~ SATU ~

153 91 228
                                    

Assalamualaikum....

HAPPY READING🌷

°
°
°

"Huaaahhh .... " Seorang gadis meregangkan kedua tangannya dan menguap lebar.

"Astagfirullah ... udah perawan kok gak punya malu, dibangunin dari subuh juga, gak bangun-bangun," omel Sang ibu seraya berkacak pinggang.

"Iya Bun, ini udah bangun, nih," balas gadis itu, ia berusaha membuka paksa kedua matanya yang enggan terbuka.

"Cepetan bangun, terus sarapan. Nanti ikut bunda ke pasar." Perintah Lusy, ibu gadis itu.

"Ngapain Bun ke pasar?" tanya Rara, gadis itu duduk dengan kondisi mata yang masih terpejam.

"Nyari anak ayam!" jawab Lusy asal .

"Cepetan, gak usah banyak tanya. Bunda tunggu di bawah."

Gadis itu mengangguk malas, setelah mendengar suara pintu kamarnya tertutup, ia kembali menelungkupkan badannya. Matanya terasa berat, tapi tubuhnya memaksa untuk segera masuk ke kamar mandi.

Baiklah, mungkin menyambung tidur selama sepuluh menit tidak masalah.

Ceklek!

Mendengar suara pintu yang dibuka, Rara spontan menegakkan badan, duduk bersila dan menyangga kepalanya. Bisa kena semprot kalau ibunya tahu bahwa putri cantiknya kembali menyambung tidur.

Tidak ada suara apapun hingga beberapa detik terlewat, ia menghela napas malas, kemudian hendak meneruskan kegiatannya. Matanya sungguh tidak ingin terbuka.

Tapi sebelumnya, ia harus memastikan bahwa bundanya benar-benar tidak memasuki kamar. Rara sedikit membuka kelopak mata, berusaha melihat jelas melalui celah yang ia buat.

"Ck, Kakak," Rara menghela napas kemudian kembali merebahkan badan.

"Dek, lo gak bangun? bunda masak makanan kesukaan lo tuh," ujar lelaki tampan yang duduk di meja belajar dalam kamar Rara.

"Hm," Gadis itu hanya bergumam. Lagipula, ada apa dengan kakaknya ini, kenapa ia berbicara selembut itu?

"Gak enak nih perasaan gue ... pasti Kak Pandu ada maunya 'kan?" tebaknya, sebenarnya rasa kantuk Rara sudah hilang sejak ibunya memulai sesi mengomel tadi. Tetapi matanya masih tak ingin terbuka sempurna.

"Yaelah, sama kakaknya aja gitu lo ..., sekali-kali gitu bikin kakak bahagia," seloroh Pandu.

"Eh? Berkali-kali ya," protes Rara.

"Iyadeh, berkali-kali. Jadi Adek yang baik maukan tolongin Kakak?" tanya Pandu, lelaki itu rela mengubah nada bicaranya menjadi agak manis.

"Tolongin apa dulu tapi, entar yang enggak-enggak lagi," tanya Rara.

"Kali ini yang iya-iya kok," balas kakaknya.


"Apa?" tanya Rara, gadis itu menyenderkan punggungnya di kepala ranjang.

"Entar kalo ada tamu cewek, bilang ya, kalo ini bukan rumah kak Pandu. Bilang aja gak ada yang namanya Pandu Angkasa di sini," terang kakaknya menitahkan.

TAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang