Gracia mengangkat sebelah alisnya dengan perubahan perempuan itu. Bukannya merasa aneh, tapi malah jadi geli sendiri. Merasa terhibur dan ada perasaan nyaman dengan sikap dan pembawaan Shani kali ini.

“Aduh, ntar jadi ngerepotin kamu,” Gracia dengan perasaan tak enaknya.

“Gak ngerepotin jujur. Ohya, kebetulan lagi di sini nih, aku mau ngajak kalian jajan makanan favorit aku. Pasti kalian suka,” sepertinya Shani sudah mulai enjoy dengan acara PDKTannya ini.

“Oke, bentar...kita cari tempat buat parkir dulu.”

Gracia yang ingin menolak tapi perhatiannya teralihkan oleh gerakan Stefi di pangkuannya. Sepertinya bocah kecilnya ini sudah bangun.

“Nnnhh Mom?” gumam Stefi bergelayut manja dalam dekapan ibunya.

“Ya sayang? Udah bangun?” Gracia mengusap-usap kepala putrinya. Tersenyum geli denga raut polos melawan kantuk untuk lelap kembali.

Stefi bergerak-gerak gelisah, membuat Gracia menatapnya bingung.

“Ntep kenapa?”

“Mau pipis.”

Kekehan kecil tak Gracia tahan mendengar suara kecil putrinya. Stefi Melingkarkan kedua tangan di lehernya dan menyuruk, bersembunyi di ceruk ternyamannya itu.

Shani ikut tersenyum geli, meski pelan tapi masih tetap bisa mendengar rengekan kecil gadis itu.

“Oke, udah parkir mobilnya. Sebelum jajan, kita cari toilet dulu yuk!”

-

“Di sini,” ucap Shani saat mereka bertiga sudah sampai di salah satu gerobak pedagang di kawasan jajanan kota.

Shani lebih berhati-hati karena pengunjung mulai ramai menuju sore hari. Kedua lengannya memperbaiki posisi tubuh Stefi dalam gendongan. Yaa sehabis dari toilet tadi gadis kecil itu merengek ingin digendong. Dengan senang hati Shani menawarkan diri, membuat si ibu menatap tak enak pada perempuan tinggi itu.

Netra kelam Gracia berbinar melihat banyaknya aneka jajanan dan camilan yang tersaji di sekitarnya. Jujur saja, ia belum pernah ke kawasan Malioboro ini. Sangat ramai dan menyenangkan ternyata. Apalagi dengan jajanan yang dijual para pedagang ini. Meski ada beberapa sudah pernah ia coba, itu pun dibawakan Okta atau Michelle. Tapi sekarang sepertinya ia bisa bebas memilih langsung jajanan apa yang ia suka.

Well, Shani bilang akan mentraktir mereka, jadiiii jangan menolak rejeki.

Fokusnya langsung tertuju pada satu kue berbentuk seperti tabung. Ada yang berwarna hijau dan putih, sejak mereka sampai tadi sudah terdengar olehnya suara nyaring saat kue itu dimasak.

“Kamu mau kue putu?”

Pertanyaan Shani mengangetkan Gracia yang malah bengong liatin kue putu.

“Ah eh..” salah tingkah kepergok.

Tuhan, gemes banget. Pengen gesrek, tapi ntar Stefi jatoh, berabe.

“Aaakk Ntep juga mau kue putu!” always si penyelamat.

Shani melepas kekehan senangnya. Jadilah ia memesankan semua kedua perempuan kesayangannya ini yang mereka inginkan. Ada beberapa yang langsung mereka makan di tempat, ada juga yang dibungkus untuk dinikmati di rumah nanti.

Puas berkeliling jajanan dan merasakan ramainya suasana Malioboro, Gracia pun akhirnya mengajak untuk pulang. Hari mulai gelap juga sih.

Kembali ke dalam mobil, Shani menyimpan kantong-kantong plastik di jok belakang. Tak hanya jajanan, juga ada mainan dan cendra mata lainnya. Cukup puaslah mereka jalan-jalan hari ini. Kembali ke jok kemudi, Shani menghidupkan mesin dan melajukan mobil dengan hati-hati di tengah keramain jalan.

Invisible String (with you)Where stories live. Discover now