Tanpa sadar tangan Taehyung meraih sebuah silet dibalik laci. Mencengkramnya kuat hingga menimbulkan luka dalam dan ceceran darah di telapat tangannya.

"Aku tidak butuh wajah ini!" Taehyung hendak menggores wajahnya jika saja Jimin tidak datang tiba-tiba dan menghalau tangan Tehyung.

"Tidak Jim lepaskan tanganku!" Taehyung berontak.

Namun tenaga Jimin lebih besar. Pemuda Park berhasil membuang silet ditangan Taehyung.

"Kenapa kau selalu datang?! Kenapa kau selalu menghalangi ku mencapai kebebasan?!" Taehyung menarik kerah kemeja Jimin dengan emosi.

"Bukan ini jalan keluarnya Taehyung!" Jimin membentak, menyadarkan Taehyung atas segala tindakan bodohnya.

"Lalu apa? Aku tidak berharga Jimin. Tidak ada yang menginginkan ku." Lirihan Taehyung berhasil menyakiti hati Jimin begitu dalam.

"Jangan berpikir begitu. Kau berharga Tae." Ada hening sesaat.

"Jika kau bukan sahabatku kau sudah akan kubuang ke jurang karena terlalu sering meracau!" Jimin bergurau sedang Taehyung hanya terkekeh.

"Mau ikut ke rumah? eomma rindu sekali pada Taetae nya yang manis." Jimin melepaskan pelukannya, menatap Taehyung yang kini tersenyum kembali.

"Mau…tapi eomma akan marah jika melihat wajahku." Taehyung menunduk.

"Tidak. Eomma tau segalanya. Tapi sebelum itu, mari obati lukamu."  Jimin menarik Taehyung untuk duduk di pinggir kasur untuk mengobati lukanya.

Luka fisik Taehyung mungkin terobati tapi psikisnya? Taehyung telah menjadi serpihan yang mungkin tidak bisa diperbaiki.

.

Seminggu berlalu dan Taehyung sudah kembali bersekolah. Tetap diantar jemput oleh Jimin yang terlalu mengkhawatirkan keadaannya.

Jimin selalu menemani Taehyung di sekolah. Tidak membiarkan siapapun menyentuh sahabatnya termasuk Jeon Jeongguk.

Bahkan Jimin tidak segan menonjok siswa laki-laki yang berani membicarakan hal buruk tentang Taehyung didepannya. Itu menjadikan semua orang hanya diam dan bicara dibelakang.

Hari ini seluruh siswa dikumpulkan di aula sekolah. Jeon Jeongguk dan Kim Taehyung sempat berpapasan dengan pemuda Jeon yang menatap Taehyung bahkan saat pemuda Jeon telah berdiri di barisan kelasnya.

"Kalian tau kenapa kalian dikumpulkan disini?" Semua murid menjawab serempak.

"Tidak!"

Sang kepala sekolah tersenyum formalitas. Semua murid kelas akhir hanya menatap kearah depan tanpa minat. Menanti-nanti apa yang akan kepala sekolah umumkan.

"Kita akan melaksanakan study tour sekolah sebelum ujian kalian dimulai. Selama seminggu penuh di Jeju." Kepala sekolah menjeda sejenak sebelum melanjutkan.
"Seluruh kelas tingkat akhir diwajibkan untuk mengikuti kegiatan sebagai bahan tambahan nilai. Lebih lanjutnya akan di sampaikan oleh Han-Ssaem."

Han-Ssaem menundukkan badan sekilas pada sang kepala sekolah. Sebelum mengambil alih auditorium.

"Kita akan ke Jeju menggunakan pesawat. Kemudian dari bandara, kita akan menggunakan bus untuk sampai ke penginapan kita nanti disana."

Mendengar itu, keadaan mulai ricuh. Mereka semua begitu antusias dengan kegiatan mendatang.

"Sekian pengumuman dari saya, sampai jumpa." Han-Ssaem mengakhiri.

Study tour kali ini pastinya akan menyenangkan. Masalah biaya, mereka rata-rata dari kelas atas jadi tak ada yang perlu di khawatirkan soal biaya.

Setelahnya semua murid dibubarkan. Mereka diijinkan pulang karena para guru mengadakan rapat untuk mematangkan rencana study tour yang akan dilaksanakan minggu depan.

"Tae, ingin membeli roti? ku dengar toko roti di seberang sekolah membuat menu baru dengan banyak tema strawberry

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Tae, ingin membeli roti? ku dengar toko roti di seberang sekolah membuat menu baru dengan banyak tema strawberry." Jimin bertanya dengan tangan sibuk merapikan barang.

"Mau! tapi Jimin yang bayar~" Keadaan sedang sepi itu karena mereka pulang lebih akhir.

"Tidak bisa! sekali-sekali kau yang mentraktirku!" Jimin sebenarnya sedang pura-pura saja.

Inginnya menggoda Taehyung yang kini tengah cemberut dengan tangan memilin ujung tasnya.

"Aku yang akan belikan." Tidak, ini bukan Jimin yang bersuara.

Taehyung mendongak cepat dan menemukan siswa akreditasi dengan tangan berlipat di depan dada.

Dia Jeon Jeongguk si unggulan.
"Tidak." Taehyung mengembalikan raut datarnya. Kemudian melangkah cepat meninggalkan kelas diikuti Jimin yang menatap nyalang kearah Jeongguk.

Tanpa diduga, Jeongguk mengikuti mereka. Berjalan santai dibelakang Jimin dan Taehyung.

"Kenapa kau mengikuti kami?!" Taehyung berujar sarkas pada Jeongguk yang hanya mengendikkan bahu.

"Hey Kim, aku akan menciumu disini jika kau masih tidak mau mengikuti kemauanku." Ancaman yang dilayangkan Jeongguk membuat Taehyung serta Jimin mendelik marah.

"Berani-beraninya!" Jimin menyalak. Jari telunjuknya menuding Jeongguk yang terlihat santai.

Taehyung menghela nafas, tidak ingin membuat keributan ditengah keramaian seperti ini.

"Fine! aku akan ikut denganmu." Taehyung akhirnya memutuskan.

Jimin terkejut dan menatap Taehyung tajam. Apa-apaan itu?!

"Taehyung! tidak bisa!" Tangan Jimin akan menarik Taehyung menjauh jika saja Taehyung tidak malah melepaskan genggaman tangan itu.

Jimin mengernyit marah. Matanya menatap kecewa pada Taehyung yang menundukkan kepala. Kemudian pemuda Park melangkah menjauh membuat Taehyung menghela nafas.

Sesaat setelah Jimin pergi, Jeongguk menarik tangan Taehyung. Membawa kekasihnya ke depan motor.

"Pakai." Jeongguk menyerahkan helm hitam full face miliknya pada Taehyung.

"Kau?" Taehyung mengernyitkan dahinya bingung.

Tidak ada helm lain selain helm hitam yang Taehyung yakini milik Jeongguk karena seringkali dipakai oleh pemuda Jeon.

"Ta-

Taehyung belum selesai bicara ketika dengan paksa Jeongguk memakaikannya helm tersebut.

"Kau banyak bicara."

Setelah Jeongguk duduk di depan Taehyung, motor melaju meninggalkan halaman sekolah. Meninggalkan setiap pasang mata yang menatap kearah keduanya.

©queen_na1

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

©queen_na1

Our Relationshit [KV]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora