ASKALA 10

138 92 61
                                    

10. Enemy of the Past

Getaran notifikasi ponselnya berdering di meja kaca didepannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Getaran notifikasi ponselnya berdering di meja kaca didepannya. Membuat atensi pemuda itu beralih. Sang empu merubah wajahnya menjadi sedikit kesal. Bagaimana tidak bisa-bisanya ada yang menganggunya disaat senang-senangnya menonton kartun animasi spons.

Ia menekan tombol yang berwarna hijau tersebut. Ia menangangkat telpon tersebut kala melihat nama pemanggil.

"Siap-siap. Empat jam lagi kita kumpul di markas."

"Ada masalah apa lagi sih, Ka?"

"Drako ngundang kita buat ngalahin dia lagi," ucap Askala diseberang sana dengan nada angkuhnya.

"Dih! Anjir gak puas-puas apa dia liat kekalahannya," kekeh Dewa.

Bukan Vegasus namanya jika tidak sombong. Nada angkuh Askala seakan mendidih. Mereka diajak- ah lebih tepatnya di tawarkan untuk duel jalanan. Siapa lagi jika bukan dengan Drako. Pemuda yang hobinya mengancam dengan kelemahan seseorang.

"Gue tutup dulu. Jangan lupa Lo ngasih tau anak-anak," peringat Askala diujung sana. Membuat Dewa mengangguk seraya menjawab 'iya'. Askala mematikan sambungan itu sepihak.

Setelah Askala memutuskan telepon itu sepihak, dengan cepat Dewa membuka room chat para anggota Vegasus. Mengirimkan pesan persis seperti apa yang Askala ucapkan di telepon tadi.

Yang pertama bertanya mengapa Askala menyuruh untuk berkumpul adalah Ragos. Dan ini karena Drako, pemuda yang bisa nya mengancam dan tak ada habis-habisnya untuk mengajak duel Askala. Padahal Askala sudah sering kali mengalahkan pemuda tersebut. Jika tidak balapan yah adu jotos. Tak ada puasnya jika Draco tidak mengajak Askala duel dalam satu bulan.

Memang hanya Askala yang di tawarkan untuk balapan. Namun Askala memerlukan Vegasus inti. Untuk apa? Untuk apalagi jika bukan untuk menertawakan kekalahan Drako untuk kesekian kalinya.

* * *

Askala membuang satu puntung rokok kesembarang arah. Sudah tiga batang rokok yang ia hirup diwaktu yang bersamaan dan hanya berselang beberapa menit. Tak biasanya Askala merokok sebanyak ini. Paling tidak hanya sebatang rokok dalam tiga hari bahkan dalam seminggu.

Drako sialan. Desis Askala mengeraskan rahangnya. Ia menggenggam ponselnya kuat. Mengepalkan kedua tangannya.

Mau apa lagi Drako menantangnya. Apa belum puas sebulan yang lalu babak belur ditangan Askala?

Askala melirik kearah bawah balkonnya. Sebenarnya ia tak berniat untuk melihat keadaan dibawah namun pikiran random Askala menguasai seonggok otak gantengnya. Bagaimana jika Askala melempar Drako dari lantai atas balkonnya? Memang tak terlalu tinggi, namun masih bisa untuk membuat seseorang geger otak ataupun patah tulang. Lumayan jika pemuda bajingan itu dilempar dari atas balkon kamar Askala. Siapa tau pemuda itu mengalami amnesia permanen kan?

ASKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang