14| Tuduhan palsu

Start from the beginning
                                    

"Aku akan memanggil orang tuamu!" Guru kedisiplinan meninggikan suara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan memanggil orang tuamu!" Guru kedisiplinan meninggikan suara.

Taehyung hanya diam. Tidak ada gunanya menjelaskan yang sebenarnya sedangkan bukti palsu telah menyudutkannya.

"Panggil saja." Kemudian Taehyung bangkit dari duduknya.

"Kuanggap sudah selesai. Aku akan menerima skors darimu ssaem. Tentang pemanggilan orang tua, silahkan." Menundukkan badannya sekilas, Taehyung kemudian melangkah keluar. Mengabaikan teriakan gurunya.

"Tae apa yang terjadi?" Jimin buru-buru menghampiri Taehyung dengan wajah cemas.

"Tuduhan palsu. Aku di skors dan mereka akan memanggil orang tua ku."

Jimin terkejut. Panggilan orang tua katanya? Berarti Taehyung dalam bahaya. Jika sampai ayah Taehyung menerima panggilan sekolah tentang tuduhan itu, Jimin yakin Taehyung akan dipukuli oleh ayahnya lagi.

"Tae, menginaplah di rumah ku selama beberapa hari." Jimin memelas.

Taehyung tersenyum tipis. "Tidak. Aku harus bertanggung jawab atas segala tindakanku."

Taehyung di skors

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Taehyung di skors. Karena itu pemuda Kim masih berada di atas kasurnya. Ayahnya telah menghubunginya namun tidak pernah Taehyung jawab. Taehyung hanya membaca pesan dari ayahnya yang berisi cacian.

Hari ini, ayahnya akan kembali ke Korea dan langsung menghadap ke sekolah. Itu karena pihak sekolah mengancam akan mengeluarkan Taehyung jika ayahnya tidak datang.

Taehyung menghembuskan nafasnya lelah. Hidupnya selalu bermasalah bahkan ketika Taehyung tidak melakukan apapun.

"Miris sekali Kim." Taehyung terkekeh sendiri.

Matanya memandang langit-langit kamarnya dengan mata berkabut karena genangan air mata yang menumpuk. Jika saja Taehyung tidak ingat akan kehadiran Jimin dan bibi Han, mungkin saja Taehyung sudah tinggal nama di dunia ini.

Hidupnya terlalu berat.

"Arghh!!" Teriakan menyakitkan Taehyung menggema di seluruh penjuru kamarnya. Matanya memejam erat diikuti lelehan air mata yang melintasi pipi Taehyung.

Saat malam tiba, Taehyung mendengar deru mesin mobil. Ayahnya pulang. Taehyung menghela nafas. Tidak ingin bsngkit dari duduknya untuk kabur.

Taehyung sedang berada di ruang tamu. Jimin baru saja pulang setelah hampir seharian menemani Taehyung.
Beberapa pelayan berkumpul di depan pintu termasuk bibi Han. Menundukkan kepala untuk menyambut kedatangan tuan besar mereka.

Taehyung memilih tidak peduli. Matanya menatap kosong ke layar datar di depannya yang tengah menampilkan berita.

Hingga tiba-tiba saja Taehyung menerima pukulan keras di rahangnya. Taehyung tersungkur jatuh ke lantai. Sedangkan si pelaku; ayahnya sendiri berdiri angkuh di depannya.

"Anak kurang ajar!" Ayah Taehyung memaki. Namun Taehyung sama sekali tidak bergeming.

Kaos baju Taehyung ditarik oleh ayahnya, memaksa Taehyung untuk berdiri dan menerima kembali hantaman lain di wajahnya.

Bibi Han dan pelayan yang lain memekik. Mereka hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat lebih.

Taehyung menerima setiap pukulan ayahnya. Bahkan tanpa perlawanan Taehyung menyerahkan dirinya untuk dijadikan samsak tinju pelampiasan amarah ayahnya.
"Kapan kau tidak akan membuat keributan?! PEMBAWA SIAL!!" Sebuah tendangan menjadi pengakhir.
Ayahnya berlalu ke kamarnya sendiri setelah puas memaki dan memukuli Taehyung.

"Tuan!" Bibi Han buru-buru menghampiri Taehyung yang memuntahkan darah dari mulutnya.

Wanita itu membantu Taehyung untuk duduk kembali diatas sofa. Lelehan air mata telah membasahi pipi bibi Han.

"Aku baik bibi.." Taehyung melirih. Tangannya yang bergetar dibawa untuk menghapus air mata wanita di depannya.

Bibi Han semakin terisak. Tangannya memeras kompres air hangat yang telah dibawakan oleh pelayan lain.

Menempelkannya ke setiap luka lebam Taehyung yang memejamkan mata tanpa mengeluarkan ringisan.

Hingga tiba-tiba bel pintu berbunyi. Pelayan lain segera membukakan pintu, menemukan seorang wanita berpakaian elegan berdiri disana dengan seorang pemuda.

"Aku sudah punya janji temu dengan tuan Kim." Wanita itu berujar tanpa ekspresi. Sebelah tangannya menenteng tas ber-merk.

Pelayan itu nampak bingung karena suasana sedang tidak baik. Klien kerja atasannya tidak boleh mengetahui kekacauan yang terjadi.

Namun membiarkan tamu menunggu di depan teras rumah juga bukan hal yang baik.

"Silahkan masuk nyonya." Akhirnya pelayan tersebut mempersilahkan masuk.

Begitu mereka berjalan masuk, mata pelayan itu memberi kode kepada bibi Han.

Bibi Han awalnya terkejut namun segera membereskan segalanya semasih sang tamu membuka mantel.

"Tuan kecil, ada tamu. Ayo ke kamar anda." Bibi Han berbisik.

Taehyung hanya mengangguk sebelum bangkit dari duduknya. Menolak bantuan bibi Han dan melangkah perlahan. Tidak ingin menoleh ke belakang untuk menutupi wajahnya yang babak belur.

"Tunggu."

Suara itu berhasil menghentikkan Taehyung. Taehyung jelas mengenali suara siapa itu.

Orang itu mendekat, membalik badan Taehyung secara paksa dan tersentak begitu mendapati wajah babak belur pemuda Kim.

"Ada apa denganmu?" Jeon Jeongguk, bertanya dengan sedikit menyalak pada Taehyung.

Taehyung terdiam.

"Kim, jawab. Ad-

"Selamat malam nyonya Jeon."
Jeongguk menghentikan ucapannya ketika suara itu terdengar. Pemuda itu menoleh kearah sumber suara mendapati pria berumur yang menuruni tangga dengan tangan bersembunyi dibalik saku celananya.

©queen_na1

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©queen_na1

Our Relationshit [KV]✔Where stories live. Discover now