Tujuh: Execution

1.2K 202 57
                                    

(Y/N) bergeming, menyaksikan, dan menertawai dalam diam omong kosong Floch yang lebih terdengar seperti sebuah gurauan tak berbobot.

Onyankopon dan Yelena dipaksa berlutut di hadapannya. Sebuah Eksekusi mati. Dan ini adalah bentuk pengkhianatan terburukJulukan Iblis itu bahkan terdengar sangat cocok untuk mereka.

"Kami para Yeagerist, akan menanggung keinginan Eren untuk mengalahkan dunia! Ini adalah sebuah Proklamasi, bahwa Pulau Paradis berada di bawah kekuasaan kami!" Teriaknya, diiringi sorak-sorak gembira dari kerumunan.

"Dasar bodoh." (Y/N) bergumam sendiri dari tengah-tengah kerumunan yang sangat gaduh. Mungkin tak seorang pun dapat mendengarnya.

"TEMBAK! TEMBAK MEREKA!" Kerumunan semakin padat dan memuakkan.

"Nama Kriminal-kriminal ini adalah Onyankopon dan Yelena," Floch tertawa licik. "Dia bilang dia lebih memilih mati daripada hidup dibawah kekuasaan Kerajaan Eldia."

"Ini yang kudapatkan? Setelah semua yang kuberikan pada kalian?" Onyankopon menjerit, dan (Y/N) paham rasa sakit macam apa ini— Ia juga telah merasakan pedihnya pengkhianatan. "Aku meminjamkan tenagaku pada Eldia untuk menyelamatkan kampung halamanku dari Marley. Tapi itu juga untuk kalian semua."

Bagus, Onyankopon. Keluarkan semua bebanmu, aku bisa menunggu. Batin wanita itu seraya menyeringai.

"Kampung halamanku akan hancur, dan keluargaku akan dibantai— Apa ini?!" Ia melemas, hanya bisa menertawai seluruh guyonan yang sangat tidak lucu ini. "Apa yang kudapat dari semua ini?"

"Kematian." Floch melirik Jean, mengangguk. "Selesaikan."

"Kau seharusnya tahu betapa buruknya dibunuh tanpa pandang bulu dan peringatan, kan?! Kenapa kalian tidak paham juga?!" Suaranya tak wajar, seakan terasa cairan asam yang merobek tenggorokannya. "Jean, jangan diam saja dan katakan sesuatu!"

"Huh." (Y/N) menepis orang-orang yang menghalangi jalannya, bibirnya tak berhenti tersenyum— Senyuman itu adalah sebuah ejekan. "Mereka yang berada di luar Pulau ini tidaklah salah."

"JEAN, TEMBAK DIA!"

"Diam, Floch. Suaramu jelek." Geramnya. "Aku belum selesai berbicara."

"JEAN—"

"Kita ini Iblis."

"JEAN!"

Pedang teracung tinggi ke udara, terlihat ngeri dalam genggaman jemari tuannya. "Pedang ini dulunya hanya ditujukan untuk membunuh Titan, tapi aku tak keberatan untuk menyalahgunakannya khusus untukmu, Floch Forster."

Floch menarik pelatuknya. Namun alih-alih, pelurunya habis. "SIAPA PUN! TEMBAK!"

Para prajuritnya tak ada yang berani bergeser satu senti pun saat melihat kedua mata (Y/N) yang berkilat ganas mengancam mereka.

Tidak ada keraguan di mata (Y/N) dan tidak ada penyesalan. Momen ini telah lama dinantinya. Saat pedang itu mengayun, menebas udara, kulit, dan tersangkut di dagingnya. Floch menjerit, merintih kesakitan sedangkan (Y/N) tak sedikit pun mengedipkan mata.

"Eh? Hee~ Tumpul?" Ia mengangkat alisnya, seperti anak kecil yang kebingungan. "Sepertinya pedang ini— Aku menggunakannya sepanjang hari untuk membunuh para rekanku yang berubah menjadi Titan di Hutan."

"A-Apa kita harus menghentikannya?" Mikasa cemas, menyikut Connie.

"Tunggu, sedikit lagi." Erwin memberi isyarat dengan jemarinya.

I'll Remember You: Beginning of the EndWhere stories live. Discover now