🍏Kisah ; 1

128 47 41
                                    

.__________________________.
|Tema satu: Asmaraloka|
*Judul: Ironi Eksodos *| |

___☆☆

Jam menunjukan pukul 23.54 WITA mataku tak kunjung menunjukan tanda-tanda ingin menyudahi melek. Aku menarik napas panjang seraya meletakan ponsel disebelah bantal. Berharap mataku mau berkompromi dan segera tidur. Berulang kali menutup kelopak mata namun nihil. Aku coba mengubah posisi tidur yang awalnya miring ke kanan menjadi posisi terlentang.

Aku menutup mata. Satu domba, dua domba, tiga domba, empat domba, lima domba, enam-

Aku mendengus kesal, tetap tak bisa! Akhir-akhir ini, setelah SMAku selesai, insomnia menyerang semakin ganas. Entahlah banyak yang berubah, aku seperti terbangun dari dongeng indah setelah sekian lama lalu tersadar mendapati diri terjebak dalam ruang sempit. Perlahan kehilangan oksigen menyebabkan emosi yang sulit terkontrol, frustrasi, stres dan kehilangan harapan hidup. Menyedihkan....Alhasil aku jadi sangat pemalas dan pemarah. Setiap malam tak terkecuali malam ini, aku akan menghampiri kamarku lebih awal hanya untuk menumpahkan airmata. Kemudian berakhir menyedihkan dengan usaha-usaha menutup mata dengan tenang.

Suara jangkrik diluar rumah menambah dosis melek kedua bola mataku. Sesekali semilir angin menyapa lewat celah-celah kecil dinding papan rumahku. Sepi menyelimuti relung terdalam, inilah yang paling aku takuti. Kesepian.

Aku meraih lagi ponsel, tertera dengan jelas dilayarnya jam menunjukan pukul 00.14 WITA. Masa bodohlah, toh aku sudah tamat lagipula tak ada sesuatu yang mengharuskanku bangun pagi. Kugeser layar ponsel dan membuka aplikasi media sosial yang terkenal mode gratisnya itu. Tak selang berapa lama aku menerima pesan dari kakak sepupuku.

Aku menunggumu besok, Lis. Si bungsu mencarimu terus.

Sebenarnya aku malas pergi kerumahnya lagi yang jika ditempuh memakan waktu kurang lebih tiga jam. Belum lagi menggunakan travel yang selalu mengocok isi perutku hingga memuntahkan seluruh isinya hingga tersisa rasa pahit. Tapi, aku prihatin padanya. Ia seorang wanita karir dan selalu meninggalkan anak-anaknya sendirian.

Ok. Kubawakan ubi besok yah?


Ah adikku yang cantik. Tak bawapun aku tak mengapa yang penting kau datang.

Aku memutuskan tak membalas balasan manisnya. Lebih baik menarik beranda dan melihat status-status unik dari pengguna yang lain. Aku berhenti di satu postingan meme yang sungguh menggelitik perutku. Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri dan menekan tanggapan lucu pada postingan orang tersebut. Beralih ke postingan-postingan, tiba-tiba muncul notifikasi di feature pesan. Aku membukanya dan kejutan! Pemilik postingan meme yang baru saja kutanggapi menyapaku.

P
Mat malam

Juga

Kau belum tidur?

Belum


Oh. Kau sedang mengobrol dengan pacarmu yah?

Gila! Selarut ini masih saja ada orang usil. Memang lebih baik aku tak usah menanggapinya saja tadi. Kembali jempolku beranjak ke beranda tapi notifikasi pesan lagi. Aku sedikit menggeram. Pasti orang tak jelas itu lagi.

Kau marah? Atau sudah tidur?

Aku mengabaikannya lagi setelah membaca. Lagi notif pesan bersinar cerah di pojok laman.

Ayolah aku hanya bercanda🙏🙏

Aku tak peduli!

Aku mengenalmu. Kita satu sekolah dulu. Bukankah kau junior smpku?

Titik Koma Kisahحيث تعيش القصص. اكتشف الآن