“Iiih Ntep hebat banget!” puji Gracia saat putrinya berhasil memasukkan semua gelang-gelang kecil ke tiang di mainan water game.

“Hahahaha Ntep gitulohh! Shani! Shani lihat! Ntep bisa masukin semuanya, Ntep hebat, 'kan?” gadis itu dengan bangganya memperlihatkan mainannya pada Shani.

Shani menoleh sebentar dan tertawa senang, memuji kehebatan gadis kecilnya.

Keseruan dalam mobil masih berlanjut dengan permainan yang mereka beli tadi. Meski hanya permainan jadul dan sederhana, sangat mampu memberikan ketiganya kebahagiaan menuju pulang hari ini.

-

Kembali mobil Shani terparkir di depan gang kawasan kontrakan Gracia. Tapi kali ini ada yang beda. Tak jauh dari tempatnya netra coklat Shani menatap tajam pada satu mobil yang terparkir di seberang jalan.

“Shan?”

Panggilan Gracia menyadarkan Shani dan menoleh ke arah perempuan di sebelahnya.

“Uhm...” Gracia tampak ragu. Membuat Shani lagi-lagi harus menahan diri karena gesrek dengan raut menggemaskan itu.

“Ada apa?” Shani menggeser tubuhnya menghadap Gracia. Kali ini terasa lebih berani untuk saling berhadapan. Perasaan berdebar itu kembali. Terasa lebih nyata. Perlahan menghadirkan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Gracia tiba-tiba kikuk sendiri dengan perhatian Shani padanya. Tatapan hangat dan senyum menenangkan itu, entah kenapa membuat hatinya berdebar.

Debaran yang sudah lama ia diamkan.

“Itu, umm...terima kasih buat hari ini. Uhm..eh!”

Ucapan Gracia berubah kekagetan saat kedua tangan Shani dengan mulusnya merengkuh sebelah tangannya yang tak merangkul sang putri yang terlelap di pangkuan. Merinding, ada sengatan kecil menjalar di kulitnya saat kedua telapak tangan Shani membungkus tangan kanannya. Terasa hangat.

“Aku yang harusnya mengucap terima kasih, Gracia,” ucapan Shani dengan tulus. Ucapan dari hati yang berdebar nyaman. Diangkatnya tangan dalam rengkuhan itu di antara tubuh mereka. Semakin memberikan tatapan teduh dan dalamnya pada manik hitam bak langit malam di hadapannya.

Indah.

“Sungguh. Baru kali ini aku merasakan kebahagiaan seperti ini. Meski baru kenalan kemarin pun, aku merasa sudah sangat dekat sekali sama kalian. Bisa melakukan hal-hal seru kayak tadi tu, sama sekali gak kepikiran buat aku. Tapi bersama kalian, semuanya terasa sungguh sangat menyenangkan,” lanjut Shani.

Gracia terdiam mendengar penuturan Shani. Setiap katanya terasa meresap ke hati dan itu semakin membuat dadanya berdebar kuat. Tidak mengerti-ah tidak-tidak, Sampai sini sepertinya ia mulai menyadari perasaan yang Shani berikan padanya. Tapi, sayangnya ia sekuat tenaga menghalau perasaan itu menguasai hatinya secepat ini.

Tidak secepat ini.

Memejamkan matanya untuk dibuka perlahan seiring helaan napas, Gracia kembali balas menatap netra coklat teduh itu. Baru menyadari ada undangan kenyamanan, keamanan, dan kebersamaan yang diberikannya. Membuat hatinya gundah.

“Aku ikut senang.”

Tiga kata terucap diiringi senyum simpulnya. Senyum yang bisa ia berikan sekarang. Bahkan tak membalas rengkuhan Shani. Membiarkannya begitu saja. Tak juga menarik. Menunggu sampai perempuan itu menurunkan dan melepaskan genggamannya.

Senyum Shani masih bertahan. Malah semakin lebar hingga dua lobang di pipi terlihat. Gracia ikut senang katanya. Berarti bukan hanya dia saja yang bahagia, perempuan kesayangannya ini juga bahagia dengan satu hari yang mereka lewati bersama ini. Jadi...

Apakah PDKTnya berhasil?

Tatapan dengan perasaan membuncah bagi Shani terusik saat gadis kecil mereka menggeliat dalam pangkuan ibunya. Shani tersenyum gemas, mengusap-usap puncak kepala Stefi.

“Aku anter ke rumah yuk.”

Shani perlahan melepas tangan lembut itu. Sedikit tergesa memutar badan membuka pintu mobil. Sekeluarnya perempuan itu, Gracia kembali menghela napas. Mengatur debaran yang cukup sulit dikendalikan.

“Tenanglah Gracia.”

Pintu di sebelahnya dibuka dari luar dan seperti kejadian kemarin malam, Shani meminta Stefi untuk ia gendong.

“Aku anter kalian ke rumah dulu ya. Barang-barangnya ntar aku bawain juga kok. Tenang aja.”

Gracia sudah tak menolak lagi apa yang ingin dilakukan Shani. Mungkin sudah mulai menerima, meski masih harus ditahan-tahan. Semua perlakuan Shani hari ini akan membuatnya terjaga sepanjang malam ini sepertinya.

Berjalan pulang dalam diam, langkah kedua perempuan itu terhenti saat melihat ke depan pintu rumah kontrakan Gracia, tampak sudah menunggu dua orang perempuan di sana.

Gracia mengerutkan kening mendapati salah seorang temannya duduk di kursi teras kecil rumahnya. Tumben? Tanpa kabar juga sudah ada di rumah saja. Belum sempat ia menyapa, suara Shani lebih dulu mengalihkan perhatiannya.

“Ci Desy? Okta? Kenapa kalian bisa ada di sini?”

-----

Halooo
Maap baru up...
Maap juga kalo ada salah, bukan orang Jogja hehe..

Makasih masih mau mampir 😊

Btw jika berkenan, yang vc boleh titip salam buat dia? Sehat-sehat terus, jan keseringan begadang, semangat kegiatannya~

Btw jika berkenan, yang vc boleh titip salam buat dia? Sehat-sehat terus, jan keseringan begadang, semangat kegiatannya~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maaci 💜
See ya next!
d16.

Invisible String (with you)Where stories live. Discover now