16- KECEBONG VS RENTENIR KELAS

Start from the beginning
                                    

"Oke, baik. Apa kabar kalian semuanya? Ibu harap kalian dalam keadaan baik-baik saja,"

"Baik, Bu!" Jawab mereka serempak dibalas anggukkan dan senyuman merekah dibibir guru wanita paruh baya tersebut.

"Sebelumnya perkenalkan nama Ibu, Ibu Beti. Ibu disini menggantikan posisi Pak Agus, karena beliau akan naik jabatan sebagai guru bahasa Indonesia. Semoga kalian tidak bikin ulah," kata Ibu Beti seraya menatap siswa-siswi kelas 12 IPS 3 dengan bergilir.

Kepala Gibran sempoyongan hampir jatuh, jika Algerian tidak menahannya. Algerian memukul kepala Gibran dengan kencang membuat cowok itu gelagapan sendiri.

"Bangsat, anjing lo!" Maki Gibran pada Algerian.

Seluruh mata teralihkan kepada Gibran yang sepertinya belum menyadari akan kehadiran Pak Agus dan guru baru mereka, Ibu Beti.

"Mulut lo, bego!" Kenzo menyumpal mulut Gibran dengan segumpal kertas.

"Siapa yang ngomong kasar tadi?" Bu Beti menatap siswa-siswi barunya dengan tatapan bergilir. "Ibu enggak mau ada yang suka ngomong kasar disini. Kalian disini di didik dengan baik, paham?"

Anggukan seluruh penghuni kelas 12 IPS 3 mereka perlihatkan membuat Bu Beti menghela nafasnya dan tersenyum tipis. Tapi kecuali dengan Gibran.

"Algerian Mahatma Pradipta!" Panggil Bu Beti seraya membaca absensi pada lembar kertas yang ia bawa.

Algerian mengangkat tangannya. "Hadir, Ibu!"

"Afkar Abigail!"

"Hadir, mom!" Sahut Afkar.

Gibran menggeplak kepala Afkar, beruntungnya bagi Gibran, Afkar duduk didepannya. Maka sangat mudah untuk menjadikan kepala Afkar sebagai gendang.

"Barley Atthala!"

Seluruh siswa kelas 12 IPS 3 celingak-celinguk mencari keberadaan Barley yang tidak menyahuti panggilan Ibu Beti. Bangku Barley kosong, cowok polos itu tidak ada ditempat duduknya.

"Barley Atthala dimana?" Tanya Bu Beti.

"Ada acara keluarga dirumah katanya, Bu. Surat izinnya ada di loker meja guru," ucap Afkar.

Gibran memajukan tempat duduknya. "Lo kayaknya tau semua tentang Barley. Dia pergi kemanapun kayaknya lo tau. Atau jangan-jangan---" Gibran mencolek lengan Afkar. "Lo belok ya, Kar?"

"Matamu, nyet!" Gibran dan Algerian tertawa pelan saat melihat wajah kesal dari teman satunya ini.

"Azzura Arabela!"

Abel mengangkat tangannya. "Hadir, Bu!"

Gibran menolehkan kepalanya kesamping kiri. Cowok itu menyandarkan tubuhnya pada dinding disampingnya, mata sipitnya terus menatap Abel dengan intens.

Gibran tersenyum simpul saat mengingat kejadian kemarin. Atau Gibran perlu menandai bahwa hari kemarin adalah hari kepahlawanan Gibran---karena telah menyelamatkan Abel melawan sekutu, alias Sandega kutu kupret.

"Gibran Dirgantara Reynand!"

Gibran gelagapan. Cowok itu menegakkan tubuhnya dan mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya. "I'm here Mother!"

Suara gelak tawa menghiasi ruangan kelas buronan ini. Algerian dan Kenzo menginjak kencang kaki Gibran membuat cowok bermarga Reynand tersebut mengaduh kesakitan.

"Bangsat lo berdua!" Maki Gibran pelan.

Abel menolehkan kepalanya dan menatap Gibran dengan datar. Sampai kapanpun Gibran tidak akan berubah. Sikap tengilnya, bar-bar dan sikap yang mampu membuat orang darah tinggi tidak akan hilang begitu saja.

GIBRAN DIRGANTARAWhere stories live. Discover now