Part 1. Sengaja

4.4K 418 410
                                    

Sorry for typo:)

Happy Reading
.
.
.

Helaan napas berat terdengar di ruangan sepi dan juga sedikit horor dari seorang pemuda tampan yang rupawan. Di luar sana, suara air hujan lebih mendominasi di malam hari ini.

Suara guntur dan petir tak membuat pemuda itu ketakutan walau sedikitpun, justru ia menikmati suara yang memekakan telinga itu. Pemuda itu tersenyum miris, lalu menunduk.

"Baru kemarin kelar, ada lagi masalah baru." Ucap pemuda itu pelan.

Itu adalah Niel, hujan di luar sana semakin deras seakan mewakili perasaan Niel yang jauh dari kata baik-baik saja.

Tadi, setelah pulang dari sekolah, ia kena amukan dari papa dan mamanya karna tidak sengaja menumpahkan teh hangat ke baju adik kandungnya itu ralat adik angkatnya yang telah merebut kasih sayang dan cinta kedua orang tua nya dari dirinya.

"Aneh banget tuh anak! Padahal dia sendiri yang sengaja yang numphain teh anget ke bajunya." Gumam Niel di sela diam diri nya di gudang tua ini.

Niel mengangkat kepalanya, menatap atap langit dinding gudang tua itu. Pikirannya menerawang, tak di sangka satu bulir air mata jatuh dari pelupuk mata indah dan sipit itu.

Niel kembali teringat dengan ucapan papanya tadi saat di ruang keluarga.

"Kenapa kamu selalu membuat anak saya terluka, hah?! Jika terjadi sesuatu pada anak saya... saya akan merebut kembali fasilitas yang saya beri pada mu dulu!".

Ck, Niel tidak peduli jika fasilitasnya di ambil kembali oleh sang papa karna itu tidak membuatnya hancur. Niel tersenyum kecut saat adik angkatnya itu mendrama di hadapan papa dan mamanya, bersikap seolah-olah ia baik-baik saja dan mengasihani diri Niel. Rasanya Niel mau muntah melihat wajah sok polos dan seperti tak ada dosa nya itu.

"Pa, jangan ambil fasilitas abang. Dia mungkin gak sengaja numpahin teh anget ke baju aku, dan itu juga salah aku karna gak liat jalan di depan ku!". Wajah yang di buat sok merasa bersalah membuat Niel muak melihatnya.

"Cih, berlaga amat jadi manusia." Gumam Niel lirih seraya menghapus air matanya pelan yang sudah terjun bebas di wajah mulus nya.

Niel bangkit berdiri dengan sedikit tertatih-taih menuju ranjang lusuh yang tak layak pakai di gudang ini. Niel tak kuat jika harus tidur di dinginnya lantai karna ia akan langsung sakit, jadi mau tak mau ia harus tidur di ranjang lusuh itu jika tak mau sakit.

Ya, Niel berada di gudang belakang rumahnya atau lebih tepatnya di kurung di dalam gudang tua tak terurus karna ia membuat masalah walau sepele. Papanya tadi menarik dirinya menuju gudang tua ini, Niel pasrah kemana papa akan membawa dirinya. Dan pergelangan Niel kemerahan dan sedikit kebiruan karna di tarik paksa oleh papanya. Mama? Haha, jangan tanyakan wanita yang hanya memandang sebelah mata itu, ia bahkan tak peduli saat Niel di tarik paksa oleh sang suami, justru ia lebih memilih membantu anak angkat nya itu ketimbang membantu anak kandungnya sendiri saat di beri pukulan di punggung nya menggunakan sapu.

Niel menghela napas berat, walau polusi dan udara di gudang ini jauh dari kata baik tetapi Niel tetap bertahan untuk mencari celah sebuah cahaya. Gudang ini tak di beri penerangan sedikitpun, jadi hanya menyisakan ruangan gelap, sepi dan dingin yang menemani Niel serta cahaya petir sesekali nampak dari berbagai celah di gudang ini.

Niel meringkuk menikmati udara dingin yang mulai menerobos masuk ke dalam seragam sekolahnya yang di baluti kain tipis. "Makasih, udah menjadi penenang." Gumam Niel entah pada siapa lalu ia memejamkan mata sipit yang sayu itu.

Going Is The Best Choice [END] ✅Where stories live. Discover now