Yaa, mau gimana. Baru juga kemarin ketemu, berkenalan. Pagi ini sudah sarapan bareng aja. Meski pastinya juga merasa salah tingkah dan canggung, tapi Gracia yang memang bawaannya ramah betul, sedia melayani si tamu asing. Bahkan mungkin tanpa ia sadari si tamu ini mulai menyusup masuk ke dalam ruang lingkup hidupnya.

Terasa cepatkah?

“Shaniii makasih sudah datang jengukin Ntep!” si kecil mulai ikut bersuara. Perannya sangat membantu sekali memecah kecangungan dua perempuan dewasa ini.

Gadis kecil dalam pangkuan ibunya itu tampak senang sekali memeluk boneka beruang yang lembut. Bukanlah boneka pertamanya, tapi sepertinya tuan beruang ini akan menjadi boneka kesayangannya.

“Sama-sama sayang. Ntep suka bonekanya?”

Panggilan itu keluar begitu saja. Ah, apakah ia sudah jatuh hati pada gadis kecil itu? Sepertinya iya. Sejak kemarin mungkin. Lihatlah tawa dan senyum yang sangat menggemaskan itu. Hati Shani terasa hangat dibuatnya.

“Suka banget!”

“Yuklah, kita makan dulu. Nanti keburu makin dingin makanannya.”

-

Jam dinding di rumah Gracia menunjukkan pukul sembilan pagi. Lumayan betah juga si bos satu ini menemani dedek Ntep bermain. Sementara si ibunya sedang mencuci baju di belakang.

Ohya, Gracia izin libur kerja hari ini.

“Shani, coba liat!” Stefi menunjukkan hasil mewarnainya pada Shani.

“Wah bagus banget! Ntep pintar mewarnainya,” puji Shani memperhatikan gambar. Sebenarnya tidak ada yang 'wah' sih. Hanya ingin menyenangkan gadis itu.

Pura-pura? Gak juga sih. Cuma kalau dibandingkan interaksinya dengan Stefi kemarin, hari ini entah kenapa Shani seperti berusaha menjaga imej dan tingkahnya. Kayak, memaksa diri untuk ramah dan bersahabat atau terlihat enjoy? Bingung juga sih harus bersikap bagaimana. Dirinya yang kaku dan dingin juga tak pandai bersosialisasi ini, sungguh terasa sulit baginya.

“Shani bosan?”

“Huh?”

Kaget juga, terbuai lamun singkatnya tadi. Shani mengalihkan perhatiannya dari gambar pada raut Stefi yang memperhatikannya. Merilekskan badan, ia berikan senyum kecil untuk gadis itu.

“Gak. Shani gak bosan kok. Ini, cuma lagi ngecek pekerjaan aja. Emang Ntep bosen?” Shani menunjukkan layar ponselnya.

“Huummm..”

Shani mendadak gemas sendiri melihat gadis itu membuat raut berpikir sok serius. Tanpa sadar mengulurkan sebelah tangan dan mengusap-usap puncak kepala Stefi.

“Hehehe Ntep pengen jalan-jalan,” pinta dengan nada malu-malu serta cengiran menggemaskan.

Aduh, hati Shani tergelitik.

“Emangnya udah gak ngerasa sakit lagi?” kepikiran kondisi si gadis kecil.

“Ntep udah sehat kok!” mendadak berdiri dan berpose sehat ala Stefi.

Shani beneran terkekeh kali ini. Hais, sudah lumer aja itu sifat dingin dan datarnya.

Meraih kedua tangan Stefi yang berdiri di depannya, menggenggamnya lembut.

“Ntep mau jalan-jalan kemana hum?”

“Taman bermain!” serunya kelewat semangat.

Lagi, kekehan Shani mengiringi, “Ayoklah! Tapi harus izin sama ibunya Ntep dulu.”

Stefi menggelengkan kepalanya, “Sama Mom juga! Ntep, Mom, Shani. Kita jalan-jalan.”

Raut Shani melunak, menerima tatapan polos itu. Memperhatikan netra kecil yang mampu membuatanya merasakan ketenangan asing, namun menyambutnya dengan tangan terbuka.

Invisible String (with you)Where stories live. Discover now