1

458 36 1
                                    

note : sudah pernah di publish di ffn (firecracker56) dengan judul 'Hujan Pertama'

.
.
I

ncheon, 2005

Rintik hujan mulai turun membasahi tanah disekitar rumahku. Dibalik kaca yang berbingkai kayu itu aku bisa melihat bagaimana gelapnya langit di luar sana. Suara guntur sesekali saling bersahutan, meninggalkan kilat yang terlihat menakutkan.

Aku terduduk disebuah bangku kayu berwarna coklat bersama sebuah selimut tersampir dibahu mungilku. Jam dinding sudah menunjukkan pukul empat sore, seharusnya ibu ku sudah berada di rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di kedai milik Paman Kang. Seharusnya ibu sudah berada dibalik konter dapur dengan apron bergambar bunga yang menempel ditubuh kurus dan ringkihnya sambil memasak untuk makan malam mereka.

Namun kenyataannya saat ini tidak ada ibu. Aku hanya bisa berdiam diri di depan jendela mengamati hujan yang turun menyebabkan kaca sedikit berembun. Sesekali mataku melirik ke arah pagar depan rumah, berharap ibu sedang mencoba membuka pagar bersama payung berwarna merah marun kesayangannya di sebelah tangannya.

Aku merasakan tubuhku sedikit menggigil ketika hamparan angin menyapa kulit tubuhku yang tidak benar-benar tertutup oleh selimut. Angin-angin itu membuat bingkai jendela kediamanku sedikit berdecit. Sekalipun sudah ku kunci jendela itu tetap bergoyang karena angin yang berhembus sedikit kencang dari luar sana.

Lelah menunggu aku akhirnya beranjak dari duduk ku, kemudian melangkahkan tapak kaki mungilku ke arah ruang tengah. Disana terdapat televisi berukuran sedang dengan sofa berwarna merah marun -warna kesukaan ibu-.

Aku mengerutkan kening bingung, apa yang sekiranya harus ku lakukan agar tidak bosan selama menunggu ibu pulang?

Mengerjakan tugas sekolah?

Tidak, tidak. Satu-satunya tugas sekolah ku untuk besok adalah matematika, dan aku sama sekali tidak mengerti materi pelajaran kali ini.

Ku akui aku sangat payah di bidang pelajaran matematika. Paling-paling besok pagi aku akan menyontek pekerjaan Wendy lagi.

Membersihkan rumah?

Tidak bisa. Aku hanya bocah laki-laki yang baru berusia dua belas  tahun, dan masih duduk di kelas enam sekolah dasar. Ibu ku sama sekali tidak pernah membiarkan kedua tanganku menyentuh segala macam pekerjaan perempuan. Sebab itu aku sama sekali tidak bisa mengambil opsi ini. Aku hanya takut ibu akan jatuh pingsan kalau-kalau mendapati salah satu pigura yang terpajang diberbagai sudut rumah jatuh dan hancur berkeping-keping akibat keteledoran ku.

Lalu apa?

Akan sangat membosankan kalau hanya duduk berdiam diri tanpa melakukan apapun. Menonton televisi? Aku menggelengkan kepala ku dengan cepat. Sebagai anak yang baik aku masih mengingat dengan jelas setiap perkataan ibu yang melarang diriku menonton televisi dikala hujan turun.

"Baekhyun, jangan nyalakan televisi saat hujan. Ibu tidak ingin kau mati tersambar petir, mengerti?"

Lagi-lagi aku hanya bisa mengerang kesal. Ku hempaskan tubuh ku yang masih terbalut dengan selimut tebal bergambar animasi pikachu ke atas sofa dam kemudian memejamkan kedua mataku mencoba menyelami alam mimpi.

Namun seketika itu juga kedua mataku terbuka lebar ketika mengingat sesuatu.
'Benar! Komik one piece edisi baru milik Chanyeol!'

Secepat kilat aku menjatuhkan kedua tungkai kaki ku untuk segera berlari ke arah kamar ku yang berada di lantai dua. Dengan sedikit tergesa-gesa aku membuka tas ransel sekolah ku dan mengobrak-abrik isinya guna mendapatkan apa yang ku inginkan.

Who you are? [chanbaek yaoi] Where stories live. Discover now