Day 5: Tiga Mimpi Buruk

162 23 2
                                    

Day 5: Nightmare

Heaven Official's Blessing © Mo Xiang Tong Xiu

Hua Cheng x Xie Lian

Words count: 481

• • •

“Xie Lian punya tiga mimpi buruk.”

• • •

Xie Lian punya tiga mimpi buruk.


Pertama, ketika pagoda istana runtuh.


Itu adalah masa di mana kejayaan Xian Le sampai pada titik terendah. Rakyat dihabisi oleh penyakit, tewas dalam perang, kalah melawan jutaan penduduk Yong An. Jatuhnya pagoda yang menghancurkan banyak pemukiman bangsawan tentu saja memperburuk keadaan. Xie Lian telah gagal melindungi warganya. Gagal menyelamatkan semua orang. Tidak lebih dari pecundang sok berlagak.


Jika Xie Lian tidak turun, jika Xie Lian lebih kuat berkultivasi, jika saja impiannya tidak bodoh, jika saja dia tidak pamer—


Duduk di bawah sengatan matahari, Ibunda datang mengunjungi, membawa makanan juga kata-kata penyemangat. Xie Lian tersenyum, menuturkan dia baik-baik saja. Dia masih bisa bertahan. Pagoda ini tidak akan runtuh begitu mudah.


Tapi kemudian segerombolan masa menghampiri. Memecah kosentrasi, membuyarkan fokus, merusak atensi. Aliran kekuatannya terganggu, dan tiba-tiba saja pagoda raksasa itu menggemuruh dahsyat.


Jatuh, jatuh, jatuh....





Kedua, tusukan seratus pedang.


Xie Lian mengingat malam ini sejelas bulan pada masa purnama. Atap kuil bobrok di tengah hutan, jendela besar menatap jenggala gelap tanpa binar, Penyakit Wajah Manusia mengancam memasuki pintu lapuk, seratus orang berkumpul jadi satu, dan sebilah pedang hitam sepekat langit tak berbintang.


Lambaian jubah putih berlengan lebar. Topeng setengah tersenyum-setengah menangis. Kata-kata kejam Bai Wuxian ketika menuturkan kebenaran atas penawar wabah.


Delapan ratus tahun berlalu, tapi Xie Lian masih dapat merasakan sakitnya. Pedang mengoyak daging, mencabik badan sampai bentuk tidak lagi jelas.


Sakit. Sakit. Sakit. Sakit. Sakit. Sakit.


Tolong aku. Siapapun, tolong aku. Kumohon. Kumohon dengan sangat.


Aku ingin mati. Aku ingin mati. Bunuh aku. Siapa saja, bunuh aku sekarang.


Kenapa aku tidak bisa mati?


KENAPA AKU TIDAK BISA MATI?





Ketiga, pengorbanan Wu Ming.


Adalah apa yang paling Xie Lian sesalkan.


Wu Ming, prajurit muda yang tewas karena membela Xian Le. Dulunya seorang anak kecil kotor yang jatuh dari tembok ibukota. Kemudian menjadi bola api mungil membara, terus mengikuti Xie Lian kemana-mana. Menunjukkan kesetiaan nan pengabdian terbesar. Hanya untuknya seorang.


Ratusan jiwa penuh dendam dari medan perang bangkit menyerang, hendak menimbulkan satu lagi genosida. Wu Ming menghalangi. Menyerap semua energi itu untuk dirinya sendiri.


Wu Ming memegang pedang, berdiri di ujung jalan, tersenyum dari balik topeng ketika tubuhnya dihancurkan.


Xie Lian tidak sempat mencegah. Wu Ming terlalu keras kepala.





Bohong jika bilang Xie Lian tidak suka terbangun saat fajar belum terbit hanya karena memori menyesakkan. Tiga mimpi buruk itu setia menghantui meski Xie Lian sudah dari dulu berusaha melupa. Ratusan tahun. Hampir satu milenia lamanya. Kejatuhan Xian Le telah berubah jadi sejarah kuno. Suatu Kerajaan yang sempat menduduki Dataran Tengah sebelum Yong An mengambil alih.


Hampir satu milenia. Dia tidak perlu takut lagi. Kenangan itu masih menyisa, tapi semua sudah beres. Tidak ada lagi alasan untuk merasa ngeri.


Pagoda jatuh seperti domino, tidak ada lagi pagoda rapuh untuk ditopang.


Seratus tusukan pedang menembus raga, Fang Xin sudah kembali pada pemiliknya.


Wu Ming mengorbankan diri, Hua Cheng selalu kembali menepati janji.

HALCYON - 30 Days Writing ChallengeWhere stories live. Discover now