~|Pengkhianatan|~

5.9K 1.2K 520
                                    

•Harusnya aku bisa lulus lalu aku melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, tapi ia membuatku menjadi rendah•

••••|Before you leave|••••

Back Author POV.

"Jeano bangun kamu gak mau sekolah?"

Jeano membalikkan badannya enggan menatap ibunya yang berdiri di samping kasur sambil menatap putranya yang kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Matiin AC! Gue kedinginan."

"Sekolah! Jangan-jangan kamu takut masuk sekolah karena kamu gak mau ketemu sama anak itu?" Rina bertanya dengan nada santai, ini hari Senin waktunya kembali beraktivitas seperti biasanya, bekerja, sekolah, dan lain sebagainya.

"Bacot, gue gak mau sekolah," ucap Jeano meremas selimutnya dan menggigil kedinginan.

Ibunya mematikan AC lalu kembali berjalan ke arah Jeano, "Mau jadi apa kam—" kalimatnya tak sampai selesai, ketika tangannya hendak menyingkirkan selimut Jeano tak sengaja menyentuh leher Jeano dan merasakan panas yang begitu tinggi.

"Kamu sakit?"

"Ck, berisik banget. Gak usah sok peduli gue sakit atau enggak, dari gue kecil sampe sekarang keadaan kayak gini selalu gue rasain sendirian. Lo? Mana tahu apa yang gue rasain, pergi gue mau istirahat."

Jeano menghempaskan tangan ibunya yang masih bertengger di atas bahunya, kembali menarik selimut untuk meredakan rasa dingin yang menusuk-nusuk hingga tulangnya. Tubuhnya panas, namun yang Jeano rasakan adalah aura dingin yang mencekam.

"Kamu tuh bisa gak sih jangan ngomong Lo—gue sama orang yang lebih dewasa, sopan santun pake!" Rina amat marah ketika Jeano masih saja menggunakan kalimat yang cukup kasar untuk berbicara orang tua.

Jeano tak menjawab ia berusaha memejamkan matanya lagi untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya, mungkin Jeano sudah tumbang alias sakit. Panas dalam serta demam yang Jeano alami, sejak kecil ia memang sering seperti ini dan ketika berbicara tentang kondisinya pada sang ibu ia hanya acuh dan memberikannya beberapa lembar uang untuknya berobat, sendirian.

Jeano kecil hanya ingin diperhatikan seperti anak-anak lain, tapi ibunya tak memenuhi itu semua, pada akhirnya Jeano tumbuh dengan kepribadian yang kasar dan tak jauh berbeda seperti ibunya.

"Terserah kamu lah." Rina pergi meninggalkan Jeano di kamarnya setelah berbasa-basi namun tak melakukan apa-apa, reaksi ini sudah Jeano kira.

"Pura-pura peduli padahal akhirnya sama aja."

Jeano semakin mengeratkan selimutnya, matahari sudah datang hingga menembus sedikit celah yang ada di kamarnya. Tapi, semakin cahaya datang rasa dingin di tubuhnya semakin menjadi-jadi.

"Sialan kenapa dingin banget gini." Jeano bangun dari tidurnya, berjalan ke arah lemari pakaian untuk mengambil selimut lebih banyak, dengan gigi yang beradu hingga menimbulkan suara khas orang kedinginan.

"Gak biasanya gue sakit sampe begini," ucap Jeano kembali merebahkan diri di atas kasur, memakaikan selimut ke tubuhnya sampai 3 lapis tapi itu tidak membuatnya menghangat tapi justru semakin dingin.

Before you leave [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora