SCN~2

16.2K 733 9
                                    

Aku menggilaaaaaaa.

Biasanya aku digilai banyak wanita tapi kali ini aku dibuat gila oleh satu wanita.

Nadira Putri Indrayana

Nama itu berhasil membuat pikiranku jungkir balik, membuatku tak bisa tidur nyenyak setiap malamnya. Pertemuan singkat lima bulan lalu tersebut nyatanya meninggalkan kesan mendalam untukku. Melihatnya menangis di bangku taman di hari pernikahan Diza dengan sepupuku membuatku tertegun, apa kiranya yang membuatnya meneteskan airmata disaat semua orang tertawa bahagia. Kuputuskan untuk menghampirinya sekedar memberi sapu tangan untuk menghapus airmatanya tapi dia menolaknya dan langsung pergi begitu saja.

Ternyata wanita yang menangis di bangku taman tadi adalah kakak dari mempelai perempuan, aku melihatnya turut serta saat fotografer mengambil foto keluarga dari kedua belah pihak. Dia terlihat begitu anggun dengan gamis berwarna soft pinknya ditambah hijab berwarna senada yang membingkai wajah cantiknya. Sempurna.

"Cantik yah?" Suara Tante Shinta menghentikan pikiranku yang sejak tadi berpusat pada sosok wanita berhijab itu.

"Hhhh... "

"Namanya Nadira Putri Indrayana, kakaknya Diza. Usianya sama dengan Raihan berarti tiga tahun lebih muda darimu. Dosen termuda di salah satu Universitas Swasta di Jakarta, dan masih single."

Aku terpaku mendengar penjelasan Tante Shinta yang begitu lengkap, kalau diibaratkan Tante Shinta ini adalah Google Chrome yang bernyawa, mampu memberi informasi terlengkap tentang suatu hal.

"Dia anak yang baik loh. Kalau tante masih punya satu anak laki-laki lagi, tante ngga ragu untuk melamarnya menjadi menantu tante juga. Mau tante kenalin?" Tawaran yang menggiurkan, tapi sejak dulu aku pantang menerima bantuan dalam hal wanita. Aku rasa ketertarikanku pada gadis berhijab itu tidak sampai sejauh yang tante Shinta pikir. Kalau aku mau aku sendiri yang akan menghampirinya.

Aku menggeleng sembari tersenyum "Ngga usah tante, biar nanti aku sendiri yang maju."

Tante Shinta memukul bahuku pelan sambil terkekeh "Dia itu berbeda dari gadis-gadis yang selama ini ada di sekelilingmu, jadi jangan pernah berpikir bisa memepermainkannya yah."

Aku tertawa mendengar nada khawatir dari adik Bundaku ini, "aku tahu tante, dilihat dari penampilannya saja jelas sudah jauh berbeda."

"Harusnya kamu mencari gadis yang seperti dia, jauh dari dunia malam dan pastinya tidak matre seperti mantan-mantanmu itu."

Aku merasakan kehadiran sosok Bunda dalam diri tanteku yang cantik ini, adik kakak yang mirip.

Pandanganku kembali ke arah pelaminan, dia masih berdiri disana. Melempar senyum pada adiknya yang sedang berbahagia, apa mungkin karena dilangkahi dia jadi menangis seperti tadi.

Entah kenapa aku tidak suka melihatnya menangis, ada sebuah dorongan besar dalam hatiku untuk menghapus segala kesedihannya dan melindunginya.

***

Aktivitasku setahun belakangan ini hanyalah berpusat pada pekerjaan, aku yang terlahir sebagai anak lelaki satu-satunya dengan dua saudara perempuan mengharuskan aku menjadi penerus dari bisnis yang diwariskan oleh almarhum Ayah.

Kehidupanku sebelumnya hanyalah bersenang-senang, berkumpul dengan teman-teman genk motor, mengikuti balapan liar, clubbing, dan juga free sex. Orangtuaku bahkan sudah menyerah bagaimana mengatasi kenakalanku pada saat itu, hingga pada suatu hari Ayah mengalami serangan jantung dan nyawanya tak bisa diselamatkan lagi. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, beliau memberikan amanah agar aku menjaga dan melindungi Bunda dan saudara perempuanku serta meneruskan bisnis perhotelannya yang sudah menyebar di dua kota besar di Indonesia. Itu sebabnya aku sering bolak balik Jakarta-Surabaya untuk mengawasi segala sesuatunya agar tetap berjalan kondusif.

Awalnya aku ragu terjun langsung dalam dunia bisnis ini, disamping tak tahu menahu tentang seluk beluknya aku juga tak berpengalaman dalam memimpin sebuah Perusahaan. Aku sempat menyesali tindakanku yang tidak menyelesaikan kuliahku dulu, dan inilah resiko yang harus kutanggung. Buta dalam segala hal sementara ribuan orang menggantungkan hidupnya pada Perusahaan yang kini kupimpin.

Beruntung ada Ardi, salah satu manager hotel yang sekarang kujadikan sebagai sekretaris pribadiku atau lebih tepatnya sebagai guru dan pembimbingku. Usianya lima tahun diatasku, sudah sepuluh tahun mengabdi pada Perusahaan dan bisa dipercaya. Hampir setiap saat dia selalu berada di sampingku, mendampingiku dalam berbagai acara dan rapat penting. Untung saja statusnya sudah menikah dan memiliki anak, kalau tidak kami pasti sudah digosipkan sebagai pasangan Gay. Aku bergidik ngeri membayangkan kalau itu benar-benar terjadi.

***

Entah ini yang dinamakan jodoh atau hanya kebetulan semata, aku kembali melihat gadis itu. Gadis yang sudah memenuhi otakku selama berbulan-bulan kini berada di hotel milikku. Aku melihatnya berjalan menuju lift dengan beberapa orang. Mataku tak mungkin salah, dia memang benar-benar gadis itu. Gadis berhijab yang selalu hadir dalam mimpiku.

Setelah bertanya pada receptionist, rupanya dia dan rombongan akan menginap tiga hari disini dalam rangka seminar yang diadakan di Universitas Airlangga, tempatku dulu menimba ilmu walaupun tidak sampai selesai. Dan dari keterangan si receptionist, besok seluruh rombongan akan check out dan kembali ke Jakarta.

Dengan modal nekat dan percaya diri tingkat tinggi aku memintanya menjadi kekasihku. Aku tahu dia terkejut dan menganggapku sinting, dan terlihat seperti menahan kekesalannya padaku, aku tak perduli. Setelah pertemuan pertamaku dengannya aku sudah bertekad jika sampai kami bertemu lagi aku akan menjadikannya milikku.

Tapi diluar dugaan dia menolakku, ini sungguh memalukan. Untuk pertama kalinya seorang Prayoga Kurniawan ditolak oleh wanita, awalnya aku mengira dia hanya sok jual mahal tapi setelah mendengar penuturannya akhirnya aku mengerti. Ternyata benar yang dikatakan Tante Shinta, Nadira-nama yang sudah lama tertulis di hatiku bukanlah gadis biasa.

Dia menolak untuk berpacaran karena bertentangan dengan prinsipnya, itu berarti aku harus mengambil langkah lebih berani dari ini. Bukan pacaran melainkan Ta'aruf, yang aku tahu Ta'aruf itu adalah salah satu proses menuju pernikahan dalam Islam.

Lakukan sesuatu yang bisa membuat hati wanita tersentuh, yang bisa membuatnya merasa dihargai dan dibutuhkan.

Itulah jawaban yang diberikannya saat aku menyatakan perasaanku dan keinginanku untuk memilikinya. Dan sepertinya aku tahu apa maksud dari perkataannya.

Melamar.

Yah, aku akan melamarnya langsung dengan cara yang paling romantis. Aku yakin dia tidak akan menduga aku bisa melakukannya, dan aku yakin kali ini dia tidak akan menolakku.

Semangat^^

TbC

220215

Sebening Cinta NadiraWhere stories live. Discover now