Satu Lompatan

81 2 0
                                    

Sekolahku benar-benar sebuah bencana. Disana tidak ada keadilan; seperti sebuah kebudayaan lama yang diteruskan pada tahap selanjutnya. Membuat beberapa masalah di dunia yang penuh masalah ini menjadi lebih kompleks. Tidak ada siapapun yang peduli padaku dan apapun yang aku katakan. Semuanya hanya omong kosong dan penyiksaan. Semua orang yang aku kenal di sekolah hanya merundungku habis-habisan. Rambutku mulai rontok karena tarikan kasar dari Xx dan teman-temannya. Para guru hanya mendengarkan laporanku dan mengangguk begitu saja, "akan ku tegur mereka nanti, kamu jangan takut" dan itu hanyalah omong kosong. Mereka tidak tahu bagaimana rasa sakitnya saat malam hari, perihnya saat mandi, dan berusaha menutupi seluruh tubuhku dengan pakaian lengan panjang. Mereka tidak tahu apa-apa. Aku seperti sebuah kapal rusak yang sudah menerjang banyak ombak dalam perjalanan mengitari dunia –layaknya Dewa Ruci –sedangkan mereka? Semuanya masih baru, bahkan aku ragu apakah kapal itu pernah tersentuh air. Dan orang-orang seperti mereka, tidak tahu apa-apa. Mulutku mulai robek karena dimasuki benda-benda keras dan alat kebersihan. Mereka benar-benar menganggapku seperti budak mainan, kemerdekaan atas diriku direnggut begitu saja sejak aku melewati batas sekolah; itu bukan lagi batas antara aturan dan bukan aturan –melainkan batas antara kemanusiaan dan hasrat hewani. Aku benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi –sekolah lebih mirip seperti neraka bagiku. Namun penyiksaan itu tidak berhenti semudah itu –ibuku menuntutku untuk tetap bersekolah dan mengharuskanku lulus ujian masuk Universitas agar bisa bekerja di perusahaan ternama. Tidak ada jalan lain lagi, aku ingin melarikan diri dari dunia nyata, menuju dunia penuh cahaya dan tanpa identitas.

Aku memulai karirku di dunia yang serba baru untukku ini. Kikichan_1999 adalah sebutan untukku pada platform streaming. Aku bersemangat pada kegiatan baruku ini, banyak hal baru dan dukungan yang aku dapatkan dari para penggemarku. Orang-orang yang tidak kukenal mendukungku dalam melakukan sesuatu yang bahkan baru pertama kulakukan. Aku bahkan sejenak melupakan semua penyiksaan pada neraka itu. Aku menemukan tempatku, tempatku sendiri.

Streamingku berisi hal-hal ringan dan menyenangkan; seperti bermain gitar dan bernyanyi disana. Hanya berusaha menghibur para penggemarku dan membuat mereka senang. Aku berpikir –banyak diantara mereka adalah orang-orang yang juga melarikan diri dari dunia penuh kegelapan dan kebusukan itu, menuju kesenangan mereka disini. Dunia selalu tidak adil pada beberapa orang, dan meninggalkan mereka –tidak, dunia membuat mereka meninggalkannya. Aku harus berusaha seperti malaikat pada dunia baru ini –menyelamatkan mereka dan memberi mereka nyawa tambahan. Namun semakin lama, penggemarku semakin banyak dan beringas. Mereka menuntut sebuah hal yang lebih agresif dan berani. Permintaan seorang penggemar tersayangku. Aku tidak bisa menolak mereka –seperti seorang ibu yang menuruti keinginan anaknya agar dia tertawa senang, bahkan jika itu menyakitkan.

Diantara mereka ada yang memintaku beraksi sesuatu yang berbahaya, dan aku menurutinya. Aku berlarian di jalan raya dan merekamnya dengan tertawa bangga. Para penontonku memberikan banyak respon yang bermacam-macam. Oh aku benar-benar bahagia, pikirku dengan senyuman mengembang di wajahku. Pada kesempatan lain aku merekam diriku berdiri diatas atap apartemenku dan melihat kebawah. Aku melihat sebuah kebebasan –hanya satu langkah saja, aku akan terbang bebas ke atas langit dengan tersenyum. Para penonton ku semakin beringas dan tidak tahu diri. Ada diantara mereka yang menyuruhku untuk melompat. Ayo lompat, tunggu apa lagi! Ada juga diantara mereka yang menyuruhku turun dan tidak melakukan hal seperti itu lagi karena sangat membahayakan. Aku benar-benar menikmati reaksi mereka. Sudah kuputuskan, aku ingin menjadi legenda di internet –walaupun aku harus mati.

Aku mulai bosan bermain permainan yang mereka minta. Aku kembali ke kebiasaanku dulu, bermain gitar dan menayangkannya di laman internet. Melihat komentar mereka yang tidak suka dengan tindakan radikal itu, benar-benar membuatku terpukul dan berpikir untuk mati. Daite! Daite! Daite! Ucapku berkali-kali saat live stream itu. Aku juga menunjukkan tubuhku yang penuh bekas luka dan memar disana sini akibat ulah para hewan bejat itu di sekolah. Tentu saja aku menutupi wajahku dengan kardus berwarna pink yang imut. Aku menangis dalam live stream itu –mungkin tidak ada yang tahu, namun aku benar-benar menangis disana.

Tidak ada lagi pilihan dan jalan untuk melarikan diri. Iblis sudah kehabisan cara untuk menunjukkan jalan melarikan diri untukku. Aku benar-benar sendiri di tempat terkutuk ini, aku ingin melarikan diri.

Aku melakukan live stream ku kesekian kalinya. Aku benar-benar bahagia saat memulai live stream itu. Aku menuju sebuah balkon di apartemenku, berdiri di ujung sana sambil memegang ponselku dan melihat reaksi para penontonku ketika kamera ponsel itu kuhadapkan ke bawah jalan raya sana. Aku benar-benar ketakutan waktu itu, secara tidak sengaja mulai muncul kata 'aku takut' dan mungkin mereka mendengarnya. Biarlah mereka mendengarnya, aku ingin menjadi legenda di internet. Bukan hanya sekarang, namun seterusnya sampai esok. Komentar disana dipenuhi dua kubu yang berbeda. Ada yang memintaku untuk tidak melompat dan segera turun dari balkon itu. Dan kubu satunya yang menyuruhku untuk segera melompat dan menjadi legenda di internet. Aku sudah membulatkan tekadku, aku pegang erat ponsel itu dan melangkah kedepan dengan bahagia. Aku akan menjadi legenda dengan dilihat banyak orang. Lihatlah legenda baru telah hadir.

ORANGE DAN KISAH-KISAH LAINNYAWhere stories live. Discover now