"Doni. Kamu teman dekatnya, mana Rehan? Pasti kamu tahu kan, di mana dia sekarang?"

Doni memejamkan matanya dan menunduk. Bingung harus menjawab apa.

Zaky mencolek paha Doni dan berbisik, "Mampus lo. Di mana sih Rehan? Nggak ada kabar sama sekali."

"Sama anjir, gua bingung jawab apa. Gua takut kena imbasnya kalau salah jawab."
Bu Ida memukul penggaris kayu ke atas meja. "Bukannya malah bisik-bisik sama Zaky. Jangan sekongkol kalian!"

"Ng--nggak, Bu. Sa--saya ... anu--"

Rian angkat tangan.

"Rehan tadi izin mau anterin Mamanya ke pasar dulu, Bu."

Seperti malaikat penolong untuk Doni. Doni menarik senyumnya lebar dan perlahan menoleh ke belakang, tepat tempat duduk Rian. Doni mengacungkan jempolnya dan mengedipkan satu matanya.

Rian tersenyum tipis dan mengangguk.
"Lalu, kalau mengantar orang tua ke pasar. Harus sampai satu jam? Nggak, 'kan?"

"Nggak tahu, Bu. Katanya, Mama Rehan nggak tahu arah jalan pulang."

"Alasan aja terus. Kamu nggak usah lindungi teman kamu itu. Alasan yang tidak masuk akal untuk saya!"

Seluruh murid di kelas terdiam membeku. Tidak ada yang berani membantah Bu Ida yang terkenal sangat keras kepala di SMA Adiguna.

Sementara itu, Rehan berjalan menuju halaman belakang sekolah. Kawasan sepi tidak pernah ada murid atau guru satu pun yang melintasi tempat itu, terlihat dari dinding penuh dengan coretan dan lantai penuh dengan tanah kering.

Rehan duduk di atas kursi yang sudah mulai keropos, menyimpan satu gelas kopi yang dia beli di kantin. Merogoh tas ranselnya dan mengeluarkan satu batang rokok beserta koreknya. Menjepit rokok di bibir dan membakar lintingnya, lantas mengeluarkan asapnya ke udara.

Laki-laki berhidung mancung, mata sipit, alis tebal, rambut bermodel Spiky Sections, kulit putih dan postur tubuh jangkung berisi, terlihat paling gagah dan keren di antara mereka berempat. Kalau jalan sejajar, bisa terlihat jelas siapa yang paling mencolok dan menarik perhatian. Tentunya dia Rehan Andrean. Salah satu nama yang paling beken di SMA Adiguna, dia bukan kapten basket, bukan juga ketua OSIS. Dia hanya siswa yang mempunyai julukan "Badung" di sekolah karena kenakalan dan tidak taat aturan. Menjadi salah satu siswa yang dicap sebagai pembuat onar, menjadikan Rehan dikenal luas di kawasan SMA Adiguna.

Kedekatan antara Rehan, Doni, Rian dan Zaky diawali sejak pertama kali masuk kelas sebelas. Mereka menjadi bertambah akrab saat mempunyai hobi yang sama, hobi clubbing, hobi menyimpan foto-foto cewek seksi, dan hobi mengoleksi video bokep. Doni pun membuat sebuah grup Telegram, yang diberi nama 'Swag Berbagi Ilmu' dan ternyata isinya semua video bokep dan foto cewek seksi. Semenjak itu mereka semakin dekat karena satu hobi yang sama meskipun dengan karakter yang berbeda.

Drrtt

Dering ponsel terdengar sangat jelas di balik saku jaket laki-laki itu. Rehan merogoh sakunya, menatap layar ponsel dan terdapat beberapa pesan masuk dari Doni.

Lu di mana anjir? Gila, gua kena tanya sama Bu Ida. Nggak usah cari gara-gara deh lu.

Cukup bikin Bu Ida murka. Hukumannya nggak main-main, Bro. Lo seharusnya kapok.

Terima Kasih, REHAN (ON GOING)Where stories live. Discover now