. Pada akhirnya, semua memang memiliki jalan hidupnya masing - masing. Namun, untuk malam ini saja, bolehkan ia sedikit merasa kehilangan?! Kalau bisa— malah ingin sekali dirinya merajuk bagaikan anak kecil.

Belum lagi Yeonjun. Yang notabennya menjadi penyebab utama dirinya seperti ini. Jangan ditanya bagaimana sakitnya Daisy! Sampai sekarang pun jika kembali mengingat perkataan Yeonjun, rasanya wanita itu ingin menangis dan berteriak sekencang - kencangnya. Sepertinya, pulih dari rasa itu, akan cukup lama.

Jujur, di malam saat Yeonjun pergi, Daisy benar - benar terpuruk. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ingin sekali mengejar Yeonjun, atau bahkan datang ke rumahnya untuk memeluk lelaki itu seperti yang sudah ia lakukan sebelumnya dikala Yeonjun sedang sedih, hanya saja— ia teringat akan perkataan lelaki itu.

Ada benarnya juga. Ia tidak boleh terus menerus menyakiti Yeonjun. Apakah ia mencintai lelaki itu?! Atau hanya menginginkan atensi-nya saja?!

Walaupun ia tidak pernah ada niat untuk mempermainkan lelaki itu, pada akhirnya, apapun yang akan ia lakukan, entah itu bagaimana, tetap membuat Yeonjun berpikir seolah ia hanya mempermainkannya.

Stereotype; Soobin Where stories live. Discover now