Malam ini Laura terlihat sangat cantik seperti malam biasanya. Luka dan lebam karena ulah Dicky berhasil ia tutupi dengan make-up dan juga dengan gaun semata kaki yang sangat pas di tubuhnya.

Laura terus melangkah dengan anggun dan langkah kakinya berhenti di depan sebuah kamar. Laura menarik napasnya kuat-kuat dan mengembuskannya dengan perlahan. Saat hendak mengetuk pintu, pintu sudah dibuka dari dalam. Seolah pemilik kamar sudah mengetahui kedatangan Laura.

Seorang pria tersenyum menyambut kedatangan Laura. Laura memaksa dirinya untuk tersenyum dan ia bertanya pelan.

"Pak Rudi?" Rudi mengangguk tanpa melepaskan tatapan kagumnya pada Laura.

"Panggil saja Mas Rudi." Laura mengangguk. Rudi membuka pintu lebar-lebar.

"Welcome, Love!" Rudi tersenyum semringah dan sedikit bergeser agar Laura masuk.

Laura berjalan dengan anggun masuk ke dalam kamar. Rudi langsung menutup pintu. Aroma parfum Laura menusuk hidungnya dan membuatnya tidak sabar lagi bercumbu dengan Laura.

Laura duduk di sofa yang ada di dalam kamar. Rudi tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia duduk di sebelah Laura.

"Sepertinya kita pernah ketemu ya, Mas? Tapi di mana, ya?" Laura mencoba mengingat-ingat. Rudi tertawa sambil memandang Laura. Benar sekali, ia sama sekali tidak bisa melepas pandangannya dari wajah cantik Laura. Dilihat dari dekat ternyata semakin cantik. Pria itu benar-benar jatuh hati pada Laura, pada gadis yang cocok sebagai putrinya.

"Ternyata wajahku pasaran, ya. Beda banget sama kamu, cantiknya unik." Rudi tersenyum lebar membuat Laura tersipu. Laura mengalihkan pandangannya dari Rudi. Ia menatap ke sekeliling kamar.

"Well, Mas Rudi, tanpa memuji pun service saya pasti bagus kok."

Rudi tertawa sambil memegangi perutnya. Ia semakin gemas pada Laura. Ia memperhatikan Laura yang sudah mulai santai dan bersandar di sofa.

Rudi berdiri dan melangkah mendekati rak yang terbuat dari kayu. Ia mengambil botol champagne sambil melihat Laura.

"Champagne, Love?"

"Ada special occasion kah hari ini?" Rudi mengangguk dan tersenyum manis. Ia kembali duduk di sebelah Laura.

"Of course!!! Meeting with you is the special occasin."

"Bisa aja. Muji lagi, gombal lagi. Emangnya saya mie goreng?! Special, eh?!" Laura dan Rudi sama-sama tertawa.

"Sayangnya aku nggak minum alkohol, Mas. But, I'll accompany you."

"Sorry, my bad, Love! Mas nggak tau kalau kamu nggak minum. Tau begini saya pesenin es cendol aja tadi." Laura tertawa lepas mendengar ucapan Rudi.

"Aku yang minta maaf, Mas. Aku temenin Mas minum, ya." Laura hendak menuang champagne untuk Rudi, tapi Rudi menahan tangan Laura.

"Gak enak minum sendirian. Kalo gitu kamu temenin saya makan aja, ya."

Rudi bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya pada Laura. Laura menerimanya dan ia juga banggit berdiri. Rudi menggandeng Laura ke meja makan. Laura merasa takjub dalam hati. Kamar yang di pesan Rudi benar-benar sangat luas dan mewah.

Di meja makan sudah tersedia dua porsi steak makan malam untuk dua orang. Rudi menarik kursi untuk Laura. Laura tersenyum, ia semakin nyaman ada di kamar itu. Rudi memperlakukannya dengan baik dan sopan, bahkan lelaki itu rela mengurungkan niatnya minum alkohol karena dirinya.

Hal itu membuat Laura tersanjung.

***

Laura dan Rudi sangat menikmati makan malam mereka, sambil ngobrol ringan tapi seru. Obrolan mereka sangat nyambung sehingga belum ada sampai saat ini rasa bosan di antara mereka. Rudi semakin terpana pada Laura dan tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu. Rudi semakin ingin berlama-lama dengan Laura.

Setelah selesai makan malam, mereka kembali duduk di sofa. Laura duduk lebih dulu, sementara Rudi menghidupkan musik dan duduk di samping Laura.

Laura berdiri sambil melepaskan high healsnya dengan menggoda. Tubuhnya yang membungkuk memperlihatkan setengah payudaranya. Saat kedua sepatu sudah terbuka, Laura berdiri tegak dan mulai menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik dengan gerakan yang menggoda. Ia mengulurkan tangannya pada Rudi yang langsung diterima Rudi.

Rudi terlihat gemas dan langsung memeluk pinggang Laura.

"You look so beautiful, Love..." bisik Rudi dengan sensual di telinga Laura.

Laura hanya tersenyum sambil menatap Rudi memelas, lalu mereka berdansa dengan mesra.

Rudi semakin mengeratkan pelukannya sehingga tidak ada jarak di antara mereka, ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Laura dan mengendus dengan mata yang terpejam. Ia sangat menyukai aroma parfum Laura. Rudi memberikan dua kecupan di leher Laura dan ia kembali menatap Laura.

"Not now, Love..." ucap Rudi tepat di depan bibir Laura saat Laura membuka kancing atas kemejanya. Laura terkejut menatap Rudi, keningnya berkerut.

"Kenapa? Ini kesempatan satu-satunya lho, Mas..." Rudi menggeleng dan semakin gemas pada Laura.

"Simpan untuk pertemuan kita nanti. Malam ini saya cuma ingin benar-benar kenal sama kamu." Laura menggeleng dan tesenyum menggoda, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Rudi.

"Aku nggak pernah ambil klien yang sama dua kali, Mas. So, this is your first and last chance."

Rudi tersenyum dan tetap mengajak Laura berdansa. "Selalu ada kesempatan kedua untuk semuanya. Mungkin kamu akan berubah pikiran."

"I don't think so...kamu akan menyesal, Mas..."

"At last aku bisa ngobrol, we had great time. I will not regret!" Laura terlihat bingung mendengar ucapan Rudi, sementara lelaki itu tersenyum senang dan mengecup pundak Laura dengan sensual.

***

Laura dan Rudi berjalan berdampingan keluar dari hotel. Laura tetap terlihat anggun dan seksi dengan sedikit senyuman di bibirnya.

Rudi mengeluarkan amplop berisi uang dari dalam saku jasnya dan memberikannya pada Laura.

"Ini buat kamu." Laura langsung menggeleng dan tidak mau menerima amplop itu.

"Yang aku dapat udah lebih dari cukup, Mas."

"Kalau gita saya anter kamu pulang."

"Mas nggak perlu repot-repot. I'm having good time tonight. Kemarin malam ada kejadian yang nggak menyenangkan, tapi hari semua dibayar lunas. Senang bisa dapat klien ramah seperti Mas Rudi. Thank you so much, Mas Rudi."

Rudi tersenyum, ia mendekati Laura dan mengecup punggung tangan Laura.

"Sama-sama..." mereka saling menatap dan saling melempar senyuman.

Lalu kembali melangkah keluar dari hotel dan meninggalkan hotel itu, namun tanpa Laura sadari ada sepasang mata yang menatapnya kaget bukan main.

"Laura?!" Suara lelaki itu begitu berat. Kini tatapannya berubah menjadi kecewa. Ya, lelaki itu adalah Dennis.

Ada rasa penasaran dan tanda tanya yang besar di hatinya. Kenapa Laura ada di hotel bersama pria dewasa?

"Kenapa Laura ada sini? In a very sexy outfit? Holly shit!" Dennis melangkah cepat dan mengikuti Laura yang kini sudah melajukan mobilnya. Dennis berlari ke parkiran, ia tidak ingin kehilangan jejak Laura. Hatinya campur aduk. Ada rasa kesal dan marah pada gadis itu. Padahal tadi ia sudah menelepon Laura berkali-kali, tapi tidak diangkat.

Dennis semakin gelisah, di depan mobilnya ada sebuah mobil mewah melintas. Ia tahu di dalam mobil itu adalah pria yang tadi bersama Laura. Mobil Rudi berlawanan arah dengan mobil Laura dan itu membuat Dennis sedikit lega. Ia mempercepat laju mobilnya mengejar mobil Laura, ia tidak mau kehilangan jejak Laura.

***

Kupu-Kupu MalamWhere stories live. Discover now