“Iyaa. Kita jalan-jalan bertiga.”

-

Entah sudah ke berapa kali netra coklat Shani melirik bando ungu yang dikenakan Stefi. Sempat membuatnya terdiam saat pertama kali melihat gadis kecil itu keluar kamar dengan pakaian rapinya serta bando yang tersemat di kepalanya. Bahkan gadis itu membanggakan bando kesayangannya dengan jahitan huruf SG berwarna kuning.

“Kalo kata Mom, ini tuh kayak inisial kami berdua gitu. Shani tau inisial? Ini tuh, ini S tu nama Ntep. Stefi tuh. Nah kalo G ini, namanya Mom. Gracia!”

Kembali teringat penjelasan Stefi yang membuatanya gemas.

Keyakinan Shani akan pemilik bando lusuh di apartemennya itu adalah benar. Pemilik benda yang menjadi tujuan hidupnya itu, akhirnya sudah ia temukan.

Shania Gracia

Sebelah tangannya terangkat naik ke dada. Merasakan perasaan berdebar yang baru kali ini ia rasakan. Debaran yang terasa menghidupkan 'diri'. Debaran yang menghangatkan si dingin itu. Masih asing juga cukup aneh, tapi menikmatinya. Sangat menikmati perasaan baru ini.

“Shani jangan di belakang aja. Ntar ilang!”

Kaget. Genggaman tangan mungil itu menyeret Shani dari pikirannya. Menoleh ke bawah, pada raut menggemaskan gadis kecil penarik hatinya, dibalaslah genggaman itu. Membungkusnya dengan telapak tangannya yang lebih besar. Memberikannya senyuman menyenangkan.

“Maaf.”

“Hehe maaf ya, Shani. Emang suka seenaknya ni anak.”

Debaran jantung Shani berdetak dua kali lebih cepat saat netranya menerima lukisan wajah maha cantik perempuan di seberangnya. Tawa kecil itu sempatnya menampilkan siluet gigi gingsul yang tampak sangat-sangat menggemaskan. Sungguh, sepertinya satu hari ini-ah tidak-tidak, mulai hari ini dan seterusnya, kebahagian yang selalu ia impikan itu akan segera terwujud.

“Iyaa gak papa kok. Ayoklah, Ntep mau main apa dulu nih?”

Taman bermain, meski sudah weekend, untungnya tidak terlalu ramai pengunjung. Jadilah mereka dengan bebasnya bisa memilih aneka permainan tanpa harus mengantri lama. Si kecil yang aktif pun tampak sangat bahagia sekali mencoba berbagai permainan yang ada. Ini kali pertama ia bermain di taman ini. Kesibukan sang ibu membuatnya menahan-nahan diri untuk tidak egois.

Gracia tersenyum senang melihat dari kejauhan Stefi yang menaiki kuda-kudaan di komedi putar bersama Shani. Inginnya si gadis kecil naik bertiga, tapi dia menolak karena kecapean.

Perasaan Gracia membuncah melihat betapa bahagianya gadis kecilnya itu. Dia tampak bebas sekali. Celotehannya terdengar lebih banyak daripada biasanya. Suatu hal yang cukup jarang ia lihat. Ah ada perasaan bersalah menyusupi hatinya, menyadari selama ini ia yang terlalu fokus bekerja.

Memperhatikan dua perempuan beda usia itu, Gracia merasa Shani sudah sangat akrab sekali bersama Stefi. Seperti bukan dua orang yang baru kenalan kemarin. Membuatnya penasaran apa saja yang mereka lakukan saat Stefi hilang kemarin. Gadis kecilnya itu jadi manja sekali pada Shani.

Jujur saja, Gracia masih tidak memedulikan perasaan-perasaan asing yang mulai mengusiknya sejak mengenal perempuan tinggi itu. Tapi makin ke sini, perasaan asing itu mulai ikut mengambil alih pikirannya. Bukanlah perasaan buruk atau apa, hanya saja sosok itu seperti terlihat ingin memasuki kehidupannya dan sang putri. Dengan segala perhatian dan semua tingkahnya, Gracia bahkan tak merasakan adanya niat buruk dari Shani.

Semudah itukah ia mempercayai orang yang baru dikenal?

Entahlah. Padahal Gracia sangat-sangat berhati-hati menerima kehadiran orang baru. Pengalaman mengajarkannya untuk tak mudah mempercayai orang lain. Kenangan buruk akan masa lalu itu membuatnya sangat awas dan waspada. Meskipun begitu beruntungnya ia, sampai hari ini orang-orang yang ia kenal sejak tinggal di kota ini adalah orang-orang baik semua.

Invisible String (with you)Onde histórias criam vida. Descubra agora