Hi, Hayabusa

1.5K 159 22
                                    

We can sense the future through our actions

***

Tangannya berlumur darah, sudah sekitar sembilan orang yang ia bunuh, hanya satu yang tersisa. Namun takdir sepertinya tidak berpihak padanya. Area vital diperutnya tertusuk, kemungkinan besar ia akan mati beberapa menit lagi.

Kesadarannya menipis, tubuhnya ia sandarkan pada dinding kayu. Pandangannya menangkap sosok terakhir yang seharusnya ia bunuh sambil terus menutup luka diperutnya. Ini kesempatannya.

"Urgh!"

Matanya melebar merasakan gejolak darah yang keluar melalui mulutnya. Rencana yang ia siapkan sepertinya akan gagal total. Hari-hari damainya mungkin tak akan datang lagi

Seorang Hayabusa gagal?

Dia mengerang kesakitan, orang itu mendekatinya. Oh, ayolah, ini kesempatan besar untuk membunuh orang terakhir itu. Satu langkah lagi. Hayabusa terduduk kaku, mungkinkah pengaruh sihir?

Orang itu mengarahkan tangannya ke arah lukanya, raut wajahnya menunjukkan ekspresi cemas luar biasa. Tunggu sebentar. "Apa yang- argh- kan kau laku-kan?!" Tangan Hayabusa mencengkram tangan orang itu, pedang hampir menyentuh lehernya.

Ah, orang ini ketakutan tapi tetap mempertahankan posisinya. Bergerak sedikit saja mungkin lehernya akan terpotong.

"Tahan.. sebentar."

Orang itu memejamkan matanya, cahaya muncul dari telapak tangannya. Hayabusa hendak menebas kepala orang itu tetapi ia merasa rasa sakit di bagian perutnya mulai hilang. Akhirnya napasnya semakin membaik, darah tidak lagi mengalir dari sayatan di perutnya.

"Kau-"

Gusion, target keluarga Paxley terakhirnya pingsan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Tentu saja tepat dipelukannya. Hayabusa menghela napas, orang ini benar-benar menyembuhkannya?

Hayabusa memeluk tubuh lemah Gusion, membawa kepalanya ke pundaknya lalu berbisik pelan, "menarik." Seringai kecil muncul dibibirnya, daripada membunuh orang ini, mengapa tidak menyembunyikannya saja?

Dengan segera ia membersihkan barang bukti di tempat pembunuhannya sembari menggendong Gusion, bocah ini ringan.

Dua puluh menit kemudian semuanya selesai hanya menyisakan mayat penuh darah tanpa petunjuk pembunuhnya. Hayabusa kembali ke kediamannya bersama Gusion yang dalam keadaan pingsan.

Saat di pagi harilah anak ini bangun dari mimpi buruknya. Tidak ada orang lain di sampingnya, hanya kamar bercorak merah hitam yang memenuhi pandangannya.

Gusion mengerang pelan, rasanya ia tidak ingin bangun lagi, ia berbalik untuk menghindari sinar matahari yang masuk melalui jendela. Pikirannya kacau, tubuhnya gemetaran, jari-jemarinya terkepal kuat. Kemarin, ia jelas membantu orang yang membunuh seluruh keluarganya.

Tapi juga jelas, hari ini seharusnya hari dimana ia diusir dari rumahnya sampai orang itu malah datang dan membantai semuanya. Itu kejam.

Disibaknya selimut, ia berjalan menuju jendela, membukanya dengan rencana ingin kabur dari tempat asing ini. Tetapi ini bukan waktu yang baik, tepat disaat Gusion sudah duduk di jendela, Hayabusa datang memeluknya dari belakang lalu memancarkan aura menakutkan.

"Kemana?"

Suaranya sangat rendah, menyiratkan ketidakikhlasan dengan fakta bahwa peliharaannya akan kabur.

"Pulang ke rum- ah!"

Gerakan Hayabusa sangat cepat, sedetik kemudian ia sudah didudukkan ke kasur kembali. Hayabusa berjongkok dihadapannya, Gusion hanya bisa menunduk menatapnya bingung.

[HyGs] × Wow, MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang