Chapter 7

352 58 8
                                    

Rasanya, Luke mulai melunak.

“Hei, Luke, kebetulan, aku mau membicarakan tentang turnamen 2 minggu lagi,” Tiba-tiba Ashton datang, mengganggu suasana langka ini, keterkejutanku menjadi sempurna saat aku melihat Caroline mengekor di belakangnya. Dan, ah, ya, Caroline kan kapten basket putri.

Tau-tau, Ashton tersenyum kearahku, “Briana, lama gak ketemu, ya” Katanya basa-basi.

“Sampai ketemu 2 minggu lagi, Caroline.” Luke menyela Ashton, dia tersenyum dengan tatapan yang terfokus pada Caroline yang berada di samping Ashton sekarang, dia tak pernah pasang wajah begitu padaku.

“Caroline, tunggu sebentar.” Ashton meronggoh saku celananya, mengeluarkan kotak kecil panjang berbalut kertas kado putih bermotif salju kecil yang terikat pita merah.

Lalu memberikannya ke Caroline, “Hadiah Natal.” Katanya singkat, sesaat, wajah Caroline memerah namun tangannya tetap terjulur mengambil apa yang di berikan Ashton.

“Eh? Te-Terima ka-“

“Dan ini untukmu, Bi.” Belum sempat Caroline mengucapkan terima kasihnya, Ashton memotong dengan memberikan kotak yang mirip dengan punya Caroline tapi berbentuk persegi padaku, astaga Ashton! Aku bisa melihat jelas raut tak senang di wajah Caroline.

“Nggak usah, ak-“

“Ini cuma cokelat, kok, gak usah sungkan,” seperti tau apa yang aku pikir Ashton lagi-lagi menyela.

“Terima kasih!” Tanpa basa-basi lagi, aku mengambil dengan semangat, rejeki jangan ditolak, dude!

“Ayo, Luke, kita atur jadwalnya.” Ajak Ashton kemudian.

Bye, Bi!” Seru Luke beberapa saat sebelum pergi.

Aku melambaikan tangan, menggigil sejenak.

---

“Raketnya kebawa!” Aku menjerit tertahan, pantas saja ada yang mengganjal di tas, ternyata raket badminton tadi terbawa olehku.

Aku berlari kecil menuju ruang olahraga, aku harus bergegas karena sore ini aku janji menemani mom belanja,

Eh? Caroline? Kenapa dia berdiri sendiri di depan ruang olahraga?

“Kak Caroline!” Sapaku, mencoba ramah. Aku duduk di kursi depan ruangan ini, lalu Caroline mengikuti.

Sadar tidak mendapat respon, aku mencoba lagi, “Dapat apa dari Ashton, pasti senang, ya!”

“Nggak juga, Ashton teman kecilku, menurutku wajar dia memberiku hadiah.” Responnya datar.

“Tidak seperti kau yang seperti istimewa bagi Ash. Kan?”

“Kudengar Luke dan Ashton mau bertanding!” Dua orang gadis duduk datang dan duduk di sampingku, yang berambut pirang pendek menunduk, mengikat tali sepatunya yang kurasa terlepas.

“Kapten lawan wakil, dong!” Seru yang lain, lalu mereka beranjak.

“Kak, ayo kita non-“

“Maaf, aku gak mau.”

“Aku sudah.. Muak.” Bisa kulihat mata Caroline memerah, terlihat sedang menahan sesuatu yang akan keluar.

“Ka-Kakak..” Aku berdiri, mencoba menenangkan Caroline, wajahnya sekarangpun ikut memerah.

“Aku nggak baik, nggak ramah seperti yang lain kira!” Serunya, kini air matanya perlahan-lahan tumpah.

“Waktu kecil aku kesal karena ditolaknya sehingga sekarang aku mau membalasnya! Ta-tapi aku masih menyukainya..”

“Se-sementara, Ashton menyukai kau, Briana.”

“A-aku,”

“Aku mau jadi Briana!”

Game Over | hemmingsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora