2. Ruang Temu Masa Lalu

En başından başla
                                        

Bella tersentak sekaligus bingung saat tiba-tiba Analise menyodorkan tangannya pada Bella. Bermaksud untuk bersalaman. Namun Bella tidak langsung merespon, ia sempat diam beberapa waktu. Dan saat Anelise menyebut namanya sendiri sebagai salam perkenalan, barulah Bella menyambut uluran tangan itu dengan senang hati.

"Bella."

"Kamu tau saya, kan?"

"Iya saya tahu. Kakak Analise, Kakak Erlan. "

"Bagus. Keterlauan ya kamu kalau sampai nggak kenal sama saya. " Terselip tawa renyah dari Anelise. Nada bicaranya begitu santai, namun juga menusuk. Seperti di introgasi. Maka tidak heran, sejak Bella berdiri di sebelah Anelise, ia terus-terusan tarik nafas dan buang nafas berkali-kali. Sebab detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.

"Kakak sendiri gimana sekolahnya? Lancar?"

"Sejauh ini lancar, nggak ada problem."

"Ada niatan buat ambil studi kemana lagi tahun ini?"

"Kayak udah cukup. Selesain 1 tahun lagi, setelah itu baru ambil gelar."

Erlan mengangguk, lalu menyeruput kopinya. Sedangkan Bella, ia hanya tersenyum samar saat pembicaraan mereka tidak perlu ada ikut campur pendapat Bella. "Kamu masih kuliah,  kan? "

"Iya."

"Ambil jurusan apa?"

"Komunikasi, Kak." Jawab Bella.

"Hebat juga, ya kamu. Nggak mudah buat masuk jurusan itu. Selain itu, ada kesibukan apa lagi? Ngurus suami aja?"

"Ah untuk sekarang mungkin iya. Tapi aku lagi nyoba buat masuk lagi ke bidang design. "

Setelahnya, Analise hanya mengangguk. Dan berdiri dari tempat duduk untuk mengangkat ponselnya yang berdering. Setelah Anelise melenggang pergi. Bella langsung saja menyandarkan kepalanya pada bahu Erlan. Rasanya seperti bebas dari ruang tahanan. "Analise emang begitu. Karakternya santai tapi tegas. Kamu enggak usah tegang kalau sama dia. Nih ya, kamu jejelin aja dia cicak atau nggak belalang, bisa loncat-loncat kayak kesurupan tuh anak."

"Ada-ada aja! Kamu juga tegang pas tadi sama dia."

"Itu karna udah lama nggak ketemu sama Anelise. Kalau tiap hari ketemu, pasti udah sering aku sleding-sleding."

Saat Bella sedang tergelak atas perkataan Erlan, Anelise tiba-tiba datang lagi. Dan tidak lama dari itu, perempuan dengan rambut pendek berwarna cokelat berdiri disamping Analise. Perempuan itu melambaikan tangan dengan senyum sumringah. Bella membalas sama hal-nya, namun Erlan malah membuang muka. "Bella, kenalin. Namanya Diandra."

"Bella."

"Diandra. Panggil aja Rara."

Bella terkekeh kemudian mengangguk.

"Kalau Erlan nggak usah di kenalin kan ya. Udah kenal, kan?" Kata Anelise. Lantas Erlan hanya menjawab dengan sebuah lirikan dan helaan nafas berat dan lantas membuat Bella mendongak menatap Erlan penuh tanya. Namun Erlan hanya menggeleng dan menyuruh Bella untuk tetap fokus pada hidangannya.

"Kamu kenapa diem aja, Lan? Ajak ngobrol dong Rara-nya. Dia udah dateng jauh-jauh dari Solo kesini. Buat ketemu kam-- ngerayain ulang tahun Kakak. "

Even If You're Not The Only One | Huang RenjunHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin