Part 24 (b)

7K 909 38
                                    


Dia bukan lagi sosok Aldebaran yang ku kenal dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia bukan lagi sosok Aldebaran yang ku kenal dulu.

Dia berubah menjadi sosok yang sangat mengerikan.

Bukan mengerikan dalam artian fisik tapi mengerikan secara keseluruhan.

Aku tahu diriku ini menarik dan mempesona tapi aku tidak menyangka akan ada pria gila yang ingin menyeretku ke alam lain bersamanya supaya aku tidak bersama pria lain.

"Bagaimana, sayang? Bukan kah ceritaku sangat menggiurkan? Kita akan pergi dari dunia ini dan memulai kisah kita tanpa gangguan pria sialan itu." Kekehnya gila.

"JANGAN ANEH-ANEH, AL! AKU TIDAK MAU MATI. KALAU KAU MAU MATI, MATI SAJA SENDIRI! JANGAN BAWA-BAWA AKU!!" teriakku kencang. Melampiaskan amarahku.

"Tapi aku tidak akan mati tanpamu karena aku ingin bersamamu sampai kapan pun, sayang. Kau tahu? Aku bahkan menjadi gila hanya karena dirimu. Aku kabur dari penyihir sialan itu karena dia tidak mau membantuku mendapatkanmu setelah tahu siapa orangtua pria sialan itu. Dia ingkar janji padaku, padahal aku sudah mencarikannya banyak korban. Aku kabur darinya dan membawamu sendiri dengan jalanku." Aldebaran mengelus pipiku lembut tapi sentuhan ini membuatku sangat jijik dengannya.

"Lebih baik kita mati bersama, sayang. aku sungguh tidak rela melihatmu bersama dia."

Andai saja tanganku tidak terikat, sudah pasti aku akan memukulnya kuat akibat ucapan menyebalkannya. "Relakan saja aku. Apakah kau tidak lihat aku dan Agra sudah bahagia?! Kami juga sudah punya bayi. Aku harap kau tidak menganggu kehidupan rumah tanggaku."

Aldebaran mencium bibirku secara tiba-tiba. "Aku tidak bisa." Bisiknya tepat di depan bibirku.

Ia kembali melumat bibirku kasar dan penuh tuntutan.

Aku berusaha menghindar dari ciumannya tapi tidak bisa. Dia menjadi lebih kuat daripada yang biasanya.

Aldebaran baru berhenti menciumku saat aku kehabisan nafas. Pria gila itu terkekeh melihatku sambil mengusap bibir bawahku.

"Setelah ini kita pasti akan bahagia."

"DASAR GILA! LEPASKAN AKU!!"

Aldebaran tersenyum manis.

Astaga.

Dia benar-benar sudah gila.

Dia mengecup bibirku sekilas lalu kembali tersenyum manis.

"Aku mencintaimu, Maggie Anthanius." Ujarnya lembut.

Pernyataan cintanya tidak ku jawab sama sekali karena mendengarnya saja sudah membuatku muak.

Diam-diam aku berusaha melepaskan diri dari ikatan di tanganku saat dia sibuk sendiri tapi aku tidak bisa melakukan hal itu. Ternyata dia menggunakan kekuatannya untuk mengikat tubuhku.

Pria gila itu kembali tersenyum gila ke arahku. "Ini hanya akan sakit sebentar, sayang. Minumlah!" Tuturnya pelan sambil mendekatkan botol kecil ke bibirku.

"Jangan lakukan ini! Biarkan aku bahagia dengannya jika kau memang mencintaiku." Rayuku.

Matanya berkilat marah. "Aku memang mencintaimu tapi aku tidak rela melihatmu bersama pria lain!!" Sentaknya.

"Lalu apa untungnya kau membunuhku?! Kita juga tidak akan bertemu di alam lain!!" Bentakku kencang. Berusaha mengulur waktu untuk tidak membuatnya meminumkan obat tidak jelas itu kepadaku.

Agra, cepat lah datang. Ku mohon. Selamatkan aku dan anak kita.

Cepatlah datang jika tidak ingin aku mati sia-sia dengan pria gila ini!!

"Setidaknya tidak akan ada yang bisa memiliki wanita yang kucintai sejak dulu!! Aku sangat mencintai dan menggilaimu sejak dulu, Maggie. Aku sudah jatuh cinta padamu saat kau pertama kali masuk SMA. Aku selalu mengikuti perkembanganmu. Aku selalu mengamatimu dari jauh. Aku selalu mencintaimu dan rasa cintaku ini tidak pernah pudar sampai sekarang. Aku ingin aku menjadi priamu satu-satunya sejak aku berhasil berpacaran denganmu tapi apa yang ku terima?! Kau malah menikah dengan pria lain!! Aku tidak terima!! Kau harus mati bersamaku!!"

Aldebaran memaksaku untuk meminum cairan dalam botol itu sedangkan aku selalu berusaha untuk mengelak hingga pada akhirnya aku tidak bisa mengelak lagi.

Pria itu benar-benar membuatku menelan cairan dalam botol sampai habis.

Aku terbatuk kuat merasakan sensasi yang diberikan cairan itu.

Rasanya sangat menyakitkan. Dadaku terasa sesak Hingga sulit untuk bernafas.

Darah keluar dari mulutku, tumpah di pahaku.

Aku terus terbatuk karena rasa sakit tak tertahankan di dadaku.

"Maafkan aku tapi aku mencintaimu."

Dengan tidak tahu malunya dia mengucapkan hal itu padaku yang sudah sekarat. "Kau gila!!" Teriakku kencang sebelum kurasakan kesadaran ku mulai perlahan terkikis akibat rasa sakit tak tertahankan yang dirasakan sekujur tubuhku.

Inikah akhir dari hidupku?

Agra, dimana kau?

Bersambung....

MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang