It's you part.4

171 23 8
                                    

Dikarenakan saluran pembuangan air mampet, Haesuk berakhir harus mendatangkan petugas jasa. Entah benda aneh apa gerangan yang menyebabkan saluran pembuangan itu tidak bekerja dengan baik. Ini sungguh sebelumnya tak pernah terjadi.

Wanita yang usianya di atas pertengahan abad itu terlihat memperhatikan cara kerja sang petugas yang saat ini sedang menjalankan tugas. Bagitu pun dengan Hani. Gadis muda itu netra'nya tak henti memandangi salah satu diantara dua pekerja yang sedang melakukan aksi.

Adalah seorang pria berusia sekitar setengah abad yang menarik perhatiannya. Rambut hitam seperti tidak terurus, dengan sedikit kumis bahkan janggut, juga warna kulit yang cukup eksotis bagi sebagian orang. Wajah lelah begitu terpancar dari wajahnya. Pria itu sesekali terlihat menyeka peluh yang menghalangi penglihatan dengan lengan bagian atas sementara kedua tangannya tetap bekerja.

"Ahjusshi.." Hani memberanikan diri menyapa. Perhatian kedua pekerja itu teralihkan, begitupun dengan Haesuk. Ketiganya serempak memandangi sang biang.

"Apa kita pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya?" Ia yakin pernah melihat wajah pria itu. Pria paruh baya yang seperti tak terawat. Tubuhnya juga sedikit kurus.

Dengan sedikit senyuman, pria itu menjawab. "Ku rasa tidak. Aku bukanlah salah satu dari mereka yang bisa mengenal orang mulia seperti kalian!" Perkataan pria itu terdengar menyentil bagi Haesuk.

Kasian pria itu. Bagaimana bisa menganggap dirinya lebih rendah hanya karena pekerjaan yang dirinya tekuni. Menatap iba itulah yang sedang Haesuk lakukan.

Kening Hani masih saja mengerut. Dia sungguh yakin pernah melihat pria ini. Tapi dimana? Kenapa wajahnya sama sekali tak asing. Kembali Hani berpikir dengan penglihatan yang tak luput dari pria yang kehilangan kepercayaan diri itu.

Tunggu..

Bukankah Ahjusshi ini..

Dengan terburu-buru, Hani meninggalkan dapur menuju kamar yang disediakan untuknya. Disana gadis muda itu mulai mengeluarkan benda-benda miliknya. Mulai dari dalam lemari sampai dengan laci nakas, Hani mulai mengeledah. Berusaha menemukan apa yang dicari.

Tak butuh waktu lama, gadis itu akhirnya menemukan selembar foto usang. Kembali ia mengamati foto yang kini sudah berada ditangan. Membiarkan benda-benda lain berserakan akibat ulahnya.

Dengan nafas sedikit memburu, Hani kembali berlalu dari kamar.

Saat dirinya keluar, ia sudah kehilangan pria petugas jasa. Tak hanya tinggal diam, gadis muda itu keluar dari rumah megah tanpa alas kaki. Mengejar petugas.

Beruntung saja ia masih bisa mencegah langkah keduanya untuk pergi. Hani berhasil menghentikan kedua petugas tersebut dengan teriakan "Ahjusshi!"

Dengan nafas yang kini semakin memburu, Hani menghampiri petugas itu sembari memperlihatkan apa yang ada ditangan.

Haesuk masih tak mengerti dengan kejadian yang ia saksikan didepan pintu utama rumahnya. Hani sungguh unik. Begitulah ia berpendapat. Tanpa beralih, masih memperhatikan kejadian yang sedikit jauh dari pandangannya. Netra'nya sedikit memicing.

Maklumlah, rumah keluarga Kim mempunyai halaman depan yang cukup luas dan panjang. Wajar bila Hani kelelahan akibat berlari.

Rona wajah pria itu berubah ketika menyaksikan sebuah foto usang yang ditunjukkan Hani. Netra'nya kini beralih melihat Hani. Hal sama berlaku pada Hani. Gadis muda itu benar-benar ingin memastikan kalau apa yang ada dalam pikirannya memang tidaklah salah.

"Ahjusshi, apa ini adalah foto Ahjusshi saat masih muda?"

Foto itu memperlihatkan keluarga muda yang mengendong bayi mungil. Salah satu dari mereka adalah mendiang ibu Hani. Lalu bayi mungil yang berada dalam gendongan pria muda itu bukankah?

it's you [Completed]Where stories live. Discover now