(14) Lapor Komandan | Pesta Radit

Start from the beginning
                                    

Lia menyodorkan kartu ATM milik Angkasa pada Gigi. "Makan sepuas kalian!"

Tita dan Gigi memekik kegirangan.

"Gitu dong Li! Mas Angkasa pasti cuma ceramahin dikit doang kok, gak usah dipikirin, oke?"

Lia tersenyum lalu mengangguk pada kedua sahabatnya itu. Mungkin benar, tak seharusnya Lia terlalu memikirkan Angkasa yang tak terlalu berarti bagi hidupnya.

_____________________

"Akhirnya, primdona kita datang juga!" Seru Radit kencang saat aku dan kedua sahabatku muncul di area pesta. Suasana tampak begitu ramai dengan kehadiran semua orang yang datang untuk acara pesta ulang tahun Radit, cowok itu memang sangat niat, sampai-sampai mem-booking club tersebut hanya untuk acara semalamnya.

Aku tersenyum lalu menyodorkan kado berisikan jam tangan yang telah ku beli di mall tadi pada Radit. "Happy birthday ya Dit! Makin tua aja lo," candaku seraya terkekeh pada Radit.

Radit menerima kado tersebut dengan senyuman manisnua. "Thanks Li, gue seneng akhirnya lo dateng."

"Susah nih bujuknya, berterima kasih lo harusnya sama gue," ujar Tita yang baru maju dan memberikan kadonya pada Radit. Aku hanya mendengus mendengar perkataan Tita.

"Iya deh, makasih Ta, lo emang terbaik."

"Gitu dong! Manggil Tita, bukan Tit."

Semua tertawa mendengar perkataan Tita. Tak ayal aku yang memang sudah tak kepikiran lagi perihal Angkasa, toh dia tidak akan tahu jika aku berada di sini. Iya kan?

"Sini Li minum, lo pasti haus kan?" Tawar seorang cowok yang aku tidak tahu namanya. Karena ini pesta dan berada di club juga, jadi aku terima-terima saja, toh hanya untuk duduk dan minum kan? Bukan masalah yang besar.

Tita dan Gigi sudah berbaur ke berbagai tempat, sementara Radit masih sibuk menyapa para tamunya yang semakin ramai.

"Makin cantik aja lo," puji cowok tersebut yang tak aku ketahui namanya.

"Thanks, tapi gue cewek, udah jelas cantik."

Dapat kudengar suara tawanya yang renyah. "Lucu juga ya lo ternyata. Kenalin, gue Dion."

Aku menyambut uluran tangannya. "Lia."

"Naralia Rengganis, right?"

Aku mengangguk membenarkan ucapannya. "Tahu dari mana nama gue?"

"Gue sepupu Mas Angkasa, masa lo gak kenal sih?"

Kedua mataku membulat sempurna saat cowok bernama Dion berkata demikian. Sepupu Angkasa? Astaga ... bagaimana jika Dion mengadu pada Angkasa jika aku tengah berada di sini sekarang. Sial! Ketakutanku kembali muncul ke permukaan, apalagi setelah melihat seringaian jahil yang muncul dari wajah Dion.

"Kenapa? Santai aja kali."

"Bohong! Lo pasti bukan sepupunya Mas Angkasa kan?"

Dion berdecak seraya menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Batu lo. Dia itu anak dari kakaknya bokap gue, masa iya gue gak kenal?"

"Masalahnya gue gak pernah ketemu lo, mana mungkin gue percaya gitu aja?"

"Oke, kalau lo gak percaya."

Lapor, Komandan! [END]Where stories live. Discover now