Lima: Alliance

1.4K 217 30
                                    

Di suatu tempat di balik asap, (Y/N) mendapati kereta suplai milik Prajuritnya hancur lebur. Ia berusaha melawan arus asap yang memedihkan mata dan tenggorokannya, namun kakinya berakhir tersandung sesuatu dan goyah.

Wanita itu mendarat berhadapan wajah dengan sesosok mayat yang bersimbah darah- Tidak. Dia masih bernapas. Tangannya menyapu darah merah kental itu dari wajahnya untuk memastikan siapa seseorang yang sedang di tindihnya.

(Y/N) mendorong diri untuk menjauh dari orang itu. Jeritan terlepas darinya dalam paduan rasa frustasi dan duka yang mengerikan.

"LEVI!"

***

Erwin nyaris tak dapat mengimbangi langkah tapi prajurit di punggungnya, yang memegangi kedua lengannya yang terborgol, terus mendorong. Seorang Prajurit lain melakukan hal yang sama kepada Jean, memaksa bocah itu menjajari sang Komandan.

Suara dentuman dimana-mana, terdengar dari arah luar, diikuti oleh suara tembakan dan jeritan-jeritan yang mengerikan. Erwin mengira pria bernama Onyankopon itu akan bergerak ke bawah, berbaris turun menuju sel yang gelap. Alih-alih, ia menggiring sang Komandan ke atas. Memperlihatkan tentang apa yang sedang terjadi di luar bangunan ini.

"Pasukan Marley menyerang dari langit." Jelas Onyankopon, sambil melambaikan tangan, mengusir para Sentinel yang menggiring kedua tahanan itu. "Sekitar lima ratus Prajurit diserang oleh Jaw Titan, Cart Titan, dan Armor Titan secara serentak."

"Apa?"

"Komandan, anda satu-satunya petinggi yang tidak minun Anggur itu, kan?"

Erwin mengangguk. "Ya."

"Kalau begitu tolonglah," Dia memandangi Erwin, dan siapa pun bisa melihat sedikit getaran di tubuhnya. "Eren sedang melawan mereka sendirian."

"Apa-apaan?!" Gertak Jean.

Onyankopon melepaskan borgol pada kedua orang itu, sebagai tanda keberpihakannya. "Dia kesusahan, tapi dia akan mengalahkannya cepat atau lambat. Kekuatan Founding Titan akan dicuri oleh Marley. Tolong bantulah! Bantu Eren dengan semuanya!"

Erwin berjuang, giginya bergemertak, tapi tak dapat bergerak satu senti pun dari tempatnya berdiri. Dia bahkan tak dapat bicara.

"Omong kosong, bajingan!" Jerit Jean, mencengkeram kerah pria itu. "Siapa itu 'semuanya' huh?! Itu pertarunganmu! Kau pikir kami akan menuruti pengkhianat ini?!"

Di sampingnya, Erwin menghela napas dan menghentikan aksi bocah itu. "Sudah, hentikan."

"Apa? Komandan?!"

"Kendalikan dirimu, Jean."

"Maaf!" Onyankopon berlutut. "T-Tapi kalau aku tak menurut, Yelena akan meledakkan kepalaku!"

"Aku sudah cukup dikhianati! Oleh Reiner dan Bertholdt! Annie! Eren! Sudah cukup!" Jean mendesis melalui giginya yang terkatup. "Kenapa kita harus membantu Eren, huh?"

"Dengarkan dulu." Tegas Erwin menarik tubuh Jean sejauh mungkin dari pria itu.

"Aku benar-benar tidak tahu tentang Anggur.. Atau rencana Euthanasia. Relawan lain juga sama." Bisiknya, lemas. "Lagi pula, aku tidak ingin membantu rencana itu. Euthanasia atau apalah itu. Aku hanya ingin membantu Paradis dan mengalahkan Marley bersama."

"Bangunlah, Onyankopon." Erwin mengulurkan tangannya. "Kau adalah orang yang baik."

"K-Komandan, kau mempercayaiku?!" Pria itu menangis, kemudian tersenyum. "T-Terima kasih!"

"Lalu, apa yang harus dilakukan?" Bola mata Erwin menusuknya seperti sebuah pisau. "Jika kita membantu Eren dan Zeke, maka Euthanasia akan diterapkan, kan?"

I'll Remember You: Beginning of the EndWhere stories live. Discover now