05 - Obsesi

80.7K 7.9K 3.6K
                                    

Jam dinding pada ruang kerja pemilik cafe itu menunjukkan pukul sebelas malam.

Dengan gerakan tertatih, Renjun bergerak mengancingkan celananya, kemudian merapikan baju. Ia meringis saat benda ketat itu menyentuh pantatnya dan menimbulkan rasa perih sekaligus ngilu akibat kegiatan panas yang baru saja ia lalui.

Ya. Setelah digagahi berulang kali selama lebih dari tiga jam, akhirnya ia bisa bernapas lega sembari mengistirahatkan tubuhnya yang kembali tak memiliki energi.

Tubuh Renjun serasa remuk. Kakinya lemas, namun ia tidak bisa duduk karena tubuh bagian selatannya masih terasa sakit.

Pintu pada ruangan terbuka. Haechan masuk dan langsung berjalan menghadap sosok yang tengah berdiri membelakanginya; di depan meja kerja pada ujung ruangan. Ia melirik kesamping, dan begitu terkejut saat melihat penampakan lemah sang primadona café yang kini tengah berdiri di sisi sofa dalam keadaan berantakan.

"Boss memanggil saya?"

Sang tuan muda berbalik badan, "segera urus pembelian gedung. Aku ingin bulan depan segalanya sudah beres."

Haechan mengangguk patuh. "Siap laksanakan, Boss."

Pintu terbuka, sosok besar Shownu masuk dengan langkah tegapnya menghadap Guanlin. "Mobil sudah siap, Boss."

Mendengar suara rendah itu, Guanlin mengangguk sekali.

Haechan menundukkan kepala, melangkah mundur beberapa jangkah untuk memberikan jalan pada sang Tuan Muda.

Si pemuda tampan memakai jas yang tersampir diatas meja. Mulai melangkahkan kaki maju, kemudian membelok kearah sesosok mungil yang tengah berdiri tertunduk di depan sofa panjang.

Jemari Guanlin bergerak menyentuh pipi pucat sosok cantik di depannya. Mengusapnya pelan, lalu menarik tengkuk Renjun untuk menyatukan bibir keduanya.

Disaat kedua pemuda itu saling memagut dan menghisap bibir satu sama lain, disaat itu pula dua pria lain yang tengah berdiri di sebelah pintu semakin menundukkan kepala.

Sesekali Haechan mencuri lirikan singkat pada pemandangan didepam sana, namun buru-buru ia alihkan lagi disaat kedua orang itu melepaskan tautan bibir mereka.

"Aku menunggumu."

Dengan wajah sayu, Renjun mengangguk pelan saat suara rendah itu berbisik tepat disebelah telinganya. "I-iya, Tuan."

Mempertemukan kembali tatapan dengan si pemilik tubuh kecil, Guanlin selanjutnya menelisik tiap inci wajah cantik di depannya itu untuk ia kagumi. Ia kecup lembut kedua kelopak yang tengah mengerjap itu secara bergantian, lalu beralih memberikan ciuman singkat pada bibir merah Renjun satu kali lagi, barulah ia melepaskan rengkuhannya dan berbalik menuju arah pintu.

Benda kayu itu berdebam pelan. Sang Boss besar dan bodyguard pun telah meninggalkan ruangan.

Haechan memandang Renjun dalam diam, hingga membuat sosok mungil itu sedikit salah tingkah. "Jangan melihatku seperti itu."

Sebuah dengusan terdengar kasar. Haechan melangkah lalu mendudukkan diri pada kursi kebesarannya. "Kemarilah."

Renjun berdecak, tetapi akhirnya menurut juga.

Dengan sedikit tertatih ia mendekati meja kerja si pemilik café, lalu kembali mempertemukan tatapan dengan pria berkulit coklat di hadapannya.

"Duduk."

"Kamu gak liat aku lagi kesakitan?"

Haechan terdiam. Melirik sekilas pantat Renjun yang terbalut celana panjang, kemudian menghela. "Kamu harus lebih berhati-hati setelah ini, Ren."

THE BOSS - GUANREN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang