12. Siksaan

Mulai dari awal
                                    

"Apa aku masih di alam mimpiku?" monolognya.

"Aw!" cubitan kasar medarat di pipi gadis itu.

"Bagaimana bisa aku berada di rumah? Sedangkan semalam aku masih berada di rumah Abi?"

Bermacam pertanyaan masuk ke dalam benaknya. 

Ceklek

"Ternyata sudah bangun," ucap seseorang dari bilik pintu, segera Zwiena menengok ke arahnya.

"Ya Tuhan. Kirain siapa,  ternyata ayahku," kata Zwiena dalam hatinya.

"Apa kamu bersenang-senang semalam, dear?" Tanyanya dengan bariton suara andalannya.

Gadis itu meneguk ludah kasar, tatapan dingin itu menandakan bahwa suatu hukuman sudah disiapkan rapih olehnya.

"A-a-aku ..." belum sempat Zwiena melanjutkan ucapannya, sudah di celah oleh Regan.

"Kenapa gugup hm? Sayangnya ayah pasti sangat lelah dengan tugas kelompok yang diberikan gurumu disekolah, ya?"

"Aku menatapnya dengan tatapan bingung, dia? Apa yang barusan dia ucapkan? Tugas? Sekolah? Huft ... Nggak apalah jika di berpikiran seperti itu, mungkin semalam Abi mengantarkanku kerumah dengan alasan seperti itu," kata Zwiena dalam hati.

Zwiena pun tersenyum seakan membenarkan ucapan ayahnya itu, namun raut wajah Regan langsung berubah drastis. Dia mengunci pintu, lalu berjalan mendekat ke arah gadis itu.

Greb!

"Akh ... sakit yah," ringis Zwiena kala Regan menjambak rambutnya dengan sangat kuat.

Zwiena tidak mengerti apa yang Regan pikirkan sekarang, tadi dia bersikap manis padanya, tetapi sekarang?

"Apa kamu semalam kamu bersenang-senang, dear?" Tanya Regan dengan serius.

"Ke-kenapa ayah menanyakan itu?"

"Jawab aku!" Bentaknya.

Raut wajahnya benar-benar berubah drastis. Zwiena semakin takut dengan raut wajah Regan yang sekarang ini.

"Kumohon, ayah."

"Jawab aku!" Sentaknya semakin tinggi intonasi suara Regan.

"Maafkan aku hiks ..."

Dia tersenyum saat Zwiena mengucapkan kata maaf, terlepaslah jambakan itu secara perlahan, sekarang dielus pucuk kepala gadis itu dengan lembut.

"Kamu tau 'kan, ayah tidak menyukai anak nakal," bisik Regan.

"I-iya aku tau," gumam Zwiena menundukkan kepala dengan menahan tangisannya.

"Jangan nangis kesayangannya ayah."

Regan menarik dagu Zwiena dengan lembut, matanya dan mata Zwiena saling bertemu. Gadis itu meneguk ludah kasar.

"Jangan pernah melanggar perintahku, dear," bisiknya.

Sekarang dia terlihat tenang, Zwiena pun turut tenang, isak tangisnya mereda dan Zwiena pun menerima perlakuan Regan yang sudah lama dia nanti 'kan ini. Memanjakan gadis itu layaknya anak.

"Kenapa kamu berbohong kepadaku!Kenapa kamu tidak pulang sampai selarut itu! Kenapa kamu tidur bersama lelaki lain! kenapa Zwiena?Kenapa!" Bentak Regan dengan nada yang sangat tinggi.

Brak!

Dia mendorong Zwiena, menindihinya dengan tatapan tajam, sampai gadis itu tidak berani membuka matanya.

"Buka matamu!"

"Ayah, kumohon maafkan aku."

"Buka matamu, Zwiena!"

Crazy Man [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang