• IM brOKen - Prolog •

497 27 71
                                        

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

"Cakra!" jerit Putra, Cakra sontak terkejut, dengan cepat menjauhkan telepon genggam dari telinga, "lo kenapa sih, Ta. Kuping gue sakit tau! Main teriak-teriak aja kayak tarzan," tutur Cakra sembari mengelus telinganya.

"Cakra, Cakra! Lo harus bantuin gue sekarang, nggak ada yang bisa ngebantuin gue kecuali lo, tolong gue please," Cakra mengernyit bingung, "lo kenapa? Apa yang harus gue bantu? Lo nabrak orang? Lo di tangkap polisi? Atau jangan -jangan lo buntingin anak orang?" beberapa pertanyaan beruntun di layangkan oleh Cakra pada Putra.

"Tolong bujuk Ivan, supaya dia mau ngumpul bareng Cahya, gue udah telepon dia malah dimatiin, gue nggak bisa diginiin, Cakra. Ini satu-satunya kesempatan gue bisa ngumpul bareng Cahya sama gengnya." Cakra kehabisan kata-kata untuk menjawab perkataan Putra, padahal dia sudah khawatir, tetapi kenyataannya hanya masalah sepele. Ingin rasanya Cakra berkata kasar, namun ia berusaha agar tidak mengeluarkannya karena ada keponakannya, ia tidak ingin keponakannya itu meniru hal yang tidak baik.

"Cakra, gimana? Lo mau bantuin bujuk Ivan 'kan, please bantuin gue kali ini aja," tutur Putra berusaha membujuk. Cakra menghembuskan napas, "Gue coba," ujar Cakra terpaksa. Putra berteriak setelah mendengarnya.

"Udah, gue hubungin Ivan dulu," ucap Cakra, kemudian memutuskan sambungan telepon.

Dengan malas, Cakra menekan nomor telepon Ivan, Cakra tahu betul jika Ivan tidak suka jika diajak berkumpul dengan orang lain apalagi itu dengan sekumpulan cewek.

"Hm, ada apa Cak?" terdengar suara serak Ivan dari seberang sana, "lo nggak mau ikut hangout bareng kita, Van?" tanya Cakra, "Ngapain sih, nggak penting Cak, lo tau 'kan gue gimana orangnya," tutur Ivan.

Tiba-tiba terdengar keributan lagi dari luar kamar Ivan, entah masalah apa lagi hari ini. "Oke gue ikut," cetus Ivan, setelah sambungan telepon terputus ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi, lalu berganti pakaian, secepat mungkin ia harus keluar dari rumah itu.

"Mau kemana lo?" tanya Ical, saat melihat Ivan keluar dari kamar, "bukan urusan lo," ketus Ivan, Ical hanya bisa terdiam mendengar jawaban adiknya itu. Sudah biasa dengan sikap Ivan.

"Oy, Van," panggil Cakra dari dalam mobilnya. Ivan langsung masuk ke dalam mobil Cakra tanpa mengatakan sepatah katapun. Cakra langsung menginjak gas, mobilnya pun melaju masuk ke dalam jalanan yang ramai.

"Cak?" panggil Ivan, Cakra yang fokus menyetir hanya menjawab, "Hm?".

"Manusia emang gampang berubah, ya?" tanya Ivan sedikit serius, "berubah? Maksud lo," balas Cakra, ia mengernyit bingung mendengar ucapan sahabatnya yang begitu tiba-tiba.

"Iya, manusia gampang berubah. Yang awalnya saling sayang, saling cinta, dengan mudahnya berubah jadi saling benci, apa semua manusia kayak gitu, Cak?" lanjut Ivan.

"Semua memang akan selalu berubah, Van. Nggak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk hati seseorang, mereka bisa aja awalnya saling suka, saling cinta. Tapi, kita nggak akan pernah bisa nebak kedepannya, mereka bisa tetap saling cinta atau seperti yang lo bilang tadi, jadi saling membenci," tutur Cakra, cowok itu masih fokus ke jalanan.

"Tapi kenapa mereka harus membuka hati, kalau nantinya mereka akan saling membenci," sahut Ivan.

"Itulah salah satu kekurangan manusia, Van. Kita nggak bisa nebak apa yang akan terjadi kedepannya, hanya Tuhan yang tahu," terang Cakra.

°°°
Hai ini Tirek, semoga kalian suka dengan cerita ini, kritik dan saran dipersilahkan.

~Utamakan membaca Al-quran~
•Gtlo,02 Juni 2021•

IM br(OK)en✓Where stories live. Discover now