ASKALA 02

289 230 58
                                    

02. Gadis Bunda

"Musuh paling jahat adalah manusia itu sendiri."

Annara Kayana, biasa dipanggil Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annara Kayana, biasa dipanggil Nara. Gadis berambut sepinggang. Sangat disayangi Rahesa dan Mama Rani. Hobi nya adalah memberi makan Momo, si kucing berbulu putih, sayangnya itu adalah kucing tetangganya. Kata Rahesa, Nara itu sangat cerewet. Dan Nara tak setuju dengan pernyataan satu ini. Menurutnya ia hanya cerewet dengan orang-orang sekitarnya.

Jika berbicara soal ayah. Nara selalu menghindar. Jujur saja ia sangat mat iri dengan teman-teman sebayanya yang mempunyai keluarga lengkap.

Namun Nara tak mempusingkan hal tersebut. Toh, hidup akan berjalan dengan porsinya. Jalani saja, terkadang hal-hal menyakitkan seperti itulah yang membuat seseorang menikmati manis pahitnya hidup.

Nara memang tak tinggal bersama Ayahnya. Karena Ayahnya memiliki kehidupan baru dan orang-orang baru. Tak jarang Nara diajak, lebih tepatnya dipaksa ikut untuk tinggal dirumah lamanya. Namun Nara tak mau, terlalu banyak kenangan disana. Terlalu sakit ketika melihat sang ayah lebih menyayangi orang lain ketimbang anak kandungnya sendiri.

Rahesa, Kakaknya Nara juga tinggal bersamanya dan Mama Rani. Dua orang yang bisa Nara pegang saat ini.

Ahh! Nara rasa dirinya terlalu banyak menggali masa lalu. Dan sekarang imbasnya, Nara merasa sedikit pusing. Gadis itu memeganggi kepalanya.

Seseorang mengetok pintu kamar Nara. "Mama masuk ya, Ra" Suara wanita itu dengan lembut.

"Masuk aja, Ma." Sahut Nara. Ia beranjak dari kasurnya. Lalu merapikan sprei beserta kasurnya. Kemudian ia berjalan kearah jendela berniat untuk membuka gorden berwarna biru tersebut.

Suara decitan pintu menggema keseluruh ruangan. Nara mendongak kearah tersebut.

"Kamu kenapa? Kok pucet gitu?" Tanya Rani, Mamanya. Rani mengusap kembut surai legam Nara. Memberi sedikit kehangatan kepada Nara. Ia menatap Nara dengan bibir pucatnya.

"Gapapa, Ma." Ucap Nara dengan tenang dan menampilkan seutas senyumannya.

Nara tau betapa khawatirnya Rani. Makanya Nara tak mau membuat Rani menjadi kebih khawatir lagi dengan keadaannya.

"Turun yuk. Kita sarapan, isi tenaga." Rani menyemangati Nara dengan mengangkat kedua kepalan tinjunya.

"Abang Mana, Ma?" Nara mengedarkan pandangannya kearah ruang tamu sembari berjalan menuju meja makan.

"Mandi mungkin." Jawab Rani kemudian menarik kursi supaya diduduki oleh Nara.

Nara duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh Rani tadi kemudian ia mengangguk.

Mereka-Rani dan Nara makan dengan khitmat. Hanya dentingan sendok yang terdengar.

"Ma, nanti aku mau izin keluar yah." Ujar Nara menatap Rani. Dan membuat Rani mendongak berbalik menatapnya.

ASKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang