Part 9. Penyesalan Arion

13.2K 1.7K 295
                                    

Voment (˘・_・˘)

Aku menghapus air mata yang membasahi pipinya pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menghapus air mata yang membasahi pipinya pelan. Rasa bersalahku semakin menjadi. Dia bahkan sampai menangis karena bentakanku.

"Maafkan aku ya. Jangan menangis lagi oke? Aku akan membelikanmu permen kapas dan bando seperti yang kau inginkan."

Sorot matanya masih menatapku dengan tatapan terluka. "Jangan menangis. Kau terlihat sangat jelek kalau sedang menangis seperti ini." Bujukku.

Eh, bukannya berhenti menangis, dia malah menangis semakin keras hingga berhasil menarik perhatian orang-orang di sekeliling kami.

Pandangan mereka terlihat merendahkan Agra yang cengeng.

Ya, siapa juga sih yang akan maklum melihat seorang pria dewasa menangis seperti anak kecil?!

"Sayang sekali gadis cantik itu mendapatkan pria cengeng. Dia bahkan tidak lebih baik dariku."

Itu adalah suara hinaan pertama yang ku dengar. Semoga saja Agra tidak sadar dengan ucapan pria itu. Bisa ribet urusannya kalau dia terbakar amarah dan berakhir menghancurkan tempat ini.

"Apa aku begitu menganggumu, mate? Apa kau tidak mengharapkan ku sama sekali?"

Pertanyaan sedihnya membuatku menghela nafas untuk kesekian kalinya. Kugandeng pelan tangannya dan menuntunnya duduk di kursi. Memegang kedua bahu lebarnya lalu menatap matanya intens. "Bukan begitu. Kau tidak mengangguku sama sekali."

Demi membuatnya tidak menangis lagi, aku rela membuat sebuah kebohongan.

Pada nyatanya, dia memang sangat menganggu! Sangat sangat menganggu!

"Jangan menangis lagi ya. Aku minta maaf." Tuturku lembut sembari memeluknya erat.

"Iya, aku tidak akan menangis lagi." Jawabnya penuh semangat.

Labil banget kan dia?

Hadeh, untung Maggie yang syantik ini sabar.

Melepaskan pelukanku darinya kemudian duduk di sampingnya. "Kau ingin naik wahana yang mana sekarang?"

Agra menyengir. Menangkup kedua tanganku dan meletakkan di depan dadanya. "Aku tidak ingin naik wahana apa pun. Yang aku inginkan hanya lah berada di dekatmu seperti ini."

Senyuman manis dan menggodanya membuat jantungku berdebar kencang. Sial, dia sungguh menggoda!! Mulut manisnya mudah sekali membuat perasaan seseorang melambung tinggi!!

"Maju lah, akan kuberikan sebuah hadiah padamu." Candaku namun dia dengan polosnya maju hingga jarak kami semakin dekat. Baiklah, akan kuwujudkan candaanku itu agar rasa sedihnya semakin hilang sepenuhnya.

Aku memeluk lehernya manja lalu mempertemukan bibir kami berdua. Dapat kulihat wajah tampan menggemaskannya itu terlihat sangat senang dan bahagia.

"Apakah kau suka hadiah dariku?" Godaku sembari menusuk pipi kanannya. Dia menangkap tanganku dan menempelkan pipinya pada tanganku tersebut.

"Sangat suka, mate. Terimakasih atas hadiahnya."

Aww, benar-benar menggemaskan seperti anak kecil.

"Sini, sini, kuberikan hadiah lagi." Kekehku.

Tentu saja dia mendekatkan wajahnya dengan senang hati sedangkan aku mengecup pipinya secepat kilat. Hanya kecupan singkat tapi berhasil memunculkan senyuman cerianya. Sangat mudah sekali membuatnya bahagia, bukan?

"Maggie?! Kau kah ini?!"

Sialan!

Suara itu, suara yang sangat ku kenali, suara yang paling tidak ingin aku dengar lagi. Suara yang sangat kubenci sampai ke tulang.

"Kau sudah kembali? Kenapa tidak mencariku dan malah bermesraan dengan pria kekanakan ini? Aku sangat merindukanmu."

Refleks aku menatapnya tajam karena menyebut Agra kekanakan. "Memangnya kau siapa sampai aku harus mencarimu?!"

Wajahnya tampak pias.

"Aku matemu, Maggie. Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini. Kita sepasang mate yang ditakdirkan oleh moon goddes."

Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Agra manja lalu mengecup lehernya sekilas. "Mulai sekarang kau bukan mateku lagi. Jangan pernah menganggu kehidupanku dan pacarku."

Agra memeluk bahuku dan mengecup puncak kepalaku sekilas. "Kau dengar itu? Jangan pernah menganggu nya lagi! Dia milikku!!"

Pria bernama Arion itu menggerakkan giginya kesal lalu menarik tanganku kasar hingga tubuhku berdiri begitu saja di depan  tubuhnya yang menjulang tinggi.

"Kau tidak bisa menghianati hubungan mate kita!! Kau harus menikah denganku bukan dengan dia!!"

Kutepis kuat tangan kotornya yang menyentuh bahu suciku. "Jangan membuatku tertawa. Siapa yang pertama kali menghianati hubungan mate kita?! Siapa yang menjalin hubungan dengan wanita berbeda setiap harinya di depan mataku dulunya? Siapa yang ingin aku lenyap selamanya?! Siapa yang mengatakan ku babi yang tidak pantas menikah dengan siapapun termasuk denganmu?! Haha. Kau sungguh lucu menganggapku sebagai mate setelah apa yang kau lakukan denganku. Kau sungguh tidak tahu malu mengatakan aku harus menikah denganmu setelah dulu mengatakan jijik melihatku. Apa akal sehatmu sudah putus melihat wajah cantikku sekarang hah?! Menjijikkan!!"

Tanpa memberikannya kesempatan untuk berbicara, aku kembali melanjutkan ucapanku.

"Sekarang aku bukan Maggie yang dulu lagi. Aku adalah Maggie yang baru. Maggie yang tidak akan pernah merendakan dirinya sendiri hanya karena lelaki sampah. Dan juga, jangan ganggu aku lagi karena aku akan menikah dengan Agra, anak Raja Arthur dan Ratu Lily. Kau pasti tidak ingin 'kan keluarga kecilmu itu hancur ditangan anak Raja Arthur?" Tanyaku sinis.

Arion menyentuh pundak ku dengan wajah sedihnya yang malah membuatku sangat muak.

"Aku tahu, aku dulunya sangat bodoh. Aku menyesal melakukan hal itu, Maggie. Sejak kau pergi dari hidupku, aku baru sadar bahwa aku mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku merasa kosong setelah kepergianmu. Dulu, aku terlalu bodoh karena malu dengan ejekan teman-temanku. Aku selalu berusaha mengusirmu menjauh dariku supaya aku tidak diejek mereka karena punya mate gendut." Air matanya mulai menetes.

"Aku mencintaimu, Maggie. Aku mencintaimu tanpa melihat fisik. Hanya saja aku kalah dengan gengsiku kala itu. Maafkan aku. Tolong berikan aku kesempatan untuk menebus kebodohanku dulu padamu. Aku akan membuatmu bahagia jika kau memberiku kesempatan sekali lagi."

"Cukup! Kita pulang sekarang, mate!!" Agra tiba-tiba menggendongku ala bridal style dan membawaku menghilang dari sana. Sekilas dapat kulihat wajah tampannya terlihat seperti menahan amarah.

-Tbc-

MATEWhere stories live. Discover now