Dua Belas: Chaos

1.1K 181 79
                                    

Tidak recommended untuk yang cuma nonton Anime nya aja, karena masih lumayan jauh :'3

Meskipun pesawat berguncang dan berayun, nyaris kehabisan bahan bakar, Erwin tetap memaksakan diri untuk bangkit berdiri. (Y/N) sudah berusaha menopangnya agar tidak goyah, justru wanita itu yang tersungkur, membuat seisi pesawat memuntahkan tawa.

"Sayang, kau baik-baik saja?" Tanya Erwin seraya menahan tawa.

"Yah, sebenarnya tidak."

"Dimana? Apa ada yang terluka?"

"Harga diriku, Erwin..."

"Ya ampun." Pria itu menggelengkan kepalanya dan mengangkat tubuh mungil (Y/N) ke posisi semula. "Yakin tidak ada yang sakit?"

"Si babi ini mana pernah merasakan sakit." Sambar Levi.

"Ha, itu lucu sekali, cebol."

"Apa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, babi."

"Cebol!"

"Babi."

"Cebol!"

"Sudah, sudah." Erwin membekap mulut (Y/N) dengan telapak tangannya, alisnya berkerut serius seketika. Suaranya yang tegas berhasil membungkam semua orang. "Sebentar lagi kita akan tiba di Benteng Salta. Kita bertarung disana. Fokuslah."

"Oh.. Oke, terserah saja." (Y/N) merendahkan suaranya, merasa tertampar oleh ucapan pria itu.

"Erwin," Levi berjalan sempoyongan menghampirinya, wajahnya serius dan penuh tekad, tapi sorot matanya hangat. Bahkan lebam, luka, dan perbannya pun tampak memudar.

"Ya."

"Kerahkan jantungmu." Perkataan itu terucap, benar-benar di luar dugaan. Levi tak pernah sekali pun melafalkan slogan itu, bahkan sejak hari pertama ia bergabung di Pasukan Pengintai.

"Sulit dipercaya." Erwin tersenyum.

Di tempatnya berdiri, alih-alih sebuah pistol atau senapan, (Y/N) mengacungkan pedangnya yang berkilat di balik bayang-bayang. Sorot matanya tak kalah tajam dengan pedang itu, tampak seperti monster sebenarnya.

"Semua ini harus berakhir."

Suaranya terdengar lebih menyakitkan dari siksaan mana pun. Dia letih. Dia telah hancur. Dan dia tak ingin bertarung lagi.

Sebagian dari diri Erwin juga tak ingin. Sebagian lagi berharap ia bisa menyerah saja dan menjalankan sisa hidupnya dengan tenang, berdua dengan (Y/N), satu-satunya yang tersisa dari hidupnya.

Namun Erwin tahu dirinya adalah seorang pemimpin. Dia tahu posisi dan tanggung jawabnya. Sejak awal dia sudah mendedikasikan jantungnya untuk kedamaian umat manusia.

Selama peperangan belum berakhir..
Selama kebencian masih berlangsung..
Aku.. Erwin Smith..

Tidak akan mundur, kecuali gugur.

"Aku minta jubah hijauku."

***

Warhammer- (Y/N) menerjang untuk menangkis serangannya, tapi serangan itu tak kunjung datang. Alih-alih, Warhammer Titan yang dikendalikan Eren itu berlari, dia berlari dari wanita itu, memelesat menuju kepala Founding Titan Eren.

Dan begitu Warhammer berhenti, tombaknya menembus tubuh Cart Titan yang nyaris saja meledakkan kepala Eren, mengangkatnya ke udara seperti bendera.

I'll Remember You: Beginning of the EndWhere stories live. Discover now