"Ini pancingannya." Anak itu memberikan pancing kepada Arsha.

Tangan Arsha terulur menggapainya. Belum sampai tangannya mengambil, pancing itu mendadak jatuh ke sungai.

"Gimana, sih, megang pancingan aja nggak becus!" bentak seseorang.

"Tanggung jawab lo! Cepet ambil!"

Arsha mendesah. Sudah ia duga, pasti ia tidak akan disambut dengan baik. Arsha menatap sungai dengan ragu, ia tidak bisa berenang. Pancingan tersebut sudah berada di tengah sungai.

"Ambil! Jangan cuma diem aja!"

"Tanggung jawab lo!"

Arsha menurut, ia melepas sandalnya dan mulai berjalan menuju sungai. Tubuhnya masuk ke dalam air. Awalnya, Arsha kira sungai itu tidak terlalu dalam, tapi semakin ia ke tengah maka air semakin dalam. Arsha mendadak sulit bergerak. Ketika kepalanya mencoba mendongak dan berusaha naik, ia tak mampu melakukannya. Arsha berulang kali tenggelam ke air, bahkan teriakan dan lambaian tangannya seakan-akan tak ditanggapi.

"Tolong," pinta Arsha berulang kali dengan napas yang sesak. Ia tak mampu menahan napas lagi.

Air mulai masuk ke dalam mulutnya. Tidak ada satu pun yang menolongnya. Suara anak-anak remaja sudah tak terdengar lagi.

Tubuh Arsha lemas tak berdaya. Ia semakin tenggelam ke dasar sungai. Mungkin, ini akhir dari hidupnya. Mata Arsha terpejam membiarkan setiap air masuk ke dalam pernapasannya. Itu lebih baik daripada hidup sendiri lagipula ia tak ada yang mau berteman dengannya.

"Aku mau mati."

Hingga ia mendengar bunyi seseorang masuk ke air. Dari balik sisa-sisa kesadarannya, Arsha melihat sosok anak perempuan yang selama ini selalu mengikutinya sedang berusaha menyelamatkannya.

"Kak Shaka, bertahan. Lala pasti bisa nolongin Kak Shaka," gumam gadis itu sambil menangis ketika berhasil membawa tubuh Arsha ke atas air.

*

Yola duduk di pinggir ranjang Arsha. Di rumah cowok itu hanya ada asisten rumah tangga. Ibu ayahnya sedang keluar. Yola sudah berganti baju. Buku puisi yang selalu ia bawa kini menemaninya, buku itu sengaja ia taruh di atas nakas.

Arsha belum sadar. Suhu tubuhnya tinggi. Yola dengan sabar mengompres dahi Arsha dengan handuk basah. Baru kali ini Yola melihat Arsha lemah karena biasanya cowok itu selalu mengomel jika bertemu dengannya.

"Ma, Pa," gumam Arsha membuat hati Yola teriris. Tanpa sadar ia menangis.

Yola menggenggam tangan Arsha, seolah-olah memberikannya kekuatan. "Kak Shaka, cepat sembuh, ya."

"Lala udah malem, Ayo, pulang." Nana masuk di kamar Arsha. Ia terenyuh melihat anaknya yang merawat Arsha.

"Lala nggak mau pulang. Lala mau di sini jaga Kak Shaka sampai sembuh."

"Besok Lala sekolah. Lagian, ada Bibi Izzah sama Pakde Jarwo yang jaga Mas Shaka."

"Tapi, Ma...." Yola ingin membantah.

"Besok pulang sekolah Lala boleh, kok, ke sini lagi jaga Mas Shaka. Memang, Lala mau telat ke sekolah besok? Nanti Papa di surga kecewa sama Lala."

Yola terdiam, ia tidak ingin ayahnya kecewa.

"Iya, Ma."

Yola memilih keluar kamar dengan Nana. Ada rasa tidak rela saat ia meninggalkan Arsha sendirian. Yola menutup pintu kamar dengan nanar.

ARSHAKA - The Prince Charming (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Where stories live. Discover now