Day 9: "Kau Segalanya Buatku."

155 8 0
                                    

Day 9: Insecurities

Grandmaster of Demonic Cultivation © Mo Xiang Tong Xiu

Jiang Cheng/Jiang Wanyin x Nie Huaisang

Words count: 835

• • •

Anak Chen-zongzhu cantik, ya? Kau tidak ada niatan untuk menikahinya?

Tidak.”

• • •

"Anak Chen-zongzhu cantik, ya?"


Jiang Cheng menggumam singkat sebagai jawaban, tidak sekalipun menghentikan aliran gerak menyeduh teh—yang kini mengepulkan asap-asap transparan setelah terpapar udara bebas.


"Kau tidak ada niatan untuk menikahinya?" Nie Huaisang bertanya acuh tak acuh. Lima deriji mengambil cawan, lima lainnya menahan di bawah bokong gelas untuk menghindari tumpahnya tetes-tetes air. Perlahan-lahan teh sebanyak bibir cangkir ia bawa menuju mulut, disesap khidmat menikmat rasa. Nie Huaisang memejamkan mata, tanda menunggu jawaban


Jiang Cheng tidak menunggu lama untuk dengan tegas menjawab, "Tidak." Dia meniru gestur tubuh Nie Huaisang, laksana cermin tidak sempurna. "Aku tidak ada niatan menikahinya, atau gadis manapun dari sekte manapun."


"Kenapa tidak?" tanya Nie Huaisang lagi setelah selesai membasahi kerongkongan dengan teh, kini minuman setengah habis itu duduk manis di pangkuan. "Bukankah banyak dukungan itu bagus? Kau bisa menjalin hubungan persaudaraan dengan Sekte Zihan Chen."


Jiang Cheng menghela panjang. "Nie Huaisang," balasnya sendu, menatap sepasang netra hitam di hadapannya, "aku sudah berapa kali bilang? Tidak perlu. Aku punya kau," Nie Huaisang meringis tapi Jiang Cheng terus melanjutkan seakan tidak memperhatikan, "aku sudah punya dukungan Qinghe Nie."


"Ya, tapi—" Kata-kata Nie Huaisang terpotong karena pria itu kesulitan merangkai kalimat. Setelah beberapa detik raut frustrasi menghias rupa, iapun akhirnya mampu mengutarakan sisa pemikirannya, "—tapi, ini aku yang kau bicarakan? Aku? Jiang-xiong, kau pantas punya yang lebih baik," desahnya kemudian sembari menundukkan kepala, tidak mau bersimuka.


Cawan di tangan Jiang Cheng mencipta bunyi debum ketika membuat kontak dengan meja, menggema nyaring dalam ruangan kala tembok memantulkan kembali bebunyian. Teh di dalamnya menciprat bagai bulir darah, mengotori sebagian kecil jubah ungu khas Yunmeng Jiang. Nie Huaisang, meski tersentak, tetap menolak mengangkat tendas—tapi dia tahu, Jiang Cheng tengah menahan murka.


Amarah Jiang Cheng seperti petir dalam badai. Secara harafiah. Melecut tajam membakar apapun yang dia sambar, membawa serta geledak nyaring guntur dalam bentuk hujanan kata. Nie Huaisang tahu, dia pernah lihat secara nyata. Apa yang bisa Jiang Cheng lakukan ketika emosi mengambil alih. Apa yang bisa dia perbuat waktu Zidian bertugas menyalurkan tegangan hati.

HALCYON - 30 Days Writing ChallengeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant